Suramadu Belum Berpengaruh Signifikan Sumenep - Pasca beroperasinya jembatan Suramadu, semua pasang mata tertuju kepada Madura. Bahkan tak j...
Suramadu Belum Berpengaruh Signifikan
Sumenep - Pasca beroperasinya jembatan Suramadu, semua pasang mata tertuju kepada Madura. Bahkan tak jarang, muncul harapan bahwa Madura jaya, Madura maju dan Madura berkembang. Namun, sepertinya jembatan Suramadu belum memberikan berpengaruh yang signifikan terhadap perkembangan dan pembangunan Madura. Demikian disampaikan Pemimpin Redaksi Koran Madura Abrari saat membuka talk show Simposium Pembangunan Madura dan PKL Nasional PMII Cabang Sumenep dengan tajuk âMemperjelas Arah dan Paradigma Pembangunan Maduraâ di Hotel Utami, Minggu (26/5). Magister psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya mengatakan, selama ini Madura yang digadang-gadang akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Jatim hanya sekadar ilusi. Mimpi Madura maju, berkembang dan jaya hanya hiburan semata. Badan Perencanaan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Arief Trihardjono mengatakan, bahwa Madura sebenarnya layak dijadikan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di Jatim melihat kekayaan potensi alamnya sangat luar bisa. âTermasuk melihat dari IPM sangat tinggi, yaitu berada pada angka 69 persen, dengan didukung oleh angka pengangguran di tingkat Madura kecil, yakni, 1,19 persen. bahkan mengalami penurunan, dari yang awalnya 1.89 persen,â ungkapnya. Arief kian yakin ketika melihat Madura dari kacamata pertanian. Ternyata, pertanian di Madura itu termasuk pertanian unggul. âTaruhlah masilnya tebu di lahan kering, dan tembakau di lahan perkebunan. Termasuk juga liting minyak Madura pada tahun 2011 berada pada angka 4,5 juta barel. Belum lagi ternaknya yang populasinya mencapai 360.312. Ini potensi luar biasa, jadi sangat mungkin Madura akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi,â ucapnya. Sementara, Kabag Humas BPWS Faisal menyampaikan, hal yang sama bahwa Madura, utamanya Sumenep memiliki kekayaan yang melimpah ruah. âNamun, persoalannya, pembangunan itu masih belum sampai pada tataran ideal. Karena ketika BPWS membuka ruang untuk Madura, ternyata kami masih menemukan kendala. Saat satu 3 kabupaten Madura menyatakan siap, maka satu Kabupaten masih terkendala izin, yaitu Kabupaen Bangkalan. Sehingga sampai hari ini arah dan paradigma pembangunan Madura hanya ilusi saja, padahal apa gunanya jempatan Suramadu telah membuka kran bagi Madura,â katanya. Dia juga menambahkan, selain proses izin, persoalan lahan juga menjadi masalah yang cukup krusial. âMasyaraka sudah sepakat, tetapi ada yang masih menolak, padahal kami punya rencana, akan di bangun Masjid seribu jaya sebagai simbol bahwa Madura adalah serambi Madinah,â tambahnya. Menurut Faisal, orang bicara kapitalisme. Tetapi mereka suka modernisme. Padahal modernisme berhubungan baik dengan kapitalisme. âSehingga fobia orang madura terhadap kapitalisme seharusnya sudah dibuang. Karena modernisme tidak selamanya harus diartikan sempit, karena modernisme juga mengusung misi pemberdayaan,â imbuhnya. Dialog kian menghangat ketika Abrari menggiring dialog tentang pembangunan Madura dari kacamatan akademisi. Rektor UIM Pamekasan Sahibuddin memotret, Madura dari sisi yang berbeda. Menurutnya, arah dan paradigma pembangunan Madura tidak hanya berbicara angka dan fisik, tetapi kebijikan pembangunan madura harus diarahkan âmembangun Madura, bukan membangun di Maduraâ. âKarena dalam pembacaan saya, jempatan Suramadu masih belum dirasakan oleh semua kalangan. Hanya orang-orang kalangan menengah ke atas yang merasakan nikmatnya melintas di jempatan itu. Seperti kata salah satu warga Bangkalan saat bercerita bahwa semenjak Suramadu ada, dia tidak pernah mencicipi nikmatnya melintasi jempatan itu. Kenapa? Karena mobil angkutan umum tidak boleh melintas di sana,â katanya. Jadi, jika nantiny Madura ingin dibangun, maka harus menguntungan masyarakat Madura. âKarena kekhawatiran masyarakat Madura ingin hidup sejahtera walaupun Madura pada tahun 2015 ada ASEAN, dan AFTA 2025,â tambahnya. (sym/mk)
Sumenep - Pasca beroperasinya jembatan Suramadu, semua pasang mata tertuju kepada Madura. Bahkan tak jarang, muncul harapan bahwa Madura jaya, Madura maju dan Madura berkembang. Namun, sepertinya jembatan Suramadu belum memberikan berpengaruh yang signifikan terhadap perkembangan dan pembangunan Madura. Demikian disampaikan Pemimpin Redaksi Koran Madura Abrari saat membuka talk show Simposium Pembangunan Madura dan PKL Nasional PMII Cabang Sumenep dengan tajuk âMemperjelas Arah dan Paradigma Pembangunan Maduraâ di Hotel Utami, Minggu (26/5). Magister psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya mengatakan, selama ini Madura yang digadang-gadang akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Jatim hanya sekadar ilusi. Mimpi Madura maju, berkembang dan jaya hanya hiburan semata. Badan Perencanaan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Arief Trihardjono mengatakan, bahwa Madura sebenarnya layak dijadikan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di Jatim melihat kekayaan potensi alamnya sangat luar bisa. âTermasuk melihat dari IPM sangat tinggi, yaitu berada pada angka 69 persen, dengan didukung oleh angka pengangguran di tingkat Madura kecil, yakni, 1,19 persen. bahkan mengalami penurunan, dari yang awalnya 1.89 persen,â ungkapnya. Arief kian yakin ketika melihat Madura dari kacamata pertanian. Ternyata, pertanian di Madura itu termasuk pertanian unggul. âTaruhlah masilnya tebu di lahan kering, dan tembakau di lahan perkebunan. Termasuk juga liting minyak Madura pada tahun 2011 berada pada angka 4,5 juta barel. Belum lagi ternaknya yang populasinya mencapai 360.312. Ini potensi luar biasa, jadi sangat mungkin Madura akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi,â ucapnya. Sementara, Kabag Humas BPWS Faisal menyampaikan, hal yang sama bahwa Madura, utamanya Sumenep memiliki kekayaan yang melimpah ruah. âNamun, persoalannya, pembangunan itu masih belum sampai pada tataran ideal. Karena ketika BPWS membuka ruang untuk Madura, ternyata kami masih menemukan kendala. Saat satu 3 kabupaten Madura menyatakan siap, maka satu Kabupaten masih terkendala izin, yaitu Kabupaen Bangkalan. Sehingga sampai hari ini arah dan paradigma pembangunan Madura hanya ilusi saja, padahal apa gunanya jempatan Suramadu telah membuka kran bagi Madura,â katanya. Dia juga menambahkan, selain proses izin, persoalan lahan juga menjadi masalah yang cukup krusial. âMasyaraka sudah sepakat, tetapi ada yang masih menolak, padahal kami punya rencana, akan di bangun Masjid seribu jaya sebagai simbol bahwa Madura adalah serambi Madinah,â tambahnya. Menurut Faisal, orang bicara kapitalisme. Tetapi mereka suka modernisme. Padahal modernisme berhubungan baik dengan kapitalisme. âSehingga fobia orang madura terhadap kapitalisme seharusnya sudah dibuang. Karena modernisme tidak selamanya harus diartikan sempit, karena modernisme juga mengusung misi pemberdayaan,â imbuhnya. Dialog kian menghangat ketika Abrari menggiring dialog tentang pembangunan Madura dari kacamatan akademisi. Rektor UIM Pamekasan Sahibuddin memotret, Madura dari sisi yang berbeda. Menurutnya, arah dan paradigma pembangunan Madura tidak hanya berbicara angka dan fisik, tetapi kebijikan pembangunan madura harus diarahkan âmembangun Madura, bukan membangun di Maduraâ. âKarena dalam pembacaan saya, jempatan Suramadu masih belum dirasakan oleh semua kalangan. Hanya orang-orang kalangan menengah ke atas yang merasakan nikmatnya melintas di jempatan itu. Seperti kata salah satu warga Bangkalan saat bercerita bahwa semenjak Suramadu ada, dia tidak pernah mencicipi nikmatnya melintasi jempatan itu. Kenapa? Karena mobil angkutan umum tidak boleh melintas di sana,â katanya. Jadi, jika nantiny Madura ingin dibangun, maka harus menguntungan masyarakat Madura. âKarena kekhawatiran masyarakat Madura ingin hidup sejahtera walaupun Madura pada tahun 2015 ada ASEAN, dan AFTA 2025,â tambahnya. (sym/mk)