Anggaran Tangkis Laut Capai Rp. 40 Miliar PAMEKASAN - Pemerintah menyediakan anggaran sebesar Rp 40 miliar untuk perbaikan dan pembangunan t...
Anggaran Tangkis Laut Capai Rp. 40 Miliar
PAMEKASAN - Pemerintah menyediakan anggaran sebesar Rp 40 miliar untuk perbaikan dan pembangunan tangkis laut di Desa Tlonto Rajah, Kecamatan Pasean, dan Tamberu, Kecamatan Batumarmar, Pamekasan. Pembangunan tangkis di wilayah itu dinilai mendesak dilakukan karena kondisi pantai yang sudah parah dan mengancam permukiman warga setempat. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pamekasan, Totok Hartono mengatakan jika tidak ada perubahan, pekerjaan pembangunan tangkis laut tersebut akan dimulai tahun ini sesuai perencanaan yang sudah disusun. Menurutnya, dana yang disediakan itu, masing-masing Rp 20 miliar untuk pembangunan tangkis di Kecamatan Pasean dan Rp 20 miliar sisanya untuk pembangunan tangkis di Kecamatan Barumarmar. Tangkis laut tersebut kata totok, memang sangat dibutuhkan untuk menahan gempuran ombak, saat terjadi cuaca buruk. Karena berdasarkan evaluasinya, setiap kali terjadi cuaca buruk akibat perubahan musim, air laut naik hingga kawasan permukiman. Bahkan, ada sebagian rumah warga yang ambruk akibat diterjang ombak. Salah seorang warga Desa Tlonto Rajah, Musbahar mengatakan rencana itu memang sudah dinantikan warga karena sudah sejak lama mereka mengusulkan pembangunan tangkis ke pemerintah. Ia berharap rencana itu bisa segera dilaksanakan, karena kondisi pantai yang sudah cukup parah, sementara permukiman penduduk di wilayah itu cukup padat. âKami juga meminta agar pelaksana proyek, berkoordinasi dengan warga dan pemerintahan desa, agar pembangunan itu sesuai dengan kebutuhan warga, dan bukan asal membangun,â katanya. Terjadinya abrasi laut di desa Tlontoh Rajeh, tidak hanya disebabkan belum adanya tangkis laut, melainkan pula karena adanya penambangan pasir liar di desa tersebut, yang dilakukan oleh oknom masyarakat. Kondisi pantai di Desa Tontoraja makin parah. Di wilayah itu, nyaris tidak ada lagi batas antara pantai dengan rumah warga akibat pengikisan air laut yang salah satunya disebabkan oleh maraknya penambangan pasir secara liar. Bahkan, beberapa waktu lalu, puluhan rumah di desa itu, rusak akibat dihantam ombak yang disertai angin kencang. Sebagian rumah itu tidak bisa ditempati karena mengalami kerusakan cukup parah. Sedikitnya lima keluarga di desa itu harus meninggalkan rumah mereka yang rusak parah dan mengungsi ke rumah sanak famili sambil menunggu perbaikan. Ombak besar yang disertai angin kencang menghantam wilayah pesisir Pasean menghantam puluhan rumah yang berada persis di pinggir pantai. Air laut bahkan masuk dari dinding rumah yang retak hingga sebagian warga terpaksa menambalnya dengan kayu maupun seng. Sejak saat itu, seluruh warga yang rumahnya berada persis di pinggir pantai, memilih berada di luar rumah setiap kali air laut pasang. Mereka hanya masuk ke rumah hanya sesekali untuk keperluan memasak dan mengambil pakaian. Akibat hantaman ombak itu, puluhan rumah mengalami kerusakan cukup parah, satu di antaranya roboh. Sebagian besar rumah warga itu mengalami kerusakan di dinding bagian belakang. Sujai, warga Tlonto Raja yang rumahnya roboh, Senin (22/7), mengatakan saat ini banyak warga yang terpaksa mengungsi, meski rumah mereka hanya mengalami kerusakan kecil, karena khawatir rumah mereka juga roboh. Mereka menumpang di rumah saudara maupun di tetangga sekitar yang tidak berada di pinggir pantai. Selain merusak rumah warga, hantaman ombak juga menyebabkan tangkis laut yang dibangun pemerintah setempat dan swadaya masyarakat rusak. Sedikitnya ada tiga titik tangkis yang jebol hingga air laut masuk ke permukiman warga. Warga setempat, pernah membangun tangkis laut secara suadaya, namun rusak akibat kuatnya hantaman ombak. Bupati Pamekasan, Achmad Syafii mengatakan pemerintah sudah merencanakan pembangunan tangkis laut di sepanjang pantai utara yang berdekatan dengan permukiman warga. Pembangunan tangkis itu merupakan bagian dari pembangunan kawasan utara yang diproyeksikan sebagai kota kedua di Pamekasan. Untuk tahun ini, lanjutnya, pemerintah melalui  Balai Sungai Berantas akan membengun tangkis laut di pantura Pamekasan, yaitu di Kecamatan Pasean dan Batumarmar. Pembangunan itu merupakan bagian dari proses percepatan infrastuktur di pantura. Selain itu, pihaknya akan menerapkan aturan tegas bagi penambang pasir yang diduga menjadi penyebab terjadinya abrasi, sehingga kondisi pesisir di sepanjang Pantai Batumarmar hingga Pasean makin dekat dengan permukiman warga. Selama ini, upaya penanganan terhadap para penambang itu sudah dilakukan, namun belum menunjukkan hasil yang maksimal. Upaya itu akan terus ditingkatkan disertai dengan tindakan tegas, sehingga lingkungan di wilayah itu bisa terselamatkan. Menurut Rohah, warga Tlonto Raja, awalnya pantai di desa itu jauh dari permukiman. Bahkan, di pinggir pantai, pernah ada lapangan yang biasa digunakan anak-anak di desa tersebut bermain. Namun, akibat maraknya penambangan pasir yang sebagian dilakukan oleh warga di luar desa itu, kondisi pantai makin dekat dengan permukiman, bahkan saat ini nyaris tidak ada batas antara pantai dengan rumah warga. âJika tidak segera ditangani, tidak menutup kemungkinan kondisinya makin parah,â katanya. (awa/muj/rah)
PAMEKASAN - Pemerintah menyediakan anggaran sebesar Rp 40 miliar untuk perbaikan dan pembangunan tangkis laut di Desa Tlonto Rajah, Kecamatan Pasean, dan Tamberu, Kecamatan Batumarmar, Pamekasan. Pembangunan tangkis di wilayah itu dinilai mendesak dilakukan karena kondisi pantai yang sudah parah dan mengancam permukiman warga setempat. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pamekasan, Totok Hartono mengatakan jika tidak ada perubahan, pekerjaan pembangunan tangkis laut tersebut akan dimulai tahun ini sesuai perencanaan yang sudah disusun. Menurutnya, dana yang disediakan itu, masing-masing Rp 20 miliar untuk pembangunan tangkis di Kecamatan Pasean dan Rp 20 miliar sisanya untuk pembangunan tangkis di Kecamatan Barumarmar. Tangkis laut tersebut kata totok, memang sangat dibutuhkan untuk menahan gempuran ombak, saat terjadi cuaca buruk. Karena berdasarkan evaluasinya, setiap kali terjadi cuaca buruk akibat perubahan musim, air laut naik hingga kawasan permukiman. Bahkan, ada sebagian rumah warga yang ambruk akibat diterjang ombak. Salah seorang warga Desa Tlonto Rajah, Musbahar mengatakan rencana itu memang sudah dinantikan warga karena sudah sejak lama mereka mengusulkan pembangunan tangkis ke pemerintah. Ia berharap rencana itu bisa segera dilaksanakan, karena kondisi pantai yang sudah cukup parah, sementara permukiman penduduk di wilayah itu cukup padat. âKami juga meminta agar pelaksana proyek, berkoordinasi dengan warga dan pemerintahan desa, agar pembangunan itu sesuai dengan kebutuhan warga, dan bukan asal membangun,â katanya. Terjadinya abrasi laut di desa Tlontoh Rajeh, tidak hanya disebabkan belum adanya tangkis laut, melainkan pula karena adanya penambangan pasir liar di desa tersebut, yang dilakukan oleh oknom masyarakat. Kondisi pantai di Desa Tontoraja makin parah. Di wilayah itu, nyaris tidak ada lagi batas antara pantai dengan rumah warga akibat pengikisan air laut yang salah satunya disebabkan oleh maraknya penambangan pasir secara liar. Bahkan, beberapa waktu lalu, puluhan rumah di desa itu, rusak akibat dihantam ombak yang disertai angin kencang. Sebagian rumah itu tidak bisa ditempati karena mengalami kerusakan cukup parah. Sedikitnya lima keluarga di desa itu harus meninggalkan rumah mereka yang rusak parah dan mengungsi ke rumah sanak famili sambil menunggu perbaikan. Ombak besar yang disertai angin kencang menghantam wilayah pesisir Pasean menghantam puluhan rumah yang berada persis di pinggir pantai. Air laut bahkan masuk dari dinding rumah yang retak hingga sebagian warga terpaksa menambalnya dengan kayu maupun seng. Sejak saat itu, seluruh warga yang rumahnya berada persis di pinggir pantai, memilih berada di luar rumah setiap kali air laut pasang. Mereka hanya masuk ke rumah hanya sesekali untuk keperluan memasak dan mengambil pakaian. Akibat hantaman ombak itu, puluhan rumah mengalami kerusakan cukup parah, satu di antaranya roboh. Sebagian besar rumah warga itu mengalami kerusakan di dinding bagian belakang. Sujai, warga Tlonto Raja yang rumahnya roboh, Senin (22/7), mengatakan saat ini banyak warga yang terpaksa mengungsi, meski rumah mereka hanya mengalami kerusakan kecil, karena khawatir rumah mereka juga roboh. Mereka menumpang di rumah saudara maupun di tetangga sekitar yang tidak berada di pinggir pantai. Selain merusak rumah warga, hantaman ombak juga menyebabkan tangkis laut yang dibangun pemerintah setempat dan swadaya masyarakat rusak. Sedikitnya ada tiga titik tangkis yang jebol hingga air laut masuk ke permukiman warga. Warga setempat, pernah membangun tangkis laut secara suadaya, namun rusak akibat kuatnya hantaman ombak. Bupati Pamekasan, Achmad Syafii mengatakan pemerintah sudah merencanakan pembangunan tangkis laut di sepanjang pantai utara yang berdekatan dengan permukiman warga. Pembangunan tangkis itu merupakan bagian dari pembangunan kawasan utara yang diproyeksikan sebagai kota kedua di Pamekasan. Untuk tahun ini, lanjutnya, pemerintah melalui  Balai Sungai Berantas akan membengun tangkis laut di pantura Pamekasan, yaitu di Kecamatan Pasean dan Batumarmar. Pembangunan itu merupakan bagian dari proses percepatan infrastuktur di pantura. Selain itu, pihaknya akan menerapkan aturan tegas bagi penambang pasir yang diduga menjadi penyebab terjadinya abrasi, sehingga kondisi pesisir di sepanjang Pantai Batumarmar hingga Pasean makin dekat dengan permukiman warga. Selama ini, upaya penanganan terhadap para penambang itu sudah dilakukan, namun belum menunjukkan hasil yang maksimal. Upaya itu akan terus ditingkatkan disertai dengan tindakan tegas, sehingga lingkungan di wilayah itu bisa terselamatkan. Menurut Rohah, warga Tlonto Raja, awalnya pantai di desa itu jauh dari permukiman. Bahkan, di pinggir pantai, pernah ada lapangan yang biasa digunakan anak-anak di desa tersebut bermain. Namun, akibat maraknya penambangan pasir yang sebagian dilakukan oleh warga di luar desa itu, kondisi pantai makin dekat dengan permukiman, bahkan saat ini nyaris tidak ada batas antara pantai dengan rumah warga. âJika tidak segera ditangani, tidak menutup kemungkinan kondisinya makin parah,â katanya. (awa/muj/rah)