Sampah Mengotori Arek Lancor PAMEKASAN - Forum Komunitas Hijau (FKH) Rampak Naong, Pamekasan, menyatakan keprihatinannya dengan kondisi Monu...
Sampah Mengotori Arek Lancor
PAMEKASAN - Forum Komunitas Hijau (FKH) Rampak Naong, Pamekasan, menyatakan keprihatinannya dengan kondisi Monumen Arek Lancor yang kebersihannya dinilai kurang terjaga dengan baik. Di monumen yang menjadi tanda peristiwa Jumat berdarah pada 1942 itu dipenuhi sampah, bukan hanya di pelataran monumen, namun juga di kawasan taman. Wakil Ketua FKH Rampak Naong, Bachtiar Sudamar mengatakan kondisi itu tidak hanya terlihat pada bulan Ramadan yang memang dipenuhi oleh stan takjil dan sarana bermain anak-anak, namun juga di luar bulan suci. âMemang sudah ada petugas kebersihan. Tapi mereka hanya membersihkan tempat itu pada pagi hari, sehingga siang hingga sore sudah banyak lagi sampah di sekitar tempat itu,â katanya. Ia menilai tidak ada pihak yang bertanggungjawab secara penuh terhadap kebersihan lokasi tersebut, sehingga hampir di setiap sudut ditemukan serakan sampah yang berasal dari bungkus makanan pengunjung. Itu dibuktikan di sekitar areal tersebut, sedikit sekali tersedia tempat sampah. Seharusnya, di monumen itu dibentuk lembaga pengelola yang terdiri dari instansi yang memiliki kewenangan di bidang kebudayaan dan pariwisata dan instansi di bidang lingkungan hidup. Sehingga, keasrian dan kebersihan tempat bersejarah itu tetap terjaga. Kondisi yang lebih memprihatinkan, kata dia, taman yang seharusnya terjaga seringkali dijadikan tempat bermain anak-anak, atau remaja yang datang hanya untuk bersantai. Di beberapa bagian, rumput taman itu mati akibat terinjak dan dipenuhi puntung rokok. Ia menyatakan sangat menyayangkan kondisi itu, karena di monumen tersebut terdapat pos jaga Satuan Polisi Pamong Praja. Di sekitar pos tersebut, justru didapati sampah berupa puntung rokok yang dibuang secara sembarangan. Ketua Bidang Ekonomi Lingkungan FKH Rampak Naong, Lilis Rahmawati mengatakan pihaknya tidak bisa menyalahkan pengunjung monumen yang dinilai kurang memperhatikan etika lingkungan. Â Sebab, di kawasan itu fasilitas berupa tempat sampah sangat minim dan tidak ada papan-papan yang berisi peringatan dan ajakan agar para pengunjung ikut menjaga kelestarian lingkungan. Karenanya, kata Lilis, komunitasnya berencana melakukan aksi kampanye lingkungan yang diawali dari monumen tersebut. Kampanye itu berupa pemasangan pamflet dan spanduk yang bertemakan penyadaran lingkungan serta penyediaan tempat sampah. âKami juga berencana melakukan aksi bersih-bersih di seputar Arek Lancor dan menyediakan relawan lingkungan untuk memungut setiap sampah yang dibuang, serta meminta agar pengujung agar tidak masuk ke areal taman,â kata Lilis. (muj/rah)
PAMEKASAN - Forum Komunitas Hijau (FKH) Rampak Naong, Pamekasan, menyatakan keprihatinannya dengan kondisi Monumen Arek Lancor yang kebersihannya dinilai kurang terjaga dengan baik. Di monumen yang menjadi tanda peristiwa Jumat berdarah pada 1942 itu dipenuhi sampah, bukan hanya di pelataran monumen, namun juga di kawasan taman. Wakil Ketua FKH Rampak Naong, Bachtiar Sudamar mengatakan kondisi itu tidak hanya terlihat pada bulan Ramadan yang memang dipenuhi oleh stan takjil dan sarana bermain anak-anak, namun juga di luar bulan suci. âMemang sudah ada petugas kebersihan. Tapi mereka hanya membersihkan tempat itu pada pagi hari, sehingga siang hingga sore sudah banyak lagi sampah di sekitar tempat itu,â katanya. Ia menilai tidak ada pihak yang bertanggungjawab secara penuh terhadap kebersihan lokasi tersebut, sehingga hampir di setiap sudut ditemukan serakan sampah yang berasal dari bungkus makanan pengunjung. Itu dibuktikan di sekitar areal tersebut, sedikit sekali tersedia tempat sampah. Seharusnya, di monumen itu dibentuk lembaga pengelola yang terdiri dari instansi yang memiliki kewenangan di bidang kebudayaan dan pariwisata dan instansi di bidang lingkungan hidup. Sehingga, keasrian dan kebersihan tempat bersejarah itu tetap terjaga. Kondisi yang lebih memprihatinkan, kata dia, taman yang seharusnya terjaga seringkali dijadikan tempat bermain anak-anak, atau remaja yang datang hanya untuk bersantai. Di beberapa bagian, rumput taman itu mati akibat terinjak dan dipenuhi puntung rokok. Ia menyatakan sangat menyayangkan kondisi itu, karena di monumen tersebut terdapat pos jaga Satuan Polisi Pamong Praja. Di sekitar pos tersebut, justru didapati sampah berupa puntung rokok yang dibuang secara sembarangan. Ketua Bidang Ekonomi Lingkungan FKH Rampak Naong, Lilis Rahmawati mengatakan pihaknya tidak bisa menyalahkan pengunjung monumen yang dinilai kurang memperhatikan etika lingkungan. Â Sebab, di kawasan itu fasilitas berupa tempat sampah sangat minim dan tidak ada papan-papan yang berisi peringatan dan ajakan agar para pengunjung ikut menjaga kelestarian lingkungan. Karenanya, kata Lilis, komunitasnya berencana melakukan aksi kampanye lingkungan yang diawali dari monumen tersebut. Kampanye itu berupa pemasangan pamflet dan spanduk yang bertemakan penyadaran lingkungan serta penyediaan tempat sampah. âKami juga berencana melakukan aksi bersih-bersih di seputar Arek Lancor dan menyediakan relawan lingkungan untuk memungut setiap sampah yang dibuang, serta meminta agar pengujung agar tidak masuk ke areal taman,â kata Lilis. (muj/rah)