Peneliti dari LSI Denny JA Ini Beberapa Kali Diancam MENYUKAI data itulah membuat Adrian Sopa menjadi salah satu peneliti beken pada Lingka...
MENYUKAI data itulah membuat Adrian Sopa menjadi salah satu peneliti beken pada Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA. Nama Adrian Sopa melejit lantaran seringnya menyampaikan hasil rilis pada depan ratusan wartawan cetak, on line dan juga TV.
“Saya penyuka data. Selain memberikan fakta dan juga informasi, data bisa memberi pengetahuan bahkan pencerahan,” kata pria kelahiran Sukabumi, 9 Juni 1984 ini.
Adrian bergabung juga dengan LSI sejak 2010. Kini dipercaya memegang klien. Mulai bupati, walikota hingga gubernur. Awal masuk dipercaya pun seperti pembicara rilis survei nasional LSI.
Adrian hijrah ke ibukota menimba Ilmu pada jurusan Ilmu Politik FISIP UI thn 2003. Ia mengaku tantangan utama peneliti survei yaitu pembaharuan lalu menerus perkembangan yang terjadi, baik nasional maupun international.
BACA PERKEMBANGAN
“Ini penting untuk bisa membaca perkembangan zaman. Tantangan selanjutnya bagaimana ikut rembug dalam fenomena itu. Jika diamati, masing-masing rilis survei tentu berujung kepada tawaran solusi kepada fenomena yang pada temukan,” ucap peneliti yang S2 meraih gelar MM Komunikasi Trisakti ini meyakinkan.
Semacam profesi lainnya, manjadi warga peneliti pun memiliki risiko meski tidak sampai menggugat jiwa. Pernahkah Adrian mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari hasil data survei dirilisnya?
“Beberapa kali saja. saya anggap bak bunga-bunga dalam profesi ini. Belum semua bisa melihat bahwa ada ‘nilai suci’ yang dijaga dan juga dibawa dalam masing-masing hasil survei,” katanya.
Bagi para kontestan dalam pilkada bupati, walikota dan juga gubernur menilai hasil survei kerap dinilai kurang menguntungkan. Tapi setelah tahu, niatan survei, Adrian yakin mereka akan berbalik berterima kasih.
Adrian mengakui, tidak sampai ada suatu yang dianggap bagaikan teror. Tapi tak jarang terjadi debat diskusi yang panas saja baik tatap muka maupun telpon.
TAK MENGERTI
“Diancam beberapa kali dan juga dilaporkan kepada pihak berwajib. Bully bully, kami anggap bagaikan risiko atas profesi ini. mereka ‘tidak mengerti’ saja sehingga melakukan hal itu,” kata Adrian.
Ia mengakui menjadi peneliti juga dengan nama beken tidaklah jatuh gratis dari langit. Tapi pun mendapat suka serta duka. “Sukanya banyak. Sampai lupa duka nya apa. Sukanya sebab bisa mendapatkan pencerahan lalu menurus,” ucapnya.
Selama melakukan survei sejak era pilkada sendiri sampai pilkada serentak, dirinya sampai lupa sudah sampai ke daerah mana saja melakukan survei.
“Banyak. Ratusan mungkin ya. Apalagi jika dihitung sejak kuliah dahulu. Saya pernah menjadi surveyor lapangan. Mendatangi rumah-rumah warga pada daerah yang pertama kali datang kesana,” paparnya.
Saat ini lebih banyak pada belakang meja meskipun sesekali turun untuk spotchek (mekanisme pengawasan), dan juga pun menjadi nara sumber atas rilis hasil riset. (rizal/bi/st)