Protes Jargon âJempolâ Upaya Penjegalan SUMENEP- Cawagub Jatim yang mengusung jargo Jempol, Said Abdullah, mengatakan bahwa protes terha...
Protes Jargon âJempolâ Upaya Penjegalan
SUMENEP- Cawagub Jatim yang mengusung jargo Jempol, Said Abdullah, mengatakan bahwa protes terhadap jargon yang diusung dirinya dalam pilgub mendatang disebut sebagai orang tidak punya kerjaan. âBagi saya orang itu tidak punya kerjaan proes jargon segala,â ucapnya, Sabtu (27/7). Beberapa waktu lalu, salah satu tim pemenangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur mempermasalahkan jargon tersebut. Tim pemenangan itu memprotes draf surat suara pasangan nomor urut 3 Bambang Dwi Hartono-Said Abdullah. Dalam surat itu, ada lambang jempol yang dinilai melanggar aturan KPU. Said menilai protes tersebut hanya mencari sensasi. Menurut, di Bali itu ada salah satu logo partai yang justru lebih layak diprotes, tetapi tidak masalah. âBagaimana kalau saya protes juga bahwa dalam pilgub ini tidak boleh ada calon punya kumis, boleh gak?â katanya sembari bertanya. Seharusnya harus bisa bedakan, lanjutnya, mana yang rasional mana yang tidak rasional. âSudahlah, urusannya jempol itu telah menunjukan bahwa Jawa Timur itu orang luar biasa, masyarakat Jawa Timur adalah masyarakat yang hebat. Masak Jawa Timur dibilang jempol tidak boleh. Itu kan melarang orang baik di Jawa Timur. Jadi, maksud saya tidak rasional lah jika harus mempersoalkan tentang jargon,â pungkansya. Said secara melayangkan nada agak curiga adanya protes jargon tersebut. âJangan-jangan ini memang sengaja supaya Bambang-Said didiskualifikasi sebagaimana perlakuan ke bunda Khofifah, sehingga nanti musuhnya berdua aja, Karsa dan Eggy-Sihat, bahkan kalau perlu Eggy didiskualifikasi juga, dan akhirnya tidak usah Pilgub, kasian uang rakyat,â tegasnya. (sym)
SUMENEP- Cawagub Jatim yang mengusung jargo Jempol, Said Abdullah, mengatakan bahwa protes terhadap jargon yang diusung dirinya dalam pilgub mendatang disebut sebagai orang tidak punya kerjaan. âBagi saya orang itu tidak punya kerjaan proes jargon segala,â ucapnya, Sabtu (27/7). Beberapa waktu lalu, salah satu tim pemenangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur mempermasalahkan jargon tersebut. Tim pemenangan itu memprotes draf surat suara pasangan nomor urut 3 Bambang Dwi Hartono-Said Abdullah. Dalam surat itu, ada lambang jempol yang dinilai melanggar aturan KPU. Said menilai protes tersebut hanya mencari sensasi. Menurut, di Bali itu ada salah satu logo partai yang justru lebih layak diprotes, tetapi tidak masalah. âBagaimana kalau saya protes juga bahwa dalam pilgub ini tidak boleh ada calon punya kumis, boleh gak?â katanya sembari bertanya. Seharusnya harus bisa bedakan, lanjutnya, mana yang rasional mana yang tidak rasional. âSudahlah, urusannya jempol itu telah menunjukan bahwa Jawa Timur itu orang luar biasa, masyarakat Jawa Timur adalah masyarakat yang hebat. Masak Jawa Timur dibilang jempol tidak boleh. Itu kan melarang orang baik di Jawa Timur. Jadi, maksud saya tidak rasional lah jika harus mempersoalkan tentang jargon,â pungkansya. Said secara melayangkan nada agak curiga adanya protes jargon tersebut. âJangan-jangan ini memang sengaja supaya Bambang-Said didiskualifikasi sebagaimana perlakuan ke bunda Khofifah, sehingga nanti musuhnya berdua aja, Karsa dan Eggy-Sihat, bahkan kalau perlu Eggy didiskualifikasi juga, dan akhirnya tidak usah Pilgub, kasian uang rakyat,â tegasnya. (sym)