Konvensi Capres Demokrat Dikritik JAKARTA-Konvensi calon presiden (capres) oleh Partai Demokrat kembali dikritik. Pengamat politik Yudi Lati...
Konvensi Capres Demokrat Dikritik
JAKARTA-Konvensi calon presiden (capres) oleh Partai Demokrat kembali dikritik. Pengamat politik Yudi Latif menilai, konvensi hanya sebagai strategi membersihkan partai itu dari hantaman kasus korupsi. Bahkan konvensi diibaratkan sebagai alat pencuci sejumlah kotoran di partai berlambang Mercy.  "Konvensi itu ibarat detergen yang mencuci bersih kotornya Partai Demokrat," kata Yudi Latif di Jakarta, Rabu (17/7) Menurut Dosen FISIP Universitas Paramadina ini, tujuan utama menggelar konvensi capres, tidak lain guna mendongkrak elektabilitas partai yang makin terus merosot. Alasan lainnya, terlihat mekanisme konvensi ini semi-terbuka dan hanya cenderung berpihak pada calon yang memiliki modal. "Konvensi yang sesungguhnya itu untuk perkembangan. Mestinya, konvensi ini harus menjadikan capres lebih  dikenal publik, melainkan juga harus menjadi tempat untuk tokoh yang tidak punya duit," terangnya Ditempat terpisah, Ketua Harian DPP Demokrat Syarief Hasan mengatakan hasil survey yang dilakukan Lembaga Survei Nasional (LSN) tentu sebagai bahan masukan bukan sebagai pijakan. "Ahhh, enggak, Bagi kita, itu informasi. Kalau informasi, hanya sebagai informasi saja," tegasnya Malah Syarief menyinggung hasil survei lembaga survei lain yang menunjukkan elektabilitas Demokrat di urutan kedua. Terkait hasil survei LSN, Syarief menganggap hanya sebagai informasi. âNanti kita lihat mana informasi yang bisa dipakai, mana yang tidak bisa dipakai," ucapnya Dari hasil survei LSN, elektabilitas Demokrat setelah dipegang Susilo Bambang Yudhoyono masih di bawah Partai Golkar (19,7 persen), PDI Perjuangan (18,3 persen), Partai Gerindra (13,9 persen), dan Partai Hanura (6,9 persen). Lebih jauh kata Menkop/UKM ini, peluang para kandidat yang bertarung dalam bursa konvensi capres itu sama saja. "Kans mereka sama saja tidak ada yang lebih besar. Karena konvensi kan berdasarkan keinginan rakyat," ujarnya. Ketika ditanya apakah nama-nama yang diinginkan SBY, seperti Pramono Edhie Wibowo, Irman Gusman, Dino Pati Djalal, dan Gita Wirjawan, Syarief membenarkan. Mereka, menurut dia, termasuk yang dibidik masyarakat. "Tentunya calon-calon yang dibidik masyarakat kita bidik," ucapnya. Meski ada tokoh yang diinginkan Presiden untuk ikut konvensi, Syarief menjamin tidak ada perlakuan khusus bagi calon tertentu. Semua kandidat akan diseleksi komite konvensi yang mayoritas anggotanya dari luar Partai Demokrat.  "Nanti dari eksternal ada akademisi, pengamat, mungkin ada dari media. Kami ingin tokoh independen lebih banyak supaya independensinya terjaga, tujuan betul-betul tercapai bahwa yang menentukan rakyat (melalui survei), bukan pengurus, bukan kader Demokrat," ucapnya. Lanjut, Syarief menjelaskan peserta konvensi tidak hanya diisi oleh 4 nama itu saja. Dia mengatakan kemungkinan akan ada peserta lain. "Ada banyak lagi yang ikut, nama-nama nya adalah," ucapnya. Keempat nama yang santer disebut itu, Pramono Edhie Wibowo, Gita Wirjawan, Irman Gusman, dan Dino Patti Djalal. Pramono merupakan purnawirawan jenderal TNI yang mantan KSAD. Gita Wirjawan saat ini menjabat Menteri Perdagangan. Irman Gusman memegang jabatan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Dino Patti Djalal merupakan mantan juru bicara Presiden SBY yang kini menjadi Dubes RI di Amerika Serikat (AS). Irman Gusman yakin akan didukung banyak pihak. Dengan posisi yang dia emban saat ini sebagai Ketua DPD, Irman merasa punya modal dukungan. "DPD itu seluruh Indonesia, coba kalau semuanya mendukung, belum lagi jaringannya," tegas Irman. Ada dua tokoh lain yang juga sedang mempertimbangkan untuk ikut konvensi, yaitu Yusril Ihza Mahendra dan Endriartono Sutarto. Yusril adalah politisi Partai Bulan Bintang (PBB), mantan Menteri Kehakiman, dan mantan Mensesneg dan kini kembali berprofesi sebagai pengacara. Sedangkan Endriartono Sutarto merupakan jenderal purnawirawan, mantan Panglima TNI, aktivis pemberantasan korupsi, dan kini bergabung di Partai Nasional Demokrat (NasDem).  (gam/abd/cea)
JAKARTA-Konvensi calon presiden (capres) oleh Partai Demokrat kembali dikritik. Pengamat politik Yudi Latif menilai, konvensi hanya sebagai strategi membersihkan partai itu dari hantaman kasus korupsi. Bahkan konvensi diibaratkan sebagai alat pencuci sejumlah kotoran di partai berlambang Mercy.  "Konvensi itu ibarat detergen yang mencuci bersih kotornya Partai Demokrat," kata Yudi Latif di Jakarta, Rabu (17/7) Menurut Dosen FISIP Universitas Paramadina ini, tujuan utama menggelar konvensi capres, tidak lain guna mendongkrak elektabilitas partai yang makin terus merosot. Alasan lainnya, terlihat mekanisme konvensi ini semi-terbuka dan hanya cenderung berpihak pada calon yang memiliki modal. "Konvensi yang sesungguhnya itu untuk perkembangan. Mestinya, konvensi ini harus menjadikan capres lebih  dikenal publik, melainkan juga harus menjadi tempat untuk tokoh yang tidak punya duit," terangnya Ditempat terpisah, Ketua Harian DPP Demokrat Syarief Hasan mengatakan hasil survey yang dilakukan Lembaga Survei Nasional (LSN) tentu sebagai bahan masukan bukan sebagai pijakan. "Ahhh, enggak, Bagi kita, itu informasi. Kalau informasi, hanya sebagai informasi saja," tegasnya Malah Syarief menyinggung hasil survei lembaga survei lain yang menunjukkan elektabilitas Demokrat di urutan kedua. Terkait hasil survei LSN, Syarief menganggap hanya sebagai informasi. âNanti kita lihat mana informasi yang bisa dipakai, mana yang tidak bisa dipakai," ucapnya Dari hasil survei LSN, elektabilitas Demokrat setelah dipegang Susilo Bambang Yudhoyono masih di bawah Partai Golkar (19,7 persen), PDI Perjuangan (18,3 persen), Partai Gerindra (13,9 persen), dan Partai Hanura (6,9 persen). Lebih jauh kata Menkop/UKM ini, peluang para kandidat yang bertarung dalam bursa konvensi capres itu sama saja. "Kans mereka sama saja tidak ada yang lebih besar. Karena konvensi kan berdasarkan keinginan rakyat," ujarnya. Ketika ditanya apakah nama-nama yang diinginkan SBY, seperti Pramono Edhie Wibowo, Irman Gusman, Dino Pati Djalal, dan Gita Wirjawan, Syarief membenarkan. Mereka, menurut dia, termasuk yang dibidik masyarakat. "Tentunya calon-calon yang dibidik masyarakat kita bidik," ucapnya. Meski ada tokoh yang diinginkan Presiden untuk ikut konvensi, Syarief menjamin tidak ada perlakuan khusus bagi calon tertentu. Semua kandidat akan diseleksi komite konvensi yang mayoritas anggotanya dari luar Partai Demokrat.  "Nanti dari eksternal ada akademisi, pengamat, mungkin ada dari media. Kami ingin tokoh independen lebih banyak supaya independensinya terjaga, tujuan betul-betul tercapai bahwa yang menentukan rakyat (melalui survei), bukan pengurus, bukan kader Demokrat," ucapnya. Lanjut, Syarief menjelaskan peserta konvensi tidak hanya diisi oleh 4 nama itu saja. Dia mengatakan kemungkinan akan ada peserta lain. "Ada banyak lagi yang ikut, nama-nama nya adalah," ucapnya. Keempat nama yang santer disebut itu, Pramono Edhie Wibowo, Gita Wirjawan, Irman Gusman, dan Dino Patti Djalal. Pramono merupakan purnawirawan jenderal TNI yang mantan KSAD. Gita Wirjawan saat ini menjabat Menteri Perdagangan. Irman Gusman memegang jabatan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Dino Patti Djalal merupakan mantan juru bicara Presiden SBY yang kini menjadi Dubes RI di Amerika Serikat (AS). Irman Gusman yakin akan didukung banyak pihak. Dengan posisi yang dia emban saat ini sebagai Ketua DPD, Irman merasa punya modal dukungan. "DPD itu seluruh Indonesia, coba kalau semuanya mendukung, belum lagi jaringannya," tegas Irman. Ada dua tokoh lain yang juga sedang mempertimbangkan untuk ikut konvensi, yaitu Yusril Ihza Mahendra dan Endriartono Sutarto. Yusril adalah politisi Partai Bulan Bintang (PBB), mantan Menteri Kehakiman, dan mantan Mensesneg dan kini kembali berprofesi sebagai pengacara. Sedangkan Endriartono Sutarto merupakan jenderal purnawirawan, mantan Panglima TNI, aktivis pemberantasan korupsi, dan kini bergabung di Partai Nasional Demokrat (NasDem).  (gam/abd/cea)