Pengadaan Obat RSUD Sampang Tak Sesuai Kebutuhan Pasien SAMPANG- Pelayanan rumah sakit umum daerah (RSUD) Sampang sepertinya tak pernah s...
Pengadaan Obat RSUD Sampang Tak Sesuai Kebutuhan Pasien
SAMPANG- Pelayanan rumah sakit umum daerah (RSUD) Sampang sepertinya tak pernah sepi dari kritik dan sorotan. Setelah Rabu (22/10) kemarin membuat blunder dengan memaksa pasien operasi tulang dipaksa pulang, kini pelayanan itu kembali mendapat sorotan. Hal tersebut terjadi ketika diketahui, bahwa pengadaan obat-obatan bagi peserta BPJS terindikasi tidak sesuai dengan kebutuhan dan standar pemakaian pasien. Akibatnya, banyak pasien harus harus membeli obat di luar lingkungan rumah sakit setempat.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Madura Development Watch (MDW) Tamsul mengatakan bahwa seharusnya obat untuk BPJS menjadi prioritas utama. Sebab, kata Tamsul, realitas di lapangan menunjukkan bahwa pihak rumah sakit tidak siap menerapkan program BPJS.
Saya katakan demikian karena atas dasar beberapa pengakuan pasien yang berobat di RSUD, sekadar obat yang harganya murah saja di rumah sakit tidak menyediakan. Sehingga pasien itu harus membeli di luar lingkungan RSUD, ujarnya, Kamis (23/10).
Bahkan Tamsul menilai, kenyataan itu telah menandakan bahwa perencanaan anggaran untuk pengadaan obat-obatan yang ada di RSUD terindikasi asal-asalan. Indikasi ini perlu ditelusuri. Sebab sampai sekarang, pihak RSUD Sampang belum menerapkan open manajemen, sehingga fakta yang terjadi tehadap pelayanan pasien masih belum terselesaikan, ucapnya.
Sementara Humas RSUD Sampang dr Yuliono membantah jika pihak rumah sakit dituding tidak sesuai dalam perencanaan pengadaan obat-obatan. Sebab menurutnya, pihak rumah sakit telah melakukan perencanaan sesuai prosedur. Bahkan diakuinya pengadaan obat di RSUD sudah berdasarkan kebutuhan pasien. Karena setiap pengadaan obat itu berdasarkan atas saran para dokter spesialis dan para pegawai yang bersinggungan langsung terhadap pasien.
Untuk pengadaan obat, RSUD sudah melalui prosedur, yaitu melalui usulan yang diajukan ke bagian tim farmasi dan komite medis. Dan kemudian diusulkan ke penunjang untuk dilakukan perencanaan pengadaan, kelitnya.
Namun sayang, ketika ditanya anggaran pengadaan obat yang sering digunakan oleh pasien BPJS, Yuliono tidak bisa menjelaskan besaran nominalnya. Untuk anggarannya, saya tidak hafal berapa jumlah rupiah yang dianggarakan, karena yang tahu itu adalah bidangnya, tukasnya. MOHAMMAD MUHLIS/SYM