Koalisi PDI P-Golkar Ideal JAKARTA-Koalisi PDI Perjuangan dengan Partai Golkar dianggap paling ideal ke depan. Namun wacana capres Jokowi-Ab...
Koalisi PDI P-Golkar Ideal
JAKARTA-Koalisi PDI Perjuangan dengan Partai Golkar dianggap paling ideal ke depan. Namun wacana capres Jokowi-Aburizal Bakrie (ARB) tidak cocok sehingga harus dicari tokoh lain di luar Ical. "Kalau memang menduetkan Jokowi, maka harus dicari tokoh (Golkar) yang punya karakter kuat,â kata Direktur Eksekutif Institute for Transformation Studies,  Andi Saiful Haq di Jakarta, Sabtu, (29/6). Kendati demikian, Saiful Haq mengaku, upaya menggandeng tokoh Golkar selain Ical memang tidak mudah. Sebab pasti terganjal figur Aburizal Bakrie yang  sudah ditetapkan sebagai calon presiden.âTokoh itu, punya dua tugas berat sekaligus, mendampingi Jokowi dan memenangkan Munas Golkar 2015," ujarnya Sebenarnya kata Saiful Haq, Golkar tidak kehabisan stok figur potensial. Terutama, tokoh yang ada di luar Jawa.  Setidaknya berkarakter seperti Bung Hatta. "Karena pasangan paling ideal dalam politik nasional adalah Soekarno-Hatta. Soekarno asal Jawa, nasionalis, mengurus urusan dalam negeri sampai ke hati rakyat Indonesia.  Mungkin figur Bung Hatta inilah yang harus ditemukan," paparnya. Lebih jauh,  Saiful menilai, koalisi PDI Perjuangan-Golkar sangat positif bagi kemajuan demokrasi di Indonesia. Sebab akan ada koalisi pemerintahan dan oposisi yang sederhana dan efektif. Ini membuat demokrasi akan berjalan lebih stabil hingga 2019," tuturnya Sementara Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie  menilai, koalisi PDI Perjuangan harus mencari tokoh di luar Aburizal Bakrie usai pelaksanaan Munas Golkar 2015. "Kalau itu terjadi, partai penguasa pasca-2014 adalah PDI Perjuangan didukung Golkar dengan partai penyeimbang pemerintahan yang dipimpin Demokrat,â ujarnya Mantan Kader Golkar ini mengaku optimis wacana PDI Perjuangan dan Golkar akan terwujud. â Kita lihat saja, tidak lama lagi, satu tahun lagi," tegasnya. Ditempat terpisah, Ketua DPP Nasdem Engartiasto Lukito mengungkapkan Partai Nasional Demokrat berharap semua pemimpin dari semua lini mampu menyadari keinginan masyarakat. "Kita masih berproses, yang jelas kalau kami jika masuk 3 besar maka kita lihat siapa yang akan maju yang bisa memimpin dengan ketulusan di Nasdem," imbuhnya. Apalagi, kata Jeffrie, rakyat rindu pemimpin yang tegas, bukan pemimpin yang ragu-ragu. Rakyat juga rindu pemimpin yang bekerja dengan sentuhan ikhlas dari hati. "Partai Nasdem berharap pemimpin dari semua lini mampu menyadari keinginan masyarakat," tegasnya. Soal calon pemimpin yang akan diusung Partai Nasem pada Pilpres 2014, Engartiasto tidak ingin berspekulasi. "Saat ini yang kita pikirkan bagaimana mencapai posisi tiga besar dalam Pileg mendatang," tuturnya Yang jelas, sambung Jeffrie, rakyat sudah pandai memilih calon presiden yang memiliki wawasan ke depan. âRakyat punya penilaian sendiri, mereka akan melihat dan menetapkan. Nasdem tidak akan mencalonkan presiden kalau tidak masuk 3 besar, ini pendidikan politik juga bagi rakyat," pungkasnya. (gam/cea)
JAKARTA-Koalisi PDI Perjuangan dengan Partai Golkar dianggap paling ideal ke depan. Namun wacana capres Jokowi-Aburizal Bakrie (ARB) tidak cocok sehingga harus dicari tokoh lain di luar Ical. "Kalau memang menduetkan Jokowi, maka harus dicari tokoh (Golkar) yang punya karakter kuat,â kata Direktur Eksekutif Institute for Transformation Studies,  Andi Saiful Haq di Jakarta, Sabtu, (29/6). Kendati demikian, Saiful Haq mengaku, upaya menggandeng tokoh Golkar selain Ical memang tidak mudah. Sebab pasti terganjal figur Aburizal Bakrie yang  sudah ditetapkan sebagai calon presiden.âTokoh itu, punya dua tugas berat sekaligus, mendampingi Jokowi dan memenangkan Munas Golkar 2015," ujarnya Sebenarnya kata Saiful Haq, Golkar tidak kehabisan stok figur potensial. Terutama, tokoh yang ada di luar Jawa.  Setidaknya berkarakter seperti Bung Hatta. "Karena pasangan paling ideal dalam politik nasional adalah Soekarno-Hatta. Soekarno asal Jawa, nasionalis, mengurus urusan dalam negeri sampai ke hati rakyat Indonesia.  Mungkin figur Bung Hatta inilah yang harus ditemukan," paparnya. Lebih jauh,  Saiful menilai, koalisi PDI Perjuangan-Golkar sangat positif bagi kemajuan demokrasi di Indonesia. Sebab akan ada koalisi pemerintahan dan oposisi yang sederhana dan efektif. Ini membuat demokrasi akan berjalan lebih stabil hingga 2019," tuturnya Sementara Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie  menilai, koalisi PDI Perjuangan harus mencari tokoh di luar Aburizal Bakrie usai pelaksanaan Munas Golkar 2015. "Kalau itu terjadi, partai penguasa pasca-2014 adalah PDI Perjuangan didukung Golkar dengan partai penyeimbang pemerintahan yang dipimpin Demokrat,â ujarnya Mantan Kader Golkar ini mengaku optimis wacana PDI Perjuangan dan Golkar akan terwujud. â Kita lihat saja, tidak lama lagi, satu tahun lagi," tegasnya. Ditempat terpisah, Ketua DPP Nasdem Engartiasto Lukito mengungkapkan Partai Nasional Demokrat berharap semua pemimpin dari semua lini mampu menyadari keinginan masyarakat. "Kita masih berproses, yang jelas kalau kami jika masuk 3 besar maka kita lihat siapa yang akan maju yang bisa memimpin dengan ketulusan di Nasdem," imbuhnya. Apalagi, kata Jeffrie, rakyat rindu pemimpin yang tegas, bukan pemimpin yang ragu-ragu. Rakyat juga rindu pemimpin yang bekerja dengan sentuhan ikhlas dari hati. "Partai Nasdem berharap pemimpin dari semua lini mampu menyadari keinginan masyarakat," tegasnya. Soal calon pemimpin yang akan diusung Partai Nasem pada Pilpres 2014, Engartiasto tidak ingin berspekulasi. "Saat ini yang kita pikirkan bagaimana mencapai posisi tiga besar dalam Pileg mendatang," tuturnya Yang jelas, sambung Jeffrie, rakyat sudah pandai memilih calon presiden yang memiliki wawasan ke depan. âRakyat punya penilaian sendiri, mereka akan melihat dan menetapkan. Nasdem tidak akan mencalonkan presiden kalau tidak masuk 3 besar, ini pendidikan politik juga bagi rakyat," pungkasnya. (gam/cea)