Defisit Anggaran Akan Ditambal Utang JAKARTA-Pemerintah akan mengajukan tambahan utang baru untuk menambal defisit APBN yang semakin melebar...
Defisit Anggaran Akan Ditambal Utang
JAKARTA-Pemerintah akan mengajukan tambahan utang baru untuk menambal defisit APBN yang semakin melebar menyusul penerimaan negara dari sektor perpajakan di tahun ini tidak akan mencapai target. Pada RAPBN-P 2013, pemerintah mencatat penerimaan pajak senilai Rp1.139,3 triliun atau lebih rendah sebesar Rp53,6 triliun dibandingkan dengan penerimaan pajak yang ditetapkan pada APBN 2013. "Penerimaan pajak menurun, karena perkembangan ekonomi global. Harga-harga komoditas menurun menyebabkan penerimaan pajak dari perusahaan-perusahaan sumber daya alam dan perkebunan tidak seperti yang diharapkan," kata Menteri Keuangan, Chatib Basri di Gedung DPR Jakarta, Rabu (22/5). Pada RAPBN-P 2013 tercatat, penerimaan pemerintah secara keseluruhan sebesar Rp1.488 triliun atau lebih rendah dari penerimaan yang ditargetkan di APBN 2013 sebesar Rp1.529 triliun. Sementara itu, kata Chatib, belanja pemerintah justru meningkat menjadi Rp1.722 triliun di RAPBN-P 2013, padahal sebelumnya ditetapkan Rp1.683 triliun pada APBN 2013. Kenaikan belanja tersebut, karena adanya penambahan anggaran Bawaslu Rp1 triliun, tambahan anggaran pembangunan infrastruktur Rp6 triliun, tambahan anggaran pendidikan sebesar Rp7,5 triliun, tambahan subsidi energi sebesar Rp16,1 triliun, tambahan subsidi pangan Rp4,3 triliun, beasiswa untuk siswa miskin (BSM) Rp7,5 triliun, bantuan langsung sementara masyarkat (BLSM/BLT) sebesar Rp11,6 triliun dan beberapa tambahan pada pos lainnya. Dengan demikian, jelas Chatib, pada RAPBN-P 2013 defisit anggaran akan mencapai Rp233,7 triliun atau 2,48 persen dari PDB. Hal ini menandakan bahwa adanya pelebaran defisit yang semula ditetapkan sebesar 1,65 persen. Menurut dia, defisit ini akan dibiayai antara lain dari Sisa Anggaran Lebih (SAL) yang naik sebesar Rp20 triliun menjadi Rp30 triliun. Selain itu, defisit tersebut juga akan dibiayai oleh penjualan Surat Berharga Negara (SBN) yang mengalami kenaikan sebesar Rp60,9 triliun dari Rp180,4 triliun pada APBN 2013 menjadi Rp241,3 triliun pada RAPBN 2013. Selain itu, lanjut Chatib, pemerintah juga akan membiayai defisit anggaran dari penarikan pinjaman luar negeri. Pemerintah akan menarik pinjaman luar negeri sebesar Rp3,1 triliun, sehingga penarikan pinjaman luar negeri pemerintah di 2013 akan meningkat dari Rp45,9 triliun pada APBN 2013 menjadi Rp49 triliun pada RAPBN-P 2013. âKenaikan pembiayaan utang, antara lain Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp60,9 triliun, pinjaman program sebesar Rp4,6 triliun dan cicilan pokok utang sebesar Rp800 miliar,â kata Chatib. (gam/bud)
JAKARTA-Pemerintah akan mengajukan tambahan utang baru untuk menambal defisit APBN yang semakin melebar menyusul penerimaan negara dari sektor perpajakan di tahun ini tidak akan mencapai target. Pada RAPBN-P 2013, pemerintah mencatat penerimaan pajak senilai Rp1.139,3 triliun atau lebih rendah sebesar Rp53,6 triliun dibandingkan dengan penerimaan pajak yang ditetapkan pada APBN 2013. "Penerimaan pajak menurun, karena perkembangan ekonomi global. Harga-harga komoditas menurun menyebabkan penerimaan pajak dari perusahaan-perusahaan sumber daya alam dan perkebunan tidak seperti yang diharapkan," kata Menteri Keuangan, Chatib Basri di Gedung DPR Jakarta, Rabu (22/5). Pada RAPBN-P 2013 tercatat, penerimaan pemerintah secara keseluruhan sebesar Rp1.488 triliun atau lebih rendah dari penerimaan yang ditargetkan di APBN 2013 sebesar Rp1.529 triliun. Sementara itu, kata Chatib, belanja pemerintah justru meningkat menjadi Rp1.722 triliun di RAPBN-P 2013, padahal sebelumnya ditetapkan Rp1.683 triliun pada APBN 2013. Kenaikan belanja tersebut, karena adanya penambahan anggaran Bawaslu Rp1 triliun, tambahan anggaran pembangunan infrastruktur Rp6 triliun, tambahan anggaran pendidikan sebesar Rp7,5 triliun, tambahan subsidi energi sebesar Rp16,1 triliun, tambahan subsidi pangan Rp4,3 triliun, beasiswa untuk siswa miskin (BSM) Rp7,5 triliun, bantuan langsung sementara masyarkat (BLSM/BLT) sebesar Rp11,6 triliun dan beberapa tambahan pada pos lainnya. Dengan demikian, jelas Chatib, pada RAPBN-P 2013 defisit anggaran akan mencapai Rp233,7 triliun atau 2,48 persen dari PDB. Hal ini menandakan bahwa adanya pelebaran defisit yang semula ditetapkan sebesar 1,65 persen. Menurut dia, defisit ini akan dibiayai antara lain dari Sisa Anggaran Lebih (SAL) yang naik sebesar Rp20 triliun menjadi Rp30 triliun. Selain itu, defisit tersebut juga akan dibiayai oleh penjualan Surat Berharga Negara (SBN) yang mengalami kenaikan sebesar Rp60,9 triliun dari Rp180,4 triliun pada APBN 2013 menjadi Rp241,3 triliun pada RAPBN 2013. Selain itu, lanjut Chatib, pemerintah juga akan membiayai defisit anggaran dari penarikan pinjaman luar negeri. Pemerintah akan menarik pinjaman luar negeri sebesar Rp3,1 triliun, sehingga penarikan pinjaman luar negeri pemerintah di 2013 akan meningkat dari Rp45,9 triliun pada APBN 2013 menjadi Rp49 triliun pada RAPBN-P 2013. âKenaikan pembiayaan utang, antara lain Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp60,9 triliun, pinjaman program sebesar Rp4,6 triliun dan cicilan pokok utang sebesar Rp800 miliar,â kata Chatib. (gam/bud)