Lahan Persawahan Kurang Baik Ditanami Tembakau SUMENEP - Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Sumenep mengimbau petani temba...
Lahan Persawahan Kurang Baik Ditanami Tembakau
SUMENEP - Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Sumenep mengimbau petani tembakau untuk tidak menanam tembakau di lahan persawahan. Pasalnya, cuaca tahun ini sangat tidak memungkinkan. Untuk menjaga kualitas tembakau dan menghindari terjadinya kerugian, para petani diimbau hanya menanam di lahan pegunungan. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Syaiful Bahri mengatakan, kondisi normal suhu di atas laut antara 0-8 derajat, tapi sekarang lebih tinggi. Dengan kondisi suhu tersebut, diharap petani tidak memaksakan menanam di lahan sawah. Namun, meski dilokasi pegunungan, petani juga harus memperhatikan cuaca. ''Khusus dipegunungan masih bisa ditanami, tapi harus perhitungkan cuaca. Sebab, selama ini rata-rata petani sudah tanam 3 kali,'' tuturnya, Senin (29/7). Di daerah Sumenep yang masih memungkinkan untuk ditanami tembakau adalah daerah Guluk-guluk, Pasongsongan dan Ganding. Itu pun hanya sekitar 20 sampai 30 persen. Sementara untuk daerah Manding tidak bisa ditanami tembakau, karena di daerah tersebut mayoritas lahan persawahan. ''Ada tiga kecamatan yang bisa tanam normal, tapi tetap ada penurunan dari tahun sebelumnya. Sedangkan ploting areal tembakau saat ini seluas 19.072 hektare," ujarnya. Sementara harga bibit tembakau saat ini mencapai Rp 50-100 ribu per seribu bibit. ''Kalau sampai tanam tiga kali kan tinggal mengalikan, berapa kerugian yang harus ditanggung para petani tembakau,'' jelasnya. Untuk menghindari terjadinya kerugian, para petani tembakau bisa beralih ketanaman lain, seperti bawang merah dan cabai. Menurutnya, sebaiknya petani beralih kepada tanaman lain agar tidak rugi. Ribuan Hektare Sekitar 6.000 hektare lahan di Kabupaten Sumenep, ditanami tembakau oleh petani setempat pada tahun ini. "Sesuai laporan yang kami terima dari staf, lahan yang ditanami tembakau oleh petani baru 30 persen lebih sedikit atau 6.000 hektare dari proyeksi seluas 19.072 hektare. Ini tidak terlalu luas jika dibanding proyeksinya," kata Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Sumenep Saiful Bahri. Ia menjelaskan, kondisi cuaca pada tahun ini ekstrem atau berjalan tidak normal yang ditandai dengan tingginya intensitas hujan hingga Juni 2013. "Pada 2012 lalu, nyaris tidak ada hujan pada Juni dan selanjutnya banyak petani yang sudah menanam tembakau. Untuk tahun ini, lahan yang ditanami tembakau itu didominasi di dataran agak tinggi," ujarnya. Sementara pada 2012, harga rata-rata bibit tembakau hanya Rp7.000 perseribu bibit dan paling mahal seharga Rp15.000. Pada 2012, luas lahan tanam tembakau di Sumenep mencapai 23.420 hektare atau melampaui dari proyeksi yang ditetapkan seluas 20.358 hektare. (athink/ant/mk)
SUMENEP - Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Sumenep mengimbau petani tembakau untuk tidak menanam tembakau di lahan persawahan. Pasalnya, cuaca tahun ini sangat tidak memungkinkan. Untuk menjaga kualitas tembakau dan menghindari terjadinya kerugian, para petani diimbau hanya menanam di lahan pegunungan. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Syaiful Bahri mengatakan, kondisi normal suhu di atas laut antara 0-8 derajat, tapi sekarang lebih tinggi. Dengan kondisi suhu tersebut, diharap petani tidak memaksakan menanam di lahan sawah. Namun, meski dilokasi pegunungan, petani juga harus memperhatikan cuaca. ''Khusus dipegunungan masih bisa ditanami, tapi harus perhitungkan cuaca. Sebab, selama ini rata-rata petani sudah tanam 3 kali,'' tuturnya, Senin (29/7). Di daerah Sumenep yang masih memungkinkan untuk ditanami tembakau adalah daerah Guluk-guluk, Pasongsongan dan Ganding. Itu pun hanya sekitar 20 sampai 30 persen. Sementara untuk daerah Manding tidak bisa ditanami tembakau, karena di daerah tersebut mayoritas lahan persawahan. ''Ada tiga kecamatan yang bisa tanam normal, tapi tetap ada penurunan dari tahun sebelumnya. Sedangkan ploting areal tembakau saat ini seluas 19.072 hektare," ujarnya. Sementara harga bibit tembakau saat ini mencapai Rp 50-100 ribu per seribu bibit. ''Kalau sampai tanam tiga kali kan tinggal mengalikan, berapa kerugian yang harus ditanggung para petani tembakau,'' jelasnya. Untuk menghindari terjadinya kerugian, para petani tembakau bisa beralih ketanaman lain, seperti bawang merah dan cabai. Menurutnya, sebaiknya petani beralih kepada tanaman lain agar tidak rugi. Ribuan Hektare Sekitar 6.000 hektare lahan di Kabupaten Sumenep, ditanami tembakau oleh petani setempat pada tahun ini. "Sesuai laporan yang kami terima dari staf, lahan yang ditanami tembakau oleh petani baru 30 persen lebih sedikit atau 6.000 hektare dari proyeksi seluas 19.072 hektare. Ini tidak terlalu luas jika dibanding proyeksinya," kata Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Sumenep Saiful Bahri. Ia menjelaskan, kondisi cuaca pada tahun ini ekstrem atau berjalan tidak normal yang ditandai dengan tingginya intensitas hujan hingga Juni 2013. "Pada 2012 lalu, nyaris tidak ada hujan pada Juni dan selanjutnya banyak petani yang sudah menanam tembakau. Untuk tahun ini, lahan yang ditanami tembakau itu didominasi di dataran agak tinggi," ujarnya. Sementara pada 2012, harga rata-rata bibit tembakau hanya Rp7.000 perseribu bibit dan paling mahal seharga Rp15.000. Pada 2012, luas lahan tanam tembakau di Sumenep mencapai 23.420 hektare atau melampaui dari proyeksi yang ditetapkan seluas 20.358 hektare. (athink/ant/mk)