Tanah Ambles Jadi Objek Wisata SUMENEP- Musibah tanah ambles di Desa Kecer Kecamatan Dasuk sudah berlangsung hampir satu bulan. Kondisinya s...
Tanah Ambles Jadi Objek Wisata
SUMENEP- Musibah tanah ambles di Desa Kecer Kecamatan Dasuk sudah berlangsung hampir satu bulan. Kondisinya saat ini kian bertambah dalam, melebar dan memanjang. Melihat kondisi tersebut para warga sekitar menginisiasi mengadakan istigasah setiap malam. Istigasah tersebut dilakukan oleh ratusan warga untuk memohon agar bencana tersebut tidak terulang kembali. Termasuk agar tanah yang ambles tidak kian dalam dan membesar, sehingga tidak sampai menelan rumah-rumah warga yang berdekatan dengan tanah ambles tersebut. âIya, kami melakukan istigasah setiap malam, dan baru tadi malam istigasah berakhir,â kata Luthfi, salah satu warga Desa kecer, Kecamata Dasuk, Minggu (7/7). Warga yang menggelar istigasah setiap malam. Luthfi mengaku dapat bantuan dari penggalangan dana bagi masyarakat yang berkunjung. âIya, kasih kotak amal bagi para warga lain yang berkunjung ke sini, dan kota amal tersebut kami letakkan dipintu masuk ke tanah ambles,â katanya. Kini, tanah ambles di Desa Kecer dikerumuni pengunjung. bahkan, setiap hari tak pernah sepi. Pagi, siang, hingga sore, pengunjung tetap memadati tanah ambles untuk sekadar melihat. âMaka dari itu kami kasih kotak amal di pintu masuk menuju tanah ambles. Kami mengais rezeki ke pengunjung karena setiap malam melaksanakan istighosah,â jelasnya. Sementara, para pengungsi di Matanair Kecamatan Rubaru sampai sekarang belum ada kepastian kapan mereka memiliki rumah, sebab memasuki bulan Ramadhan ini, mereka sangat membutuhkan tempat tinggal yang layak ditempati, apalagi pada lebaran nanti. Sampai sekarang, warga Matanair yang menjadi korban tanah ambles belum memiliki rumah. Rencana pemerintah untuk merelokasi mereka belum ada tanda-tanda yang nampak. Padahal, para korban yang ada di pengungsian itu sangat berharap memiliki tempat tinggal untuk melaksanakan ibadah puasa dan lebaran nanti. â Harapan para korban tentu sama dengan mereka yang mempunyai rumah, Mas. Punya tempat tinggal dan bisa melaksanakan ibadah puasa selanjutnya merayakan Idul Fitri. Bagaimana rasanya tinggal di tempat pengungsian melaksanakan ibadah puasa dan merayakan lebaran, jelas ada yang kurang,â tutur Tohliyanto kepada Koran Madura, Minggu (7/7). Pria asal Matanair itu kemudian mengatakan jika warga, terutama yang tidak memilki rumah sangat berharap bantuan pemerintah untuk segera merelokasi, sebab pada bulan puasa nanti mereka juga berharap bisa melaksanakan ibadah dengan tenang. â Para korban sangat berharap sekali punya rumah untuk bisa ditinggali, Mas,â harapanya. Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep, Muhammad Fadilah mengatakan, pihaknya juga menginginkan para korban seger memilki rumah sebelum lebaran Idul Fitri. Namun ia belum bisa memastikan kapan realisasi relokasi yang direncanakan pemerintah itu. âSaya memang berharap secepatnya karena memang Bapak Bupati menginginkan begitu, apalagi menghadapi bulan Ramadhan dan Idul Fitriâ terangnya saat ditanya target relokasi, Minggu (7/7) Menurutnya, rencana dan keinginan BPBD pada saat hari raya Idul Fitri, masyarakat sudah memiliki rumah karena tidak mungkin merayakan lebaran di pengungsian, hunian sementara atau tenda yang disiapkan pemerintah daerah Sumenep. â Saya berharap relokasi segera selesai sebelum Idul Fitri, tidak tahu kondisi dilapangan secara teknisâ imbuhnya. Ia menjelaskan kendala yang menyebabkan relokasi tidak terlaksana sampai sekarang karena menunggu petunjuk dari Pemkab Sumenep, karena Bupati Sumenep sedang di Mekkah melaksanakan ibadah umrah, maka kebijakan itu ada di Sekda. Langkah BPBD sampai sekarang bersama masyarakat tetap seperti semula yakni siap siaga menghadapi anomali cuaca, sebab ketika hujan deras maka pergerakan tanah retak dan ambles semakin lebar dan semakin dalam. â Sehingga sejak kejadian 15 Juni kemarin, masyarakat sudah peka dengan tanda-tanda keretakan tanah ketika ada hujan deras. Ketika intesitas hujan tinggi mereka sudah menjauh dari lokasi kejadianâ pungkasnya. Sampai sekarang warga Matanair yang tidak memiliki rumah karena terkena musibah tanah ambles sebanyak 6 rumah. Mereka sangat berharap kepada Pemkab untuk segera menyelesaikan relokasi. (sym/mk)
SUMENEP- Musibah tanah ambles di Desa Kecer Kecamatan Dasuk sudah berlangsung hampir satu bulan. Kondisinya saat ini kian bertambah dalam, melebar dan memanjang. Melihat kondisi tersebut para warga sekitar menginisiasi mengadakan istigasah setiap malam. Istigasah tersebut dilakukan oleh ratusan warga untuk memohon agar bencana tersebut tidak terulang kembali. Termasuk agar tanah yang ambles tidak kian dalam dan membesar, sehingga tidak sampai menelan rumah-rumah warga yang berdekatan dengan tanah ambles tersebut. âIya, kami melakukan istigasah setiap malam, dan baru tadi malam istigasah berakhir,â kata Luthfi, salah satu warga Desa kecer, Kecamata Dasuk, Minggu (7/7). Warga yang menggelar istigasah setiap malam. Luthfi mengaku dapat bantuan dari penggalangan dana bagi masyarakat yang berkunjung. âIya, kasih kotak amal bagi para warga lain yang berkunjung ke sini, dan kota amal tersebut kami letakkan dipintu masuk ke tanah ambles,â katanya. Kini, tanah ambles di Desa Kecer dikerumuni pengunjung. bahkan, setiap hari tak pernah sepi. Pagi, siang, hingga sore, pengunjung tetap memadati tanah ambles untuk sekadar melihat. âMaka dari itu kami kasih kotak amal di pintu masuk menuju tanah ambles. Kami mengais rezeki ke pengunjung karena setiap malam melaksanakan istighosah,â jelasnya. Sementara, para pengungsi di Matanair Kecamatan Rubaru sampai sekarang belum ada kepastian kapan mereka memiliki rumah, sebab memasuki bulan Ramadhan ini, mereka sangat membutuhkan tempat tinggal yang layak ditempati, apalagi pada lebaran nanti. Sampai sekarang, warga Matanair yang menjadi korban tanah ambles belum memiliki rumah. Rencana pemerintah untuk merelokasi mereka belum ada tanda-tanda yang nampak. Padahal, para korban yang ada di pengungsian itu sangat berharap memiliki tempat tinggal untuk melaksanakan ibadah puasa dan lebaran nanti. â Harapan para korban tentu sama dengan mereka yang mempunyai rumah, Mas. Punya tempat tinggal dan bisa melaksanakan ibadah puasa selanjutnya merayakan Idul Fitri. Bagaimana rasanya tinggal di tempat pengungsian melaksanakan ibadah puasa dan merayakan lebaran, jelas ada yang kurang,â tutur Tohliyanto kepada Koran Madura, Minggu (7/7). Pria asal Matanair itu kemudian mengatakan jika warga, terutama yang tidak memilki rumah sangat berharap bantuan pemerintah untuk segera merelokasi, sebab pada bulan puasa nanti mereka juga berharap bisa melaksanakan ibadah dengan tenang. â Para korban sangat berharap sekali punya rumah untuk bisa ditinggali, Mas,â harapanya. Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep, Muhammad Fadilah mengatakan, pihaknya juga menginginkan para korban seger memilki rumah sebelum lebaran Idul Fitri. Namun ia belum bisa memastikan kapan realisasi relokasi yang direncanakan pemerintah itu. âSaya memang berharap secepatnya karena memang Bapak Bupati menginginkan begitu, apalagi menghadapi bulan Ramadhan dan Idul Fitriâ terangnya saat ditanya target relokasi, Minggu (7/7) Menurutnya, rencana dan keinginan BPBD pada saat hari raya Idul Fitri, masyarakat sudah memiliki rumah karena tidak mungkin merayakan lebaran di pengungsian, hunian sementara atau tenda yang disiapkan pemerintah daerah Sumenep. â Saya berharap relokasi segera selesai sebelum Idul Fitri, tidak tahu kondisi dilapangan secara teknisâ imbuhnya. Ia menjelaskan kendala yang menyebabkan relokasi tidak terlaksana sampai sekarang karena menunggu petunjuk dari Pemkab Sumenep, karena Bupati Sumenep sedang di Mekkah melaksanakan ibadah umrah, maka kebijakan itu ada di Sekda. Langkah BPBD sampai sekarang bersama masyarakat tetap seperti semula yakni siap siaga menghadapi anomali cuaca, sebab ketika hujan deras maka pergerakan tanah retak dan ambles semakin lebar dan semakin dalam. â Sehingga sejak kejadian 15 Juni kemarin, masyarakat sudah peka dengan tanda-tanda keretakan tanah ketika ada hujan deras. Ketika intesitas hujan tinggi mereka sudah menjauh dari lokasi kejadianâ pungkasnya. Sampai sekarang warga Matanair yang tidak memiliki rumah karena terkena musibah tanah ambles sebanyak 6 rumah. Mereka sangat berharap kepada Pemkab untuk segera menyelesaikan relokasi. (sym/mk)