...
Jakarta - Pelaksana
tugas (Plt) Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan dirinya
terpanggil untuk membeberkan pertemuan Ketua Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) Abraham Samad dengan beberapa petinggi partai politik
(parpol) menjelang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014
agar lembaga antikorupsi itu tidak dirusak oleh kepentingan politik
oknum komisioner.
Hal tersebut dilakukan Hasto untuk merespons tulisan berjudul Rumah Kaca Abraham Samad yang diunggah ke media sosial, Kompasiana. Menurut Hasto, sebagian isi tulisan yang membeberkan beberapa kali pertemuan Samad yang hendak diajukan menjadi calon wakil presiden 2014-2019 mendampingi Joko Widodo, mengandung kebenaran, tetapi ada juga yang dibesar-besarkan.
Terkait kebenaran pertemuan tersebut, Hasto mengaku dirinya tak mau mencampuri urusan internal KPK untuk membentuk komite etik yang mengadili Abraham Samad atas perkara itu atau tidak.
"Klarifikasi ini dilakukan karena sudah ada permintaan yang diajukan publik dan adanya perasaan terpanggil untuk memperkuat KPK agar tidak dirusak oleh kehendak politik oknum komisionernya. Ini kedua kali sudah terjadi. Pertama, saat bocornya sprindik Anas Urbaningrum. Kedua, kasus ini, di mana ada pimpinan KPK yang masih memiliki suatu kehendak politik dan ingin menjadi cawapres," ujarnya.
Dengan kewenangan yang besar, lanjut Hasto, pihaknya ingin mendorong KPK semakin efektif memberantas korupsi yang ditunjang oleh sikap kenegarawanan para komisionernya. Dorongan itu muncul karena belakangan ini muncul kesan yang kuat bahwa KPK telah dipolitisasi oleh pihak-pihak tertentu.
Hasto memberikan contoh tentang dugaan politisasi kasus-kasus tertentu oleh KPK. "Misalnya Hadi Purnomo (mantan ketua BPK, Red) ditetapkan sebagai tersangka saat ultahnya dan saat pensiun, tapi tindak lanjutnya tak jelas. Suryadharma Ali ditetapkan jadi tersangka menjelang Pemilu 2014. Jelas ada sinetronisasi penetapan tersangka," kata Hasto.
"Kita tak mau mencampuri kewenangan KPK. Cuma rasanya kurang elok. Harusnya penegakan hukum lebih didahulukan daripada sinetronisasi. Ini bukan terkait dengan penetapan tersangka Komjen Budi Gunawan ya. Yang kami lakukan hanya demi mengawal KPK agar sejalan dengan seluruh roh kelahirannya," tegas Hasto.
Hal tersebut dilakukan Hasto untuk merespons tulisan berjudul Rumah Kaca Abraham Samad yang diunggah ke media sosial, Kompasiana. Menurut Hasto, sebagian isi tulisan yang membeberkan beberapa kali pertemuan Samad yang hendak diajukan menjadi calon wakil presiden 2014-2019 mendampingi Joko Widodo, mengandung kebenaran, tetapi ada juga yang dibesar-besarkan.
Terkait kebenaran pertemuan tersebut, Hasto mengaku dirinya tak mau mencampuri urusan internal KPK untuk membentuk komite etik yang mengadili Abraham Samad atas perkara itu atau tidak.
"Klarifikasi ini dilakukan karena sudah ada permintaan yang diajukan publik dan adanya perasaan terpanggil untuk memperkuat KPK agar tidak dirusak oleh kehendak politik oknum komisionernya. Ini kedua kali sudah terjadi. Pertama, saat bocornya sprindik Anas Urbaningrum. Kedua, kasus ini, di mana ada pimpinan KPK yang masih memiliki suatu kehendak politik dan ingin menjadi cawapres," ujarnya.
Dengan kewenangan yang besar, lanjut Hasto, pihaknya ingin mendorong KPK semakin efektif memberantas korupsi yang ditunjang oleh sikap kenegarawanan para komisionernya. Dorongan itu muncul karena belakangan ini muncul kesan yang kuat bahwa KPK telah dipolitisasi oleh pihak-pihak tertentu.
Hasto memberikan contoh tentang dugaan politisasi kasus-kasus tertentu oleh KPK. "Misalnya Hadi Purnomo (mantan ketua BPK, Red) ditetapkan sebagai tersangka saat ultahnya dan saat pensiun, tapi tindak lanjutnya tak jelas. Suryadharma Ali ditetapkan jadi tersangka menjelang Pemilu 2014. Jelas ada sinetronisasi penetapan tersangka," kata Hasto.
"Kita tak mau mencampuri kewenangan KPK. Cuma rasanya kurang elok. Harusnya penegakan hukum lebih didahulukan daripada sinetronisasi. Ini bukan terkait dengan penetapan tersangka Komjen Budi Gunawan ya. Yang kami lakukan hanya demi mengawal KPK agar sejalan dengan seluruh roh kelahirannya," tegas Hasto.
Penulis: Markus Junianto Sihaloho/AB