Mediasi Dugaan Aliran Menyimpang Tidak Membuahkan Hasil SUMENEP â" Warga Desa Desa Bataal Timur dan Desa Bataal Barat, Kecamanatan Gan...
Mediasi Dugaan Aliran Menyimpang Tidak Membuahkan Hasil
SUMENEP â" Warga Desa Desa Bataal Timur dan Desa Bataal Barat, Kecamanatan Ganding, Selasa (23/7) menggelar mediasi dugaan aliran menyimpang di Masjid Nurul Falah, Dusun Sumber Tonggal, Desa Bataâal Timur. Kegiatan itu untuk meminta klarifikasi terkait dugaan aliran menyimpang. Namun, kegiatan tersebut tidak membuahkan hasil karena lima warga yang dituduh menganut aliran menyimpang tidak hadir. TO warga Desa Bataal Barat, dan WA, HO, AN, dan FA warga Desa Bataal Timur, diduga menganut aliran menyimpang. Dakwah lima pria tersebut meresahkan warga karena ditengarai mencederai terhadap kebenaran agama yang telah dianut warga setempat selama ini. Hamidi, tokoh masyarakat setempat mengatakan, dirinya bersama temannya, Taufik mengaku telah melakukan observasi terkait isu yang sedang berkembang dikalangan masyarakat. Dari hasil ovservasinya di lapangan, pihaknya menyatakan lima orang itu telah keluar dari syariat Islam. âMemang benar, dari observasi yang dilakukan kami, diantaranya telah mengaku tidak usah shalat. Melainkan hanya cukup dengan niat saja. Bahkan, dua kalimat syahadat itu dikatakan persaksian palsu,â katanya dalam forum diskusi itu. Warga lain yang enggan namanya disebutkan mengatakan, beberapa bulan lalu ada prilaku yang berubah dari puteranya. Salah satunya mulai tidak mau melaksanakan ibadah yang diperintahkan agama. Padahal, sebelumnya anaknya tersebut termasuk anak yang giat beribadah. âAnak saya sekarang sudah tidak melaksanakan salat termasuk salat Jumâat. Padahal, sebelumnya ia dikenal sebagai pemuda yang rajin menjalankan perintah agama,â jelasnya. Pria berkulit putih itu bercerita pernah menegur anaknya sendiri. Namun, teguran itu tdak digubris, malah sebaliknya prilaku yang menyimpang itu semakin menjadi. âSejak mengikuti aliran tersebut anak saya sering membuat saya sakit hati,â jelasnya. Sementara Muhammad Hasip, tokoh masyarkat yang memprakarsai petemuan tersebut mengatakan, dilaksanakannya mediasi itu bukan untuk menghakimi terhadap lima penganut aliran itu. Melainkan pihaknya khawatir jika dibiarkan warga melakukan aksi-aksi anarkistik. âSiapa tahu dengan adanya mediasi ini, penganut itu bisa sadar dan tidak lagi membuat masyarakat resah,â jelasnya. âKami harapkan, pertemuan ini tidak hanya seremonial saja, melainkan harus ada jalan keluarnya. Sebab, kalau dibiarkan dihawatirkan ada tindakan anarkis dari masyarakat,â imbuhnya. Tampak hadir pada acara mediasi tersebut dari Majlis Ulama Indonesia (MUI) Sumenep, pihak kepolisisan dari Mapolsek Ganding, Muspika, tokoh agama dan tokoh masyarakat dari dua desa tesebut. (edy/mk)
SUMENEP â" Warga Desa Desa Bataal Timur dan Desa Bataal Barat, Kecamanatan Ganding, Selasa (23/7) menggelar mediasi dugaan aliran menyimpang di Masjid Nurul Falah, Dusun Sumber Tonggal, Desa Bataâal Timur. Kegiatan itu untuk meminta klarifikasi terkait dugaan aliran menyimpang. Namun, kegiatan tersebut tidak membuahkan hasil karena lima warga yang dituduh menganut aliran menyimpang tidak hadir. TO warga Desa Bataal Barat, dan WA, HO, AN, dan FA warga Desa Bataal Timur, diduga menganut aliran menyimpang. Dakwah lima pria tersebut meresahkan warga karena ditengarai mencederai terhadap kebenaran agama yang telah dianut warga setempat selama ini. Hamidi, tokoh masyarakat setempat mengatakan, dirinya bersama temannya, Taufik mengaku telah melakukan observasi terkait isu yang sedang berkembang dikalangan masyarakat. Dari hasil ovservasinya di lapangan, pihaknya menyatakan lima orang itu telah keluar dari syariat Islam. âMemang benar, dari observasi yang dilakukan kami, diantaranya telah mengaku tidak usah shalat. Melainkan hanya cukup dengan niat saja. Bahkan, dua kalimat syahadat itu dikatakan persaksian palsu,â katanya dalam forum diskusi itu. Warga lain yang enggan namanya disebutkan mengatakan, beberapa bulan lalu ada prilaku yang berubah dari puteranya. Salah satunya mulai tidak mau melaksanakan ibadah yang diperintahkan agama. Padahal, sebelumnya anaknya tersebut termasuk anak yang giat beribadah. âAnak saya sekarang sudah tidak melaksanakan salat termasuk salat Jumâat. Padahal, sebelumnya ia dikenal sebagai pemuda yang rajin menjalankan perintah agama,â jelasnya. Pria berkulit putih itu bercerita pernah menegur anaknya sendiri. Namun, teguran itu tdak digubris, malah sebaliknya prilaku yang menyimpang itu semakin menjadi. âSejak mengikuti aliran tersebut anak saya sering membuat saya sakit hati,â jelasnya. Sementara Muhammad Hasip, tokoh masyarkat yang memprakarsai petemuan tersebut mengatakan, dilaksanakannya mediasi itu bukan untuk menghakimi terhadap lima penganut aliran itu. Melainkan pihaknya khawatir jika dibiarkan warga melakukan aksi-aksi anarkistik. âSiapa tahu dengan adanya mediasi ini, penganut itu bisa sadar dan tidak lagi membuat masyarakat resah,â jelasnya. âKami harapkan, pertemuan ini tidak hanya seremonial saja, melainkan harus ada jalan keluarnya. Sebab, kalau dibiarkan dihawatirkan ada tindakan anarkis dari masyarakat,â imbuhnya. Tampak hadir pada acara mediasi tersebut dari Majlis Ulama Indonesia (MUI) Sumenep, pihak kepolisisan dari Mapolsek Ganding, Muspika, tokoh agama dan tokoh masyarakat dari dua desa tesebut. (edy/mk)