Pengembangan Usaha Kecil Dipertanyakan SAMPANG - Lembaga Swadaya Masyarakat Gerakan Indonesia Bangkit (LSM GIB) bersama dengan calon nasabah...
Pengembangan Usaha Kecil Dipertanyakan
SAMPANG - Lembaga Swadaya Masyarakat Gerakan Indonesia Bangkit (LSM GIB) bersama dengan calon nasabah BANK UMKM Provinsi Jawa Timur Cabang Sampang Jalan Rajawali mendatangi bank tersebut, Senin (6/5). Mereka mempertanyakan kejelasan tentang program PAK KUMIS (paket kredit untuk masyarakat ingin sejahtera) yang sampai saat ini masih belum dirasakan oleh calon nasabah untuk mengembangkan usahanya. Setelah mereka ditemui oleh pihak Bank UMKM, calon nasabah yang didampingi oleh LSM GIB mempertanyakan tentang program pengembangan bagi usaha kecil, karena sebelumnya sudah mengajukan permohonan pinjaman kepada Bank UMKM tersebut, namun hingga kini masih belum ada tindak lanjut dari pihak bank. Pihak bank tidak menindaklanjuti permohonan yang diajukan nasabah dengan alasan para calon nasabah masih belum memenuhi persyaratan. Menurut pihak bank untuk mendapatkan pinjaman dari Bank UMKM, calon nasabah harus membayar uang sebesar Rp 500 ribu rupiah. Karena diminta uang sebesar itu, maka calon nasabah banyak menggagalkan rencana minjam uang dalam mengembangkan usahanya. Ketua LSM GIB, Ilyas mengatakan di depan bagian pemasaran kalau kedatangan pihak Bank ketika mendatangi para calon nasabah seperti penyidik sehingga para calon nasabah merasa ketakutan saat didatangi waktu melakukan survei ke rumahnya. Seharusnya pihak Bank bisa memfasilitasi dan menjembatani para calon nasabah untuk mengembangkan usahanya. âPara calon nasabah banyak yang menggagalkan simpan pinjamnya karena ibu ketika datang ke rumahnya seperti penyidik sehingga mereka ketakutan. Seharusnya ibu menjembataninya untuk memudahkan mereka dalam mendapatkan pinjaman,â ujarnya ketika berdialog dengan pihak Bank UMKM, Senin (06/5). Nunung yang menemui mereka langsung membantah pernyatan dari LSM. Menurut Nunung, ketika dirinya mendatangi rumah para calon nasabah mempertanyakan dengan baik-baik alasan meminjam uang di Bank UMKM. Survey yang dilakukannya merupakan salah satu tanggung jawab bagian pemasaran kepada para calon nasabah. Kendati pun disurvei, itu juga belum jaminan serta merta pihak Bank langsung memberikan pinjaman. Kecuali apabila dirinya sudah tahu siapa yang akan menjadi calon nasabah dan untuk apa dana pinjamannya, yang dapat meyakinkan pihaknya, baru kemudian para nasabah diharuskan membuat buku tabungan  untuk pencairan dana pinjaman yang dimohon. âKami tidak datang seperti orang yang mau menakut-nakuti para calon nasabah, cuman ketika kami datang ke rumahnya mereka langsung gemeteran, itu pun saya juga tidak tahu kenapa mereka seperti itu,â jawabnya. Ilyas ketika diwawancarai mengatakan kedatangannya untuk membantu pedagang kecil yang ingin mengembangkan usahanya, namun ketika dirinya bersama nasabah sampai di sini (Bank), peminjam harus menabung dulu sebesar Rp 500 ribu, nanti baru akan mendapatkan uang sebesar Rp 2.500.000. Sementara pedagang tidak mampu untuk membayar uang tabungan tersebut. âIni sangat memberatkan bagi pedagang kecil yang membutuhkan modal, padahal saya sudah satu bulan yang mengajukan untuk orang yang mengembangkan usahanya. Lagipula ini sangat dibutuhkan masyarakat sehingga kami mencoba menjembatani keluhan masyarakat dengan Bank UMKM,â terangnya kepada Koran Madura. Sementara Bank UMKM melalui bagian pemasaran Nunung didampingi oleh bagian umum akutansi Muhammad Ridwan ketika dikonfirmasi mengatakan calon nasabah untuk melakukan simpan-pinjam persyaratannya banyak yang kurang, karena untuk mendapatkan pinjaman sebesar Rp 2.500.000 harus membuka tabungan dan membuat nomer rekening. âDalam melakukan simpan-pinjam sebesar Rp 2.500.000, maka Bank UMKM menarik laba sekitar 20 persen dari jumlah pinjaman, makanya kami sarankan untuk membuka tabungan dulu,â tandasnya. (jun/msa/rah)
SAMPANG - Lembaga Swadaya Masyarakat Gerakan Indonesia Bangkit (LSM GIB) bersama dengan calon nasabah BANK UMKM Provinsi Jawa Timur Cabang Sampang Jalan Rajawali mendatangi bank tersebut, Senin (6/5). Mereka mempertanyakan kejelasan tentang program PAK KUMIS (paket kredit untuk masyarakat ingin sejahtera) yang sampai saat ini masih belum dirasakan oleh calon nasabah untuk mengembangkan usahanya. Setelah mereka ditemui oleh pihak Bank UMKM, calon nasabah yang didampingi oleh LSM GIB mempertanyakan tentang program pengembangan bagi usaha kecil, karena sebelumnya sudah mengajukan permohonan pinjaman kepada Bank UMKM tersebut, namun hingga kini masih belum ada tindak lanjut dari pihak bank. Pihak bank tidak menindaklanjuti permohonan yang diajukan nasabah dengan alasan para calon nasabah masih belum memenuhi persyaratan. Menurut pihak bank untuk mendapatkan pinjaman dari Bank UMKM, calon nasabah harus membayar uang sebesar Rp 500 ribu rupiah. Karena diminta uang sebesar itu, maka calon nasabah banyak menggagalkan rencana minjam uang dalam mengembangkan usahanya. Ketua LSM GIB, Ilyas mengatakan di depan bagian pemasaran kalau kedatangan pihak Bank ketika mendatangi para calon nasabah seperti penyidik sehingga para calon nasabah merasa ketakutan saat didatangi waktu melakukan survei ke rumahnya. Seharusnya pihak Bank bisa memfasilitasi dan menjembatani para calon nasabah untuk mengembangkan usahanya. âPara calon nasabah banyak yang menggagalkan simpan pinjamnya karena ibu ketika datang ke rumahnya seperti penyidik sehingga mereka ketakutan. Seharusnya ibu menjembataninya untuk memudahkan mereka dalam mendapatkan pinjaman,â ujarnya ketika berdialog dengan pihak Bank UMKM, Senin (06/5). Nunung yang menemui mereka langsung membantah pernyatan dari LSM. Menurut Nunung, ketika dirinya mendatangi rumah para calon nasabah mempertanyakan dengan baik-baik alasan meminjam uang di Bank UMKM. Survey yang dilakukannya merupakan salah satu tanggung jawab bagian pemasaran kepada para calon nasabah. Kendati pun disurvei, itu juga belum jaminan serta merta pihak Bank langsung memberikan pinjaman. Kecuali apabila dirinya sudah tahu siapa yang akan menjadi calon nasabah dan untuk apa dana pinjamannya, yang dapat meyakinkan pihaknya, baru kemudian para nasabah diharuskan membuat buku tabungan  untuk pencairan dana pinjaman yang dimohon. âKami tidak datang seperti orang yang mau menakut-nakuti para calon nasabah, cuman ketika kami datang ke rumahnya mereka langsung gemeteran, itu pun saya juga tidak tahu kenapa mereka seperti itu,â jawabnya. Ilyas ketika diwawancarai mengatakan kedatangannya untuk membantu pedagang kecil yang ingin mengembangkan usahanya, namun ketika dirinya bersama nasabah sampai di sini (Bank), peminjam harus menabung dulu sebesar Rp 500 ribu, nanti baru akan mendapatkan uang sebesar Rp 2.500.000. Sementara pedagang tidak mampu untuk membayar uang tabungan tersebut. âIni sangat memberatkan bagi pedagang kecil yang membutuhkan modal, padahal saya sudah satu bulan yang mengajukan untuk orang yang mengembangkan usahanya. Lagipula ini sangat dibutuhkan masyarakat sehingga kami mencoba menjembatani keluhan masyarakat dengan Bank UMKM,â terangnya kepada Koran Madura. Sementara Bank UMKM melalui bagian pemasaran Nunung didampingi oleh bagian umum akutansi Muhammad Ridwan ketika dikonfirmasi mengatakan calon nasabah untuk melakukan simpan-pinjam persyaratannya banyak yang kurang, karena untuk mendapatkan pinjaman sebesar Rp 2.500.000 harus membuka tabungan dan membuat nomer rekening. âDalam melakukan simpan-pinjam sebesar Rp 2.500.000, maka Bank UMKM menarik laba sekitar 20 persen dari jumlah pinjaman, makanya kami sarankan untuk membuka tabungan dulu,â tandasnya. (jun/msa/rah)