Harga Hewan Naik SUMENEP -  Menjelang bulan suci Ramadhan, harga hewan ternak jenis kambing di pasaran mulai mengalami naik. Untuk kambing...
Harga Hewan Naik
SUMENEP -  Menjelang bulan suci Ramadhan, harga hewan ternak jenis kambing di pasaran mulai mengalami naik. Untuk kambing ukuran akikah dan kurban, mengalami kenaikan antara 150 hingga 200 ribu per ekor. Kenaikan harga hewan ternak jenis kambing tersebut dipicu banyaknya permintaan dari luar daerah untuk persiapan kurban. Pantauan Koran Madura di Pasar Hewan di Kabupaten Sumenep, Kamis (4/7),  harga kambing standar ukuran akikah dan kurban yang memiliki tanduk cukup, badan cukup, mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan. Seekor kambing standar yang semula Rp. 650 ribu per ekor menjadi Rp. 750 ribu per ekor. Dan kambing standar yang semula berada pada harga Rp. 700 ribu per ekor menjadi Rp. 850 ribu per ekor. Sedangka untuk kambing kelas super ukuran akikah dan kurban yang memiliki ciri-ciri seperti giginya sudah powel, tanduk panjang, badan gemuk, dan telur zakar utuh (dua biji lengkap) mengalami kenaikan hingga Rp. 200 ribu per ekor. Kambing ukuran akikah dan kurban yang semula Rp. 1.200.000 per ekor, saat ini menjadi Rp. 1.400.000. Azis (43), salah satu pedagang kambing asal Kecamatan Bluto, mengakui jika harga kambing saat ini mengalami kenaikan harga. âKejadian ini memang lumrah terjadi pada saat menjelang bulan Ramadhan. Biasa banyak yang cari kambing untuk persiapan lebaran,â katanya kepada Koran Madura, di Pasar Bangkal, Kamis (4/7). Timul (45) pedagang kambing Asal Kecamatan Manding, menambahkan. banyaknya permintaan membuat dirinya kesulitan mencari kambing sesuai permintaan pasar, sehingga kambing piaraannya juga ikut dijual karena sesuai dengan yang diinginkan pembeli. âWajar saja kalau harga kambing di pasaran sangat tinggi, karena para pedagang merasa kesulitan memenuhi permintaan pasar,â terangnya. Menurutnya, haiknya harga kambing masih dalam taraf wajar asal pembeli yang hendak membeli kambing ke pasar tidak melalui calo. Jika melalui calo, para pedagang akan menaikkan kambingnya lebih tinggi dari harga sebenarnya. âKalau pembeli membeli langsung ke pedagangan, harganya setabil, kok. Tapi jika pembeli memakai calo, maka harga kambing akan baik Rp. 100 ribu dari harga biasa. Maklum, Mas, harga jadi naik, karena calonya minta minimal 100 ribu,â terangnya. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) juga turut mempengaruhi kenaikan harga kambing. Sebab akibat kenaikan harga BBM, biaya transportasi dari kampung ke pasar hewan ternak juga naik. âBiaya pick up untuk mengangkut kambing dari rumah, sekarang naik, Mas. Kalau sebelumnya cuma Rp. 5 ribu sekarang menjadi Rp. 7 ribu per ekor. Ya terpaksa lah kami  menaikkan harga jual kambing,â ungkap Razak, pedagang kambing asal Kecamatan Lenteng. Menurut Ketua Asosiasi Pedagang Kambing dan Sapi Kabupaten Sumenep Samuddin (40), kenaikan harga hewan menjelang bulan Ramadhan hampir terjadi setiap tahun. "Memang setiap menjelang bulan puasa harga kambing akan mengalami kenaikan," ungkapnya. Daging Aman Sementara Dinas Peternakan Sumenep memastikan stok daging selama bulan Ramadhan cukup dan aman dari bahan pengawet. Hal itu didasarkan pada survei lapangan disnak untuk memantau aktivitas pasokan daging. Kepala Dinas Peternakan Arief Rusdi mengatakan, pada bulan suci Ramadhan, kebutuhan daging biasanya meningkati, sehingga perlu mendapatkan pengawasan serba ekstra. Sebab, menurutnya, ketika permintaan meningkat rawan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Katanya, tidak menutup kemungkinan kurangnya pasokan daging dijadikan kesempatan para pedagang untuk menggunakan bahan pengawet dari bahan kimia yang mengancam keselamatan jiwa. Untuk mengantisipasi hal itu, Dinas Perternakan gencar turun ke sejumlah pedagang di pasar untuk memastikan daging tersebut bebas dari bahan kimia yang membahayakan. Dinas Peternakan telah melakukan survei langsung ke lapangan sejak beberapa bulan lalu. Menjelang bulan Ramadhan 1434, survei dilakukan lebih optimal karena dihawatirkan adanya daging yang tidak layak konsumsi. Rusdi menuturkan, dalam melakukan survei di lapangan, pihaknya menggandeng tenaga kesehatan, yakni dokter hewan yang langsung melakukan tes di tempat. Juga melalui laboratorium. Pasar yang sering dilakukan survei adalah Pasar Anom Baru, Pasar Lenteng dan Pasar Ganding. Dari hasil survei selama ini, Dinas Peternakan Sumenep belum menemukan kejanggalan terkait kelayakan konsumsi, sehingga Rusdi memastikan stok dan kualitas daging di Sumenep menjelang puasa ini masih aman dan layak konsumsi. âKami sudah sering melakukan pengawasan, Mas dari bulanâ"bulan sebelumnya. Namun, menjelang puasa ini kami lebih intensifkan. Tak lupa kami juga melakukannya bersama dokter hewanâ, jelas Rusdi kepada RRI, Kamis (4/7). Ia menambahkan, untuk pemotongan daging sapi di Rumah Potong Hewan (RPH) Sumenep, perharinya sekitar 20 hingga 22 ekor atau sekitar 1 ton. Jumlah tersebut nantinya akan terus meningkat, dan puncaknya pada H-7 sampai Hari Raya Idul Fitri. âKami pastikan aman, Mas, untuk kualitas dan stok daging di Sumenep,â pungkasnya. (edy/sai/mk)
SUMENEP -  Menjelang bulan suci Ramadhan, harga hewan ternak jenis kambing di pasaran mulai mengalami naik. Untuk kambing ukuran akikah dan kurban, mengalami kenaikan antara 150 hingga 200 ribu per ekor. Kenaikan harga hewan ternak jenis kambing tersebut dipicu banyaknya permintaan dari luar daerah untuk persiapan kurban. Pantauan Koran Madura di Pasar Hewan di Kabupaten Sumenep, Kamis (4/7),  harga kambing standar ukuran akikah dan kurban yang memiliki tanduk cukup, badan cukup, mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan. Seekor kambing standar yang semula Rp. 650 ribu per ekor menjadi Rp. 750 ribu per ekor. Dan kambing standar yang semula berada pada harga Rp. 700 ribu per ekor menjadi Rp. 850 ribu per ekor. Sedangka untuk kambing kelas super ukuran akikah dan kurban yang memiliki ciri-ciri seperti giginya sudah powel, tanduk panjang, badan gemuk, dan telur zakar utuh (dua biji lengkap) mengalami kenaikan hingga Rp. 200 ribu per ekor. Kambing ukuran akikah dan kurban yang semula Rp. 1.200.000 per ekor, saat ini menjadi Rp. 1.400.000. Azis (43), salah satu pedagang kambing asal Kecamatan Bluto, mengakui jika harga kambing saat ini mengalami kenaikan harga. âKejadian ini memang lumrah terjadi pada saat menjelang bulan Ramadhan. Biasa banyak yang cari kambing untuk persiapan lebaran,â katanya kepada Koran Madura, di Pasar Bangkal, Kamis (4/7). Timul (45) pedagang kambing Asal Kecamatan Manding, menambahkan. banyaknya permintaan membuat dirinya kesulitan mencari kambing sesuai permintaan pasar, sehingga kambing piaraannya juga ikut dijual karena sesuai dengan yang diinginkan pembeli. âWajar saja kalau harga kambing di pasaran sangat tinggi, karena para pedagang merasa kesulitan memenuhi permintaan pasar,â terangnya. Menurutnya, haiknya harga kambing masih dalam taraf wajar asal pembeli yang hendak membeli kambing ke pasar tidak melalui calo. Jika melalui calo, para pedagang akan menaikkan kambingnya lebih tinggi dari harga sebenarnya. âKalau pembeli membeli langsung ke pedagangan, harganya setabil, kok. Tapi jika pembeli memakai calo, maka harga kambing akan baik Rp. 100 ribu dari harga biasa. Maklum, Mas, harga jadi naik, karena calonya minta minimal 100 ribu,â terangnya. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) juga turut mempengaruhi kenaikan harga kambing. Sebab akibat kenaikan harga BBM, biaya transportasi dari kampung ke pasar hewan ternak juga naik. âBiaya pick up untuk mengangkut kambing dari rumah, sekarang naik, Mas. Kalau sebelumnya cuma Rp. 5 ribu sekarang menjadi Rp. 7 ribu per ekor. Ya terpaksa lah kami  menaikkan harga jual kambing,â ungkap Razak, pedagang kambing asal Kecamatan Lenteng. Menurut Ketua Asosiasi Pedagang Kambing dan Sapi Kabupaten Sumenep Samuddin (40), kenaikan harga hewan menjelang bulan Ramadhan hampir terjadi setiap tahun. "Memang setiap menjelang bulan puasa harga kambing akan mengalami kenaikan," ungkapnya. Daging Aman Sementara Dinas Peternakan Sumenep memastikan stok daging selama bulan Ramadhan cukup dan aman dari bahan pengawet. Hal itu didasarkan pada survei lapangan disnak untuk memantau aktivitas pasokan daging. Kepala Dinas Peternakan Arief Rusdi mengatakan, pada bulan suci Ramadhan, kebutuhan daging biasanya meningkati, sehingga perlu mendapatkan pengawasan serba ekstra. Sebab, menurutnya, ketika permintaan meningkat rawan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Katanya, tidak menutup kemungkinan kurangnya pasokan daging dijadikan kesempatan para pedagang untuk menggunakan bahan pengawet dari bahan kimia yang mengancam keselamatan jiwa. Untuk mengantisipasi hal itu, Dinas Perternakan gencar turun ke sejumlah pedagang di pasar untuk memastikan daging tersebut bebas dari bahan kimia yang membahayakan. Dinas Peternakan telah melakukan survei langsung ke lapangan sejak beberapa bulan lalu. Menjelang bulan Ramadhan 1434, survei dilakukan lebih optimal karena dihawatirkan adanya daging yang tidak layak konsumsi. Rusdi menuturkan, dalam melakukan survei di lapangan, pihaknya menggandeng tenaga kesehatan, yakni dokter hewan yang langsung melakukan tes di tempat. Juga melalui laboratorium. Pasar yang sering dilakukan survei adalah Pasar Anom Baru, Pasar Lenteng dan Pasar Ganding. Dari hasil survei selama ini, Dinas Peternakan Sumenep belum menemukan kejanggalan terkait kelayakan konsumsi, sehingga Rusdi memastikan stok dan kualitas daging di Sumenep menjelang puasa ini masih aman dan layak konsumsi. âKami sudah sering melakukan pengawasan, Mas dari bulanâ"bulan sebelumnya. Namun, menjelang puasa ini kami lebih intensifkan. Tak lupa kami juga melakukannya bersama dokter hewanâ, jelas Rusdi kepada RRI, Kamis (4/7). Ia menambahkan, untuk pemotongan daging sapi di Rumah Potong Hewan (RPH) Sumenep, perharinya sekitar 20 hingga 22 ekor atau sekitar 1 ton. Jumlah tersebut nantinya akan terus meningkat, dan puncaknya pada H-7 sampai Hari Raya Idul Fitri. âKami pastikan aman, Mas, untuk kualitas dan stok daging di Sumenep,â pungkasnya. (edy/sai/mk)