Geografis : Berada di sebelah Tenggara Pelabuhan Kalianget Administratif : Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep Penduduk ...
Geografis : Berada di sebelah Tenggara Pelabuhan Kalianget
Administratif : Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep
Penduduk : 105 jiwa
Potensi wisata : - Pasir putih
- Panorama laut untuk diving dan snorkeling
Kelemahan : - Aksesnya 1,5 jam dengan menggunakan perahu layar motor dari Kecamatan Talango
- Listrik menggunakan tenaga surya dan disel.
Perjalanan 2 jam dengan kapal kebanyakan kami habiskan dengan tidur di geladak kapal. Keadaan Selat Madura saat itu tenang dan tidak ada ombak. Mendekati pulau, warna air laut mulai berubah menjadi biru muda, tanda laut yang dangkal. Beberapa teman sudah heboh berfoto dan menunjuk-nunjuk terumbu karang yang terlihat dari atas kapal. Saya sendiri sudah tak sabar untuk nyebur ke laut dan melihat sendiri pemandangan bawah lautnya yang katanya masih bagus itu.
Kapal merapat ke pantai. Kami berloncatan keluar, menaruh barang bawaan di pantai, kemudian melakukan aktivitas masing-masing. Ada yang mengelilingi pulau, ada yang memilih untuk duduk-duduk di pantai, dan ada yang berenang. Saya termasuk yang memilih untuk berenang. Tak lupa memakai mask dan snorkel terlebih dahulu, agar maksimal menikmati pemandangan bawah lautnya :D
Berenang sekitar 10-15 m dari bibir pantai, saya sama sekali tidak menemukan pemandangan bawah laut yang katanya bagus itu. Terumbu karangnya hampir semua sudah hancur dan rusak. Saya menemukan beberapa soft coral yang berwarna kuning dan biru, serta anemon laut yang masih sehat, namun itu jumlahnya sangat sedikit. Ada ikan-ikan kecil yang sesekali berenang hilir mudik, tapi tak banyak.
Sisi pulau yang kami datangi ini sepi. Sama sekali tidak ada pengunjung lain selain kami. Bahkan penduduk pulau pun sama sekali tak terlihat. Menurut sebuah sumber dari internet, penduduk Gili Labak memang hanya 35 kepala keluarga (KK) atau 105 jiwa. Luasnya tidak lebih dari 5 hektar. Dibutuhkan tidak lebih dari 30 menit untuk berjalan satu putaran mengelilingi pulau ini.
Menurut sumber tersebut, kondisi pulau ini serba terbatas. Sumber air bersih tak ada, tanah gersang, listrik pun tidak menjangkau pulau tersebut. Warga kesulitan untuk mendapatkan kebutuhan pokok, sehingga mereka harus membeli dan mendapatkan kebutuhan mereka di daratan dan mengambil air bersih di pulau lain. Sumber penghasilan utama mereka bergantung pada hasil laut. (Sumber : Data dan Informasi Pulau-pulau Kecil Indonesia )
Overall, Gili Labak memiliki pantai yang indah, dengan pasir yang putih dan air laut yang biru. Pulau ini memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi salah satu pariwisata di Sumenep, Madura. Sama sekali belum ada fasilitas untuk umum di sana, jadi bawalah perlengkapan sendiri (makan, mask + snorkel, pelampung, dll) jika berniat untuk berkunjung.
And…enjoy the photos! :D
Notes :
1. Ada bus dari Terminal Bungurasih, Surabaya menuju Sumenep dengan jadwal keberangkatan tiap jam. Perhentian terakhir adalah di Pelabuhan Kalianget, Sumenep.
2. Sewa kapal PP Kalianget – Gili Labak adalah Rp. 350.000, dengan kapasitas sekitar 15 orang. Harga ini tidak pasti, jadi pandai-pandailah menawar.
Perjalanan 2 jam dengan kapal kebanyakan kami habiskan dengan tidur di geladak kapal. Keadaan Selat Madura saat itu tenang dan tidak ada ombak. Mendekati pulau, warna air laut mulai berubah menjadi biru muda, tanda laut yang dangkal. Beberapa teman sudah heboh berfoto dan menunjuk-nunjuk terumbu karang yang terlihat dari atas kapal. Saya sendiri sudah tak sabar untuk nyebur ke laut dan melihat sendiri pemandangan bawah lautnya yang katanya masih bagus itu.
Kapal merapat ke pantai. Kami berloncatan keluar, menaruh barang bawaan di pantai, kemudian melakukan aktivitas masing-masing. Ada yang mengelilingi pulau, ada yang memilih untuk duduk-duduk di pantai, dan ada yang berenang. Saya termasuk yang memilih untuk berenang. Tak lupa memakai mask dan snorkel terlebih dahulu, agar maksimal menikmati pemandangan bawah lautnya :D
Berenang sekitar 10-15 m dari bibir pantai, saya sama sekali tidak menemukan pemandangan bawah laut yang katanya bagus itu. Terumbu karangnya hampir semua sudah hancur dan rusak. Saya menemukan beberapa soft coral yang berwarna kuning dan biru, serta anemon laut yang masih sehat, namun itu jumlahnya sangat sedikit. Ada ikan-ikan kecil yang sesekali berenang hilir mudik, tapi tak banyak.
Sisi pulau yang kami datangi ini sepi. Sama sekali tidak ada pengunjung lain selain kami. Bahkan penduduk pulau pun sama sekali tak terlihat. Menurut sebuah sumber dari internet, penduduk Gili Labak memang hanya 35 kepala keluarga (KK) atau 105 jiwa. Luasnya tidak lebih dari 5 hektar. Dibutuhkan tidak lebih dari 30 menit untuk berjalan satu putaran mengelilingi pulau ini.
Menurut sumber tersebut, kondisi pulau ini serba terbatas. Sumber air bersih tak ada, tanah gersang, listrik pun tidak menjangkau pulau tersebut. Warga kesulitan untuk mendapatkan kebutuhan pokok, sehingga mereka harus membeli dan mendapatkan kebutuhan mereka di daratan dan mengambil air bersih di pulau lain. Sumber penghasilan utama mereka bergantung pada hasil laut. (Sumber : Data dan Informasi Pulau-pulau Kecil Indonesia )
Overall, Gili Labak memiliki pantai yang indah, dengan pasir yang putih dan air laut yang biru. Pulau ini memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi salah satu pariwisata di Sumenep, Madura. Sama sekali belum ada fasilitas untuk umum di sana, jadi bawalah perlengkapan sendiri (makan, mask + snorkel, pelampung, dll) jika berniat untuk berkunjung.
And…enjoy the photos! :D
Notes :
1. Ada bus dari Terminal Bungurasih, Surabaya menuju Sumenep dengan jadwal keberangkatan tiap jam. Perhentian terakhir adalah di Pelabuhan Kalianget, Sumenep.
2. Sewa kapal PP Kalianget – Gili Labak adalah Rp. 350.000, dengan kapasitas sekitar 15 orang. Harga ini tidak pasti, jadi pandai-pandailah menawar.