Produksi Garam Molor Akibat Anomali Cuaca SAMPANG - Curah hujan cukup tinggi membuat petani garam di Desa Pangarengan Kabupaten Sampang mula...
Produksi Garam Molor Akibat Anomali Cuaca
SAMPANG - Curah hujan cukup tinggi membuat petani garam di Desa Pangarengan Kabupaten Sampang mulai resah. Pasalnya, petani garam harus molor dalam memproduksi garam. Petani masih menunggu musim kemarau untuk produksi garam. Volume hujan cukup tinggi tak hanya berpengaruh terhadap tanaman tembakau para petani asal Desa Gunung Maddah, yang mengakibatkan puluhan hektar sawah ditanami tembakau mulai rusak. Petani garam saat ini masih melakukan pengeratan lahan agar hasil produksi garam lebih maksimal. Darmanto (45), petani garam Desa Pangarengan Kabupaten Sampang, mengatakan, hujan deras yang terus menerus mengguyur di wilayahnya membuat dirinya khawatir. Lantaran, kondisi cuaca yang tidak menentu tersebut membuat dirinya belum melakukan aktivitas apa pun. Sehingga, untuk produksi garam harus menunggu musim kemarau. "Kalau saat ini hujan terus gak bisa produksi garam, nunggu kemarau mungki. Bulan depan ini, karena takutnya gak bisa jadi garam," ucapnya. Masih kata Darmanto, mengacu terhadap tahun lalu dimana dalam bulan Juni saat ini seharusnya sudah mulai memasuki bulan kemarau. Tetapi, kini dirinya hanya terus memantau kondisi lahan ladangnya dengan pemerataan tanah untuk mengolah garam. "Ya biasanya kalau tahun lalu bulan Juni sudah kemarau, mungkin Agustus saya yakin pasti mulai panas, dan saya bisa produksi garam," jelasnya saat ditemuinya. Begitu juga diungkapkan oleh, Mat Saleh (50) warga Desa Aeng Sareh Kec/Kota Sampang. Ia terpaksa harus melakukan kegiatan lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Bersama istrinya berjualan ikan di Pasar Srimangunan. "Dari pada mau produksi garam yang nunggu musim kemarau, bantu istri saja dulu jualan. Ini juga buat nambah modal nantinya," singkatnya. (ryn)
SAMPANG - Curah hujan cukup tinggi membuat petani garam di Desa Pangarengan Kabupaten Sampang mulai resah. Pasalnya, petani garam harus molor dalam memproduksi garam. Petani masih menunggu musim kemarau untuk produksi garam. Volume hujan cukup tinggi tak hanya berpengaruh terhadap tanaman tembakau para petani asal Desa Gunung Maddah, yang mengakibatkan puluhan hektar sawah ditanami tembakau mulai rusak. Petani garam saat ini masih melakukan pengeratan lahan agar hasil produksi garam lebih maksimal. Darmanto (45), petani garam Desa Pangarengan Kabupaten Sampang, mengatakan, hujan deras yang terus menerus mengguyur di wilayahnya membuat dirinya khawatir. Lantaran, kondisi cuaca yang tidak menentu tersebut membuat dirinya belum melakukan aktivitas apa pun. Sehingga, untuk produksi garam harus menunggu musim kemarau. "Kalau saat ini hujan terus gak bisa produksi garam, nunggu kemarau mungki. Bulan depan ini, karena takutnya gak bisa jadi garam," ucapnya. Masih kata Darmanto, mengacu terhadap tahun lalu dimana dalam bulan Juni saat ini seharusnya sudah mulai memasuki bulan kemarau. Tetapi, kini dirinya hanya terus memantau kondisi lahan ladangnya dengan pemerataan tanah untuk mengolah garam. "Ya biasanya kalau tahun lalu bulan Juni sudah kemarau, mungkin Agustus saya yakin pasti mulai panas, dan saya bisa produksi garam," jelasnya saat ditemuinya. Begitu juga diungkapkan oleh, Mat Saleh (50) warga Desa Aeng Sareh Kec/Kota Sampang. Ia terpaksa harus melakukan kegiatan lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Bersama istrinya berjualan ikan di Pasar Srimangunan. "Dari pada mau produksi garam yang nunggu musim kemarau, bantu istri saja dulu jualan. Ini juga buat nambah modal nantinya," singkatnya. (ryn)