Gedung Dewan Disegel SUMENEP - Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif se-Kabupaten Sumenep menyegel kantor DPRD setempat. Sa...
Gedung Dewan Disegel
SUMENEP - Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif se-Kabupaten Sumenep menyegel kantor DPRD setempat. Saat mereka akan menyampaikan aspirasinya terkait upaya pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak satu pun anggota dewan yang ada dikantornya, sehingga mahasiswa terpaksa menyegel kantor yang terletak di Jalan Trunojoyo itu. Selain menyegel kantor, mahasiswa yang terdiri dari berbagai perguruan tinggi swasta di Sumenep itu menduduki kursi 4 komisi DPRD, yaitu Komisi A, B, C dan D dan menyuruh para pendamping komisi untuk keluar ruangan komisi. Beselang satu jam, salah satu anggota dewan, Samsul Maarif dari Partai Hanura datang dan menemui mahasiswa. Usai menemui mahasiswa, anggota Komisi B itu ikut menyegel pintu utama kantor dewan. Korlap aksi, Zainullah mengatakan, penyegelan yang dilakukan mahasiswa itu merupakan bentuk kekecewaan mahasiswa terhadap tindakan dewan yang tidak serius dalam bekerja. Disaat ekonomi masyarakat terdesak, wakil rakyat tidak ada dikantor, mereka memilih kunjungan kerja keberbagai daerah. "Ini bentuk kekecewaan mahasiswa atas tindakan dewan yang tidak berpihak pada rakyat, mereka memilih tidak masuk kerja, padahal sebelumnya kami sudah memberi tahu kalau akan menyampaikan aspirasi kami kepada dewan," kata Zainullah, Selasa (7/5). Menurut Zain, sapaan akrap korlap aksi, kenaikan harga BBM sebagaimana dicanangkan pemerintah, dipastikan akan memberatkan rakyat, sebab jika harga BBM naik pasti akan berdampak pada harga komuditi yang lain seperti sembako dan kebutuhan lain. Dengan demikian, pemerintah harus berpikir ulang untuk menaikan harga BBM. "Apapun alasan pemerintah, kami tetap menolak kenaikan harga BBM, karena akan berdampak negatif pada perekonomian rakyat. Rakyat hingga saat ini masih banyak yang belum mampu secara ekonomi," ujarnya. Sebagai wakil rakyat, anggota dewan harusnya peduli terhadap nasib rakyat. Jika bukan dewan yang peduli, siapa lagi. Sebab, rakyat sudah menyerahkan keterwakilannya saat pelaksanaan pemilu legislatif beberapa tahun lalu. "Kami hanya ingin meminta kepada wakil kami dilegislatif agar menyampaikan keluh kesah rakyat jelata di bawah," teriaknya. Mahasiswa mengancam, segel tersebut tidak akan dibuka hingga mereka ditemui anggota dewan. Kebijakan pemerinta untuk menaikkan BBM dinilai penting untuk direspon oleh wakil rakyat karena akan berdampak besar terhadap perekonomian masyarakat. âMaka dengan sangat terpaksa, kami berteriak di dalam gedung agar mereka sadar bahwa jadi dewan bukanlah duduk manis, tetapi sebagai pelayan bagi rakyat, dan jika tetap tak ada satupun yang nongol, kami terpaksa akan terus menunggu, walaupun harus menginap,â tambahya. Sementara itu, anggota Komisi B Samsul Maarif menyatakan, pihaknya mengapresiasi terhadap aspirasi mahasiswa yang merupakan bagian dari masyarakat. "Kami mendukung masyarakat, mari kita bersama-sama tolak kenaikan harga BBM. Sebab, jika harga BBM naik akan memberatkan masyarakat. Meski kenaikan BBM itu terpaksa terjadi, tapi harus berpihak pada masyarakat," ungkapnya. Menurut Sumber di dewan, sepinya anggota dewan di kantornya karena sejumlah anggota dewan melakukan kunjungan ke sejumlah tempat, seperti baleg kunjungan ke Palembang dan bamus ke Banjarmasin. Tak Bertemu Bupati Usai menggelar aksi di kantor dewan, demonstran melanjutkan aksinya ke kantor pemkab untuk bertemu bupati dan wakil bupati guna menyampaikan aspirasinya terkait rencana kenaikan BBM dan mengajak orang terpenting di Sumenep itu menolak rencana pemerintah pusat. Namun, sesampainya di pemkab mereka tidak bisa bertemu dengan bupati ataupun wakil bupati, termasuk sekda juga tak ada di tempat. Mereka mengecek sendiri ke dalam. âKarena kami tidak percaya jika mereka tak ada ditempat, maka dari itu, kami harus mengecek ke dalam tentang keberadaan mereka, dan ketika kami cek memang mereka tak ada di dalam, katanya bupati ke Jakarta, dan sekda ke Bali,â ucap Zainullah di depan para aparat kepolisian. Zain berjanji untuk datang kembali dengan tuntutan serupa untuk menemui mereka. âKarena jujur, kami tidak puas jika tidak bertemu langsung dengan mereka,â imbuhnya. Tepat jam 11.00 WIB mereka membubarkan diri tanpa memperoleh kepastian dari bupati. Pantauan Koran Madura, pengunjuk rasa sempat ricuh dengan pihak kepolisian saat para mahasiswa menunggu empat temannya mengecek keberdaan bupati. Namun, kericuhan itu dapat dilerai ketika Hazmi, salah satu orator aksi meminta mahasiswa untuk tenang, karena menurut dia, aksinya kali ini adalah damai, tanpa anarkis. (sym/rif/mk)
SUMENEP - Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif se-Kabupaten Sumenep menyegel kantor DPRD setempat. Saat mereka akan menyampaikan aspirasinya terkait upaya pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak satu pun anggota dewan yang ada dikantornya, sehingga mahasiswa terpaksa menyegel kantor yang terletak di Jalan Trunojoyo itu. Selain menyegel kantor, mahasiswa yang terdiri dari berbagai perguruan tinggi swasta di Sumenep itu menduduki kursi 4 komisi DPRD, yaitu Komisi A, B, C dan D dan menyuruh para pendamping komisi untuk keluar ruangan komisi. Beselang satu jam, salah satu anggota dewan, Samsul Maarif dari Partai Hanura datang dan menemui mahasiswa. Usai menemui mahasiswa, anggota Komisi B itu ikut menyegel pintu utama kantor dewan. Korlap aksi, Zainullah mengatakan, penyegelan yang dilakukan mahasiswa itu merupakan bentuk kekecewaan mahasiswa terhadap tindakan dewan yang tidak serius dalam bekerja. Disaat ekonomi masyarakat terdesak, wakil rakyat tidak ada dikantor, mereka memilih kunjungan kerja keberbagai daerah. "Ini bentuk kekecewaan mahasiswa atas tindakan dewan yang tidak berpihak pada rakyat, mereka memilih tidak masuk kerja, padahal sebelumnya kami sudah memberi tahu kalau akan menyampaikan aspirasi kami kepada dewan," kata Zainullah, Selasa (7/5). Menurut Zain, sapaan akrap korlap aksi, kenaikan harga BBM sebagaimana dicanangkan pemerintah, dipastikan akan memberatkan rakyat, sebab jika harga BBM naik pasti akan berdampak pada harga komuditi yang lain seperti sembako dan kebutuhan lain. Dengan demikian, pemerintah harus berpikir ulang untuk menaikan harga BBM. "Apapun alasan pemerintah, kami tetap menolak kenaikan harga BBM, karena akan berdampak negatif pada perekonomian rakyat. Rakyat hingga saat ini masih banyak yang belum mampu secara ekonomi," ujarnya. Sebagai wakil rakyat, anggota dewan harusnya peduli terhadap nasib rakyat. Jika bukan dewan yang peduli, siapa lagi. Sebab, rakyat sudah menyerahkan keterwakilannya saat pelaksanaan pemilu legislatif beberapa tahun lalu. "Kami hanya ingin meminta kepada wakil kami dilegislatif agar menyampaikan keluh kesah rakyat jelata di bawah," teriaknya. Mahasiswa mengancam, segel tersebut tidak akan dibuka hingga mereka ditemui anggota dewan. Kebijakan pemerinta untuk menaikkan BBM dinilai penting untuk direspon oleh wakil rakyat karena akan berdampak besar terhadap perekonomian masyarakat. âMaka dengan sangat terpaksa, kami berteriak di dalam gedung agar mereka sadar bahwa jadi dewan bukanlah duduk manis, tetapi sebagai pelayan bagi rakyat, dan jika tetap tak ada satupun yang nongol, kami terpaksa akan terus menunggu, walaupun harus menginap,â tambahya. Sementara itu, anggota Komisi B Samsul Maarif menyatakan, pihaknya mengapresiasi terhadap aspirasi mahasiswa yang merupakan bagian dari masyarakat. "Kami mendukung masyarakat, mari kita bersama-sama tolak kenaikan harga BBM. Sebab, jika harga BBM naik akan memberatkan masyarakat. Meski kenaikan BBM itu terpaksa terjadi, tapi harus berpihak pada masyarakat," ungkapnya. Menurut Sumber di dewan, sepinya anggota dewan di kantornya karena sejumlah anggota dewan melakukan kunjungan ke sejumlah tempat, seperti baleg kunjungan ke Palembang dan bamus ke Banjarmasin. Tak Bertemu Bupati Usai menggelar aksi di kantor dewan, demonstran melanjutkan aksinya ke kantor pemkab untuk bertemu bupati dan wakil bupati guna menyampaikan aspirasinya terkait rencana kenaikan BBM dan mengajak orang terpenting di Sumenep itu menolak rencana pemerintah pusat. Namun, sesampainya di pemkab mereka tidak bisa bertemu dengan bupati ataupun wakil bupati, termasuk sekda juga tak ada di tempat. Mereka mengecek sendiri ke dalam. âKarena kami tidak percaya jika mereka tak ada ditempat, maka dari itu, kami harus mengecek ke dalam tentang keberadaan mereka, dan ketika kami cek memang mereka tak ada di dalam, katanya bupati ke Jakarta, dan sekda ke Bali,â ucap Zainullah di depan para aparat kepolisian. Zain berjanji untuk datang kembali dengan tuntutan serupa untuk menemui mereka. âKarena jujur, kami tidak puas jika tidak bertemu langsung dengan mereka,â imbuhnya. Tepat jam 11.00 WIB mereka membubarkan diri tanpa memperoleh kepastian dari bupati. Pantauan Koran Madura, pengunjuk rasa sempat ricuh dengan pihak kepolisian saat para mahasiswa menunggu empat temannya mengecek keberdaan bupati. Namun, kericuhan itu dapat dilerai ketika Hazmi, salah satu orator aksi meminta mahasiswa untuk tenang, karena menurut dia, aksinya kali ini adalah damai, tanpa anarkis. (sym/rif/mk)