Cuaca Buruk Menghadang Kapal SUMENEP â" Cuaca buruk masih menjadi kendala pelayaran kapal ke sejumlah kepulauan Sumenep. Hal ini peris...
Cuaca Buruk Menghadang Kapal
SUMENEP â" Cuaca buruk masih menjadi kendala pelayaran kapal ke sejumlah kepulauan Sumenep. Hal ini peristiwa musiman, dan pemerintah belum bisa mengatasi masalah tersebut. Warga kepulauan mengeluhkan tidak bisa berlayarnya kapal saat cuaca ekstrem, apalagi saat ini warga kepulauan yang merantau ke luar daerah melakukan mudik. Kapal Dharma Bahari Sumekar (DBS) I yang biasa melayani pelayaran ke Pulau Kangean, Selasa (23/7), tidak bisa melakukan pelayaran akibat cuaca ekstrem. Gelombang laut mencapai ketinggian 3,5 meter. Kapal menunggu cuaca membaik untuk kembali melakukan pelayaran. Pantauan Koran Madura di Pelabuhan Kalianget, ratusan motor mengantre menunggu pemberangkatan kapal. Angkutan barang sejak memasuki bulan puasa semakin meningkat. Sejumlah mobil angkutan barang mengantre. Manager Operasional Kapal Dharma Bahari Sumekar 1, Bambang Suprio, mengatakan, berdasarkan informasi dari BMKG Cabang Kalianget, cuaca saat ini kembali ekstrem. "Kami gagalkan pemberangkatan sampai cuaca normal kembali," paparnya. Sesuai jadwal, Kapal DBS 1 mestinya berlayar ke Pulau Kangean pada hari Selasa sore. Namun, karena kecepatan angin mencapai 30 knot per jam dan gelombang 3,5 meter, pihaknya instruksikan agar pelayaran ditunda demi keselamatan penumpang. Untuk memastikan cuaca kembali normal dan pelayaran kapal diberangkatkan, pihaknya akan menunggu selama lima hari ke depan. Pihaknya meminta penumpang bersabar untuk menunggu cuaca hingga kembali normal. Jika cuaca sudah membaik, katanya, pihaknya akan mengumumkan keberangkatan kapal. Sementara Kepala BMKG Kalianget, Joko Sulistyo, melalui stafnya, Hendri, menyatakan, dalam tiga hari ke depan cuaca ekstrem diperkiran tetap akan tinggi. Ketinggian di perairan Sumenep dan sekitarnya mencapai kecepatan angin 50 km per jam dan gelombang untuk perairan Kangean mencapai 3,5 meter, dan perairan Masalembu mencapai 3 meter. ''Kecepatan angin rata-rata 50 km per jam dan tinggi gelombang mencapai 3,5 meter terutama perairan Kangean,'' jelasnya. Dia berharap, selama tiga hari ke depan untuk pelayaran di Kabupaten Sumenep lebih baik ditunda guna menjaga keselamatan kapal di laut. ''Lebih baik untuk sementara jangan berlayar dulu,'' harapnya. Aktivitas Lumpuh Secara terpisah, ratusan nelayan di Desa Lobuk, Kecamatan Bluto, tidak bisa beraktivitas akibat ketinggian ombak yang mencapai 3,5 meter. Sejumlah perahu terlihat ditambatkan di bibir pantai. Mereka tidak berani melaut karena khawatir mengancam keselamatan jiwa. Namun, ada sebagian nelayan yang tetap melaut, tapi harus kembali karena tidak bisa melanjutkan perjalanan akibat tingginya ombak dan kencangnya aingin. "Sejak tiga hari lalu gelombang sudah tidak bersahabat, dan yang paling tinggi terjadi sejak tadi malam," ujar Imam, nelayan Lobuk, Selasa (23/7). Dirinya dan sejumlah nelayan menganggur akibat tidak bisa melaut, dan kalaupun memungkinkan cuma memancing di pinggir pantai untuk sekedar memenuhi kebutuhan belanja sehari-hari. "Ya mau gimana lagi, pak, habis kalau dipaksakan kita cuma mengantar nyawa sia-sia," imbuhnya. Ombak Sedangkan ketinggian ombak yang mencapai 3,5 meter membuat lima rumah di Dusun Tanjung, Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi. Ombak besar yang datang secara tiba-tiba menghantan sejumlah rumah penduduk, dan membuat sejumlah warga berlarian untuk menyelamatkan diri. Lima rumah warga yang berdiri di tepi pantai rusak parah bahkan terhanyut ombak. Tangkis laut sepanjang 1 km jebol, dan 30 kerambah rumput laut milik warga hilang dihanyut ombak. Berdasarkan pantauan Koran Madura di lapangan, kelima rumah tersebut, ada yang terhanyut semua, dan juga ada sebagian yang masih utuh. Namun kondisinya sangat memprhatikan. Menurut Abdur Rasyid (36), salah satu saksi mata, mengatakan, dirinya sempat mengira akan terjadi tsunami saat melihat gulungan ombak yang disetai angin kencang dari arah timur. Sejumlah masyarakat berteriak histeris sambil lari kearah bukit yang lebih tinggi. âKejadianya itu sangat cepat. Bahkan, air itu seakan mengikuti arah warga yang berusaha menyelamatkan diri,â katanya. Bahkan, menurutnya, warga yang berlarian itu, sempat meneriakkan adanya tsunami. âAda tsunami, ada tsunami,â katanya, menirukan terakan warga. Namun, tidak beberapa selang lama dari kejadian itu, warga sekitar kembali berbondong-bondong ke rumahnya masing-masing. Setelah kembali puing-puing rumah yang berserakan mengejutkan sejumlah warga. Sebab tidak sedikit rumah warga yang terhanyut arus ketengah laut. âSetelah kami kembali, tidak tahunya rumah kami hampir tidak ada. Semuanya, telah digulung ombak,â kata Hamid. Sementara Ketua RT. 03 Dusun Tanjung, Sahari (50) mengatakan, dirinya mengaku tidak mengetahui secara pasti akan kejadian itu. Pihaknya tahu setalah mendapatkan laporan dari sejumlah warga setempat. Dan langsung langsung memberitahukan kejadian tersebut kepada camat setempat serta Tim Tanggap Bencana Alam (Tagana). âAwalnya saya kurang begitu percaya dengan kejadian tersebut. Tapi setelah melihat langsung, baru saya percaya dan melaporkan kejadian yang menimpa warga ke camat serta tim taganaâ ungkapnya. Sehingga tidak lama kemudian, Camat Saronggi, Sunaryo, langsung melakukan sidak ke lapangan bersama tim tagana untuk memastikan kejadian serta total kerugian. Selain itu pihaknya juga mendata kerusakan serta memotret rumah warga yang rusak sebagai bahan laporan. Hingga berita ini diturunkan, tim tagana masih belum mematikan atas kerugian yag dialami warga. Namun yang pasti kerugian tersebut mencapai ratusan juta. Sementara kali ini, para korban yang rumahnya roboh berat masih menumpang di rumah sanak saudaranya. (athink/sai/edy/mk)
SUMENEP â" Cuaca buruk masih menjadi kendala pelayaran kapal ke sejumlah kepulauan Sumenep. Hal ini peristiwa musiman, dan pemerintah belum bisa mengatasi masalah tersebut. Warga kepulauan mengeluhkan tidak bisa berlayarnya kapal saat cuaca ekstrem, apalagi saat ini warga kepulauan yang merantau ke luar daerah melakukan mudik. Kapal Dharma Bahari Sumekar (DBS) I yang biasa melayani pelayaran ke Pulau Kangean, Selasa (23/7), tidak bisa melakukan pelayaran akibat cuaca ekstrem. Gelombang laut mencapai ketinggian 3,5 meter. Kapal menunggu cuaca membaik untuk kembali melakukan pelayaran. Pantauan Koran Madura di Pelabuhan Kalianget, ratusan motor mengantre menunggu pemberangkatan kapal. Angkutan barang sejak memasuki bulan puasa semakin meningkat. Sejumlah mobil angkutan barang mengantre. Manager Operasional Kapal Dharma Bahari Sumekar 1, Bambang Suprio, mengatakan, berdasarkan informasi dari BMKG Cabang Kalianget, cuaca saat ini kembali ekstrem. "Kami gagalkan pemberangkatan sampai cuaca normal kembali," paparnya. Sesuai jadwal, Kapal DBS 1 mestinya berlayar ke Pulau Kangean pada hari Selasa sore. Namun, karena kecepatan angin mencapai 30 knot per jam dan gelombang 3,5 meter, pihaknya instruksikan agar pelayaran ditunda demi keselamatan penumpang. Untuk memastikan cuaca kembali normal dan pelayaran kapal diberangkatkan, pihaknya akan menunggu selama lima hari ke depan. Pihaknya meminta penumpang bersabar untuk menunggu cuaca hingga kembali normal. Jika cuaca sudah membaik, katanya, pihaknya akan mengumumkan keberangkatan kapal. Sementara Kepala BMKG Kalianget, Joko Sulistyo, melalui stafnya, Hendri, menyatakan, dalam tiga hari ke depan cuaca ekstrem diperkiran tetap akan tinggi. Ketinggian di perairan Sumenep dan sekitarnya mencapai kecepatan angin 50 km per jam dan gelombang untuk perairan Kangean mencapai 3,5 meter, dan perairan Masalembu mencapai 3 meter. ''Kecepatan angin rata-rata 50 km per jam dan tinggi gelombang mencapai 3,5 meter terutama perairan Kangean,'' jelasnya. Dia berharap, selama tiga hari ke depan untuk pelayaran di Kabupaten Sumenep lebih baik ditunda guna menjaga keselamatan kapal di laut. ''Lebih baik untuk sementara jangan berlayar dulu,'' harapnya. Aktivitas Lumpuh Secara terpisah, ratusan nelayan di Desa Lobuk, Kecamatan Bluto, tidak bisa beraktivitas akibat ketinggian ombak yang mencapai 3,5 meter. Sejumlah perahu terlihat ditambatkan di bibir pantai. Mereka tidak berani melaut karena khawatir mengancam keselamatan jiwa. Namun, ada sebagian nelayan yang tetap melaut, tapi harus kembali karena tidak bisa melanjutkan perjalanan akibat tingginya ombak dan kencangnya aingin. "Sejak tiga hari lalu gelombang sudah tidak bersahabat, dan yang paling tinggi terjadi sejak tadi malam," ujar Imam, nelayan Lobuk, Selasa (23/7). Dirinya dan sejumlah nelayan menganggur akibat tidak bisa melaut, dan kalaupun memungkinkan cuma memancing di pinggir pantai untuk sekedar memenuhi kebutuhan belanja sehari-hari. "Ya mau gimana lagi, pak, habis kalau dipaksakan kita cuma mengantar nyawa sia-sia," imbuhnya. Ombak Sedangkan ketinggian ombak yang mencapai 3,5 meter membuat lima rumah di Dusun Tanjung, Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi. Ombak besar yang datang secara tiba-tiba menghantan sejumlah rumah penduduk, dan membuat sejumlah warga berlarian untuk menyelamatkan diri. Lima rumah warga yang berdiri di tepi pantai rusak parah bahkan terhanyut ombak. Tangkis laut sepanjang 1 km jebol, dan 30 kerambah rumput laut milik warga hilang dihanyut ombak. Berdasarkan pantauan Koran Madura di lapangan, kelima rumah tersebut, ada yang terhanyut semua, dan juga ada sebagian yang masih utuh. Namun kondisinya sangat memprhatikan. Menurut Abdur Rasyid (36), salah satu saksi mata, mengatakan, dirinya sempat mengira akan terjadi tsunami saat melihat gulungan ombak yang disetai angin kencang dari arah timur. Sejumlah masyarakat berteriak histeris sambil lari kearah bukit yang lebih tinggi. âKejadianya itu sangat cepat. Bahkan, air itu seakan mengikuti arah warga yang berusaha menyelamatkan diri,â katanya. Bahkan, menurutnya, warga yang berlarian itu, sempat meneriakkan adanya tsunami. âAda tsunami, ada tsunami,â katanya, menirukan terakan warga. Namun, tidak beberapa selang lama dari kejadian itu, warga sekitar kembali berbondong-bondong ke rumahnya masing-masing. Setelah kembali puing-puing rumah yang berserakan mengejutkan sejumlah warga. Sebab tidak sedikit rumah warga yang terhanyut arus ketengah laut. âSetelah kami kembali, tidak tahunya rumah kami hampir tidak ada. Semuanya, telah digulung ombak,â kata Hamid. Sementara Ketua RT. 03 Dusun Tanjung, Sahari (50) mengatakan, dirinya mengaku tidak mengetahui secara pasti akan kejadian itu. Pihaknya tahu setalah mendapatkan laporan dari sejumlah warga setempat. Dan langsung langsung memberitahukan kejadian tersebut kepada camat setempat serta Tim Tanggap Bencana Alam (Tagana). âAwalnya saya kurang begitu percaya dengan kejadian tersebut. Tapi setelah melihat langsung, baru saya percaya dan melaporkan kejadian yang menimpa warga ke camat serta tim taganaâ ungkapnya. Sehingga tidak lama kemudian, Camat Saronggi, Sunaryo, langsung melakukan sidak ke lapangan bersama tim tagana untuk memastikan kejadian serta total kerugian. Selain itu pihaknya juga mendata kerusakan serta memotret rumah warga yang rusak sebagai bahan laporan. Hingga berita ini diturunkan, tim tagana masih belum mematikan atas kerugian yag dialami warga. Namun yang pasti kerugian tersebut mencapai ratusan juta. Sementara kali ini, para korban yang rumahnya roboh berat masih menumpang di rumah sanak saudaranya. (athink/sai/edy/mk)