Said: Di Sekolah Perlu Ada Materi Pelajaran Aswaja Sumenep- Ketua PC NU Sumenep KH Pandji Taufiq dalam sambutannya saat menghadiri acara Haf...
Said: Di Sekolah Perlu Ada Materi Pelajaran Aswaja
Sumenep- Ketua PC NU Sumenep KH Pandji Taufiq dalam sambutannya saat menghadiri acara Haflatul Imtihan dan Wisuda Yayansan Sendang Pelan, Desa Pagarbatu, Kecamatan Saronggi, malam Minggu (29/6), Â merasa resah karena tantangan NU hari ini bukan pada hal pemberdayaan ekonomi maupun sektro yang lain. Justru menurutnya, yang membuatnya resah dan khawatir adalah pada bidang keagamaan. Salah satu alasan kenapa merasa khawatir, karena yang menjadi tradisi dan ciri khas keberislaman sudah mulai melemah. Salah satunya bisa dilihat dari pemahaman siswa tentang Aswaja. âDalam bidang ekonomi kami tidak terlalu khawatir sebab NU sudah memiliki banyak BMT, tetapi yang kami khawatirkan sekarang adalah dalam bidang keagamaan, seakan-akan tradisi warisan KH Hasyim Asyâari, yakni Aswaja,â kata KH. Pandji Taufiq Menanggapi hal tersebut, Said Abdullah menilai bahwa Ahlussunnah waljamaah atau Aswaja sebagai sebuah tradisi keberislaman memang perlu dimasukkan pada kurikulum sekolah. Sebab menurut pandangan Said Abdullah pada era serba keterbukan ini godaan-godaan dari luar secara terus menerus deras mengalir. Bahkan tak jarang, sebuah era baru yang sulit dihalau tersebut juga berdampak cukup signifikan terhadap sektor pendidikan. Salah satunya dibidang pemahaman keagamaan. âNU itu lahir dari pesantren, dan tidak boleh ada jarak antara pesantren dan madrasah. Agar tradisi yang sudah lama kita junjung tetap bertahan dan mengakar kuat terhadap anak didik. Maka, jika boleh saya mengusulkan, alangkah lebih baiknya, di sekolah ada materi pelajaran sekolah,â harapanya saat memberikan pesan dan kesan di acara haflatul imtihan dan wisuda yayasa Sendang Pelan, Pagarbatu, Saronggi. Dia menghimbau kepada seluruh sekolah, utamanya yayasan Sendang Pelan untuk merespon baik apa yang disampaikan oleh ketua PC NU Sumenep bahwa sekolah, utamanya Madrasah agar segera berpikir bagaimana Aswaja bisa itu bisa dikuatkan pada diri anak didik. âArtinya, penguatan ideologi Aswaja pada diri anak didik itu penting. Agar tradisi keberislaman kita tetap terjaga,â harapnya. Pantauan Koran Madura, malam Minggu (29/6) kemarin, selain dihadiri oleh Said Abdullah, juga turut hadir ketua PC NU Sumenep, Kades setempat. Dan juga dari kalangan Ansor, Muslimat, dan Fatayat. Sementara, penceramahnya adalah Prof. Dr. Malik Madany, MA, Katib Aam Syuriah PB NU. Bantu Bangunan Ruang Kelas Sementara itu, Said Abdullah juga siap membantu bangunan ruang kelas untuk MA Nurul Amin yang baru berdiri 2010 kemarin. Seperti yang disampaikan oleh Ketua Yayasan Sendang Pelan dan kades, Pagar Batu, Kecamatan Saronggi, pada saat sambutan bahwa sejak berdirinya pada 1950, Madrasah tersebut hingga hari ini sudah mulai mengalami dinamika, yang awalnya hanya ada TK, MI, dan MTs, kini sudah mendirikan Madrasah Aliyah. Namun, MA yang berdiri tahun 2010 dalam menjalan proses belajar mengajar masih menumpang pada gedung MI dan MTs. Menanggapi hal tersebut, Said Abdullah menjelaskan bahwa di kementerian agama RI ada program untuk pembangunan sekolah yang berada di bawah naungan depag. Bantuan tersebut untuk tahun 2013 anggarannya bertambah, dari yang awalnya 16 triliun, sekarang sudah berada pada angka 38 triliun. âNah, dari anggaran itu tidak ada satu sekolah pun yang tidak dapat alokasi anggaran tersebut, sehingga andai mala mini ada kepala Kemenag Sumenep saya bisa menyampaikan kepada beliau agar MA yang belum ada ruangan bisa dibantu. Tetapi menjadi sebuah kewajiban bagi kami selaku anggota DPR RI untuk saling membantu dan bahu membahu. Insya Allah jika ada semangat gotong royong antarmasyarakat di Pagarbatu, maka saya pun akan siap membantu walaupun hanya separuh pembangunan,â ucapnya. Dia menambahkan bahwa untuk satu bangunan kelas standarnya adalah butuh anggaran Rp 60 juta. âBarusan setelah saya dengar dari Kepala Sekolah dan Kades waktu sambutan bahwa MA belum memiliki ruangan dan proses belajar mengajar masih menumpang, maka saya langsung nelpon teman saya untuk bertanya berapa anggaran yang dihabiskan untuk membangun 1 kelas, ternyata kurang lebih dari Rp 60 juta. Maka dari itu, silahkan menghubungi saya, adanya uang dari gotong royong antarmasyarakat itu berapa, jika baru ada 20 juta, maka 40 jutanya ada saya,â jelasnya. Tetapi saat mengingatkan bahwa maksud dia membantu tak ada lain kecuali sebagai kepeduliannya terhadap pendidikan. âDimanapun saat saya silaturrahim ke berbagai lembaga pendidikan, ada kepentingan atau tidak, saya tetap bantu walaupun hanya sekadarnya saja, sebab kapanpun jika menyangkut pendidikan, maka saya sebagai pribada, apalagi sebagai anggota DPR RI memiliki tanggung jawab untuk ikut serta membantu,â ungkapnya.
Sumenep- Ketua PC NU Sumenep KH Pandji Taufiq dalam sambutannya saat menghadiri acara Haflatul Imtihan dan Wisuda Yayansan Sendang Pelan, Desa Pagarbatu, Kecamatan Saronggi, malam Minggu (29/6), Â merasa resah karena tantangan NU hari ini bukan pada hal pemberdayaan ekonomi maupun sektro yang lain. Justru menurutnya, yang membuatnya resah dan khawatir adalah pada bidang keagamaan. Salah satu alasan kenapa merasa khawatir, karena yang menjadi tradisi dan ciri khas keberislaman sudah mulai melemah. Salah satunya bisa dilihat dari pemahaman siswa tentang Aswaja. âDalam bidang ekonomi kami tidak terlalu khawatir sebab NU sudah memiliki banyak BMT, tetapi yang kami khawatirkan sekarang adalah dalam bidang keagamaan, seakan-akan tradisi warisan KH Hasyim Asyâari, yakni Aswaja,â kata KH. Pandji Taufiq Menanggapi hal tersebut, Said Abdullah menilai bahwa Ahlussunnah waljamaah atau Aswaja sebagai sebuah tradisi keberislaman memang perlu dimasukkan pada kurikulum sekolah. Sebab menurut pandangan Said Abdullah pada era serba keterbukan ini godaan-godaan dari luar secara terus menerus deras mengalir. Bahkan tak jarang, sebuah era baru yang sulit dihalau tersebut juga berdampak cukup signifikan terhadap sektor pendidikan. Salah satunya dibidang pemahaman keagamaan. âNU itu lahir dari pesantren, dan tidak boleh ada jarak antara pesantren dan madrasah. Agar tradisi yang sudah lama kita junjung tetap bertahan dan mengakar kuat terhadap anak didik. Maka, jika boleh saya mengusulkan, alangkah lebih baiknya, di sekolah ada materi pelajaran sekolah,â harapanya saat memberikan pesan dan kesan di acara haflatul imtihan dan wisuda yayasa Sendang Pelan, Pagarbatu, Saronggi. Dia menghimbau kepada seluruh sekolah, utamanya yayasan Sendang Pelan untuk merespon baik apa yang disampaikan oleh ketua PC NU Sumenep bahwa sekolah, utamanya Madrasah agar segera berpikir bagaimana Aswaja bisa itu bisa dikuatkan pada diri anak didik. âArtinya, penguatan ideologi Aswaja pada diri anak didik itu penting. Agar tradisi keberislaman kita tetap terjaga,â harapnya. Pantauan Koran Madura, malam Minggu (29/6) kemarin, selain dihadiri oleh Said Abdullah, juga turut hadir ketua PC NU Sumenep, Kades setempat. Dan juga dari kalangan Ansor, Muslimat, dan Fatayat. Sementara, penceramahnya adalah Prof. Dr. Malik Madany, MA, Katib Aam Syuriah PB NU. Bantu Bangunan Ruang Kelas Sementara itu, Said Abdullah juga siap membantu bangunan ruang kelas untuk MA Nurul Amin yang baru berdiri 2010 kemarin. Seperti yang disampaikan oleh Ketua Yayasan Sendang Pelan dan kades, Pagar Batu, Kecamatan Saronggi, pada saat sambutan bahwa sejak berdirinya pada 1950, Madrasah tersebut hingga hari ini sudah mulai mengalami dinamika, yang awalnya hanya ada TK, MI, dan MTs, kini sudah mendirikan Madrasah Aliyah. Namun, MA yang berdiri tahun 2010 dalam menjalan proses belajar mengajar masih menumpang pada gedung MI dan MTs. Menanggapi hal tersebut, Said Abdullah menjelaskan bahwa di kementerian agama RI ada program untuk pembangunan sekolah yang berada di bawah naungan depag. Bantuan tersebut untuk tahun 2013 anggarannya bertambah, dari yang awalnya 16 triliun, sekarang sudah berada pada angka 38 triliun. âNah, dari anggaran itu tidak ada satu sekolah pun yang tidak dapat alokasi anggaran tersebut, sehingga andai mala mini ada kepala Kemenag Sumenep saya bisa menyampaikan kepada beliau agar MA yang belum ada ruangan bisa dibantu. Tetapi menjadi sebuah kewajiban bagi kami selaku anggota DPR RI untuk saling membantu dan bahu membahu. Insya Allah jika ada semangat gotong royong antarmasyarakat di Pagarbatu, maka saya pun akan siap membantu walaupun hanya separuh pembangunan,â ucapnya. Dia menambahkan bahwa untuk satu bangunan kelas standarnya adalah butuh anggaran Rp 60 juta. âBarusan setelah saya dengar dari Kepala Sekolah dan Kades waktu sambutan bahwa MA belum memiliki ruangan dan proses belajar mengajar masih menumpang, maka saya langsung nelpon teman saya untuk bertanya berapa anggaran yang dihabiskan untuk membangun 1 kelas, ternyata kurang lebih dari Rp 60 juta. Maka dari itu, silahkan menghubungi saya, adanya uang dari gotong royong antarmasyarakat itu berapa, jika baru ada 20 juta, maka 40 jutanya ada saya,â jelasnya. Tetapi saat mengingatkan bahwa maksud dia membantu tak ada lain kecuali sebagai kepeduliannya terhadap pendidikan. âDimanapun saat saya silaturrahim ke berbagai lembaga pendidikan, ada kepentingan atau tidak, saya tetap bantu walaupun hanya sekadarnya saja, sebab kapanpun jika menyangkut pendidikan, maka saya sebagai pribada, apalagi sebagai anggota DPR RI memiliki tanggung jawab untuk ikut serta membantu,â ungkapnya.