Blok Cepu Atasi Krisis Energi Indonesia BOJONEGORO - Tanah seluas 4.800 meter persegi di Desa Mojodelik, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, Jatim...
Blok Cepu Atasi Krisis Energi Indonesia
BOJONEGORO - Tanah seluas 4.800 meter persegi di Desa Mojodelik, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, Jatim, yang berada di tengah-tengah kawasan proyek migas Blok Cepu di daerah setempat agak berbeda dengan tanah di sekelilingnya. Tanah tersebut agak curam berkedalaman sekitar 3 meter, sehingga dengan mudah dibedakan dengan tanah di sekelilingnya yang lebih tinggi. Di depan tanah tersebut tertera tulisan "Area Terbatas. Umum Dilarang Masuk". "Pemilik tanah seluas 4.800 meter persegi itu Ali Mucharom. Ia menawarkan harga tanahnya terus naik dan saat ini minta ganti rugi Rp9 triliun," kata Bagian Konstruksi Mobil Cepu Limited (MCL) Agus Kimulyanto. Mengenai masalah tanah itu juga disampaikan Agus kepada Tim Sekretariat Wakil Presiden (Wapres) yang dipimpin Kepala Bidang Energi Sunaryo yang meninjau lokasi proyek "engineering, procurement, and cosntrukction (EPC) Blok Cepu di Kecamatan Ngasem, Juni lalu. "Ini harga tanah kaveling termahal di dunia," ujar Agus sambil menunjuk lokasi lahan milik Ali Mucharom. Ia juga menjelaskan masih ada dua kapling tanah di tengah lokasi proyek Blok Cepu, juga di Desa Mojodelik, Kecamatan Ngasem, yang belum bisa dibebaskan. Pemiliknya masih terlibat sengketa hukum menunggu keputusan Mahkamah Agung (MA). "Tapi mengenai harga tanahnya sudah tidak ada masalah. Hanya menunggu keputusan MA yang akan menentukan ahli waris yang berhak menerima uang pembayarannya," jelas Kepala Badan Perizinan Pemkab Bojonegoro Bambang Waluyo yang pernah menjabat Camat Ngasem. Meski ada tiga kavling tanah yang belum bisa dibebaskan, menurut "Field Public and Government Affairs" atau Bidang Umum dan Urusan Pemerintah Mobil Cepu Limited (MCL) Rexy Mawardijaya, tidak mengganggu pekerjaan. "Pekerjaan proyek Blok Cepu tidak terganggu. Di tiga lokasi kaveling tanah yang belum dibebaskan tidak ada kegiatan pekerjaan atau bangunan," tuturnya. Rexy lebih lanjut menjelaskan pihaknya tetap berusaha membebaskan tanah seluas 4.800 meter persegi dengan melakukan pendekatan kepada pemiliknya Ali Mucharom. Namun, harga tanah yang akan disepakati untuk pembebasan tanah tetap wajar. Mengacu harga tanah yang sudah dibebaskan untuk proyek Blok Cepu di daerah setempat seluas 500 hektare lebih yang harganya mulai Rp60 ribu/meter persegi sampai lebih dari Rp100 ribu/meter persegi. "Mengenai harga tanahnya bergantung potensi tanahnya," tandasnya. Mengenai alasan pemiliknya Ali Mucharom yang memasang harga tinggi itu, sebagaimana diutarakan Bupati Bojonegoro Suyoto, karena faktor bisnis. "Kalau sekarang tanggo (triliun) pak. Tidak lagi Rp 95 miliar. Ini bisnis karena di bawahnya ada minyaknya," kata Suyoto, menirukan ucapan Ali Mucharom. Kepada Ali Mucharom, ia mengajukan pemecahan kalau memang tidak ingin tanahnya dibebaskan bisa mengajukan permohonan kepada MCL agar disewa. "Saya sudah menyarankan kepada Ali Mucharom segera membuat permohonan kepada MCL agar tanahnya disewa," jelasnya. Produksi Blok Cepu Perjalanan Blok Cepu Perjalanan pekerjaan proyek migas Blok Cepu tidak terganggu masalah tanah juga masalah lainnya juga disampaikan "Lead Country Manager" ExxonMobil Oil Indonesia (EMOI) Jon M Gibb kepada Antara, awal Juli. "Pelaksanaan pekerjaan proyek migas Blok Cepu berjalan baik. Saat ini pelaksanaan pekerjaan sudah mencapai 50 persen lebih," tegasnya. Ia yang didampingi "Vice President Public and Gouverment Affair" MCL Erwin Maryoto menjelaskan MCL, anak perusahaan EMOI selaku operator migas Blok Cepu akan berusaha maksimal agar pekerjaan proyek BloK Cepu bisa tepat waktu. "Kami akan berusaha produksi minyak Blok Cepu sebesar 165 ribu barel/hari bisa terealisasi sesuai jadwal pada 2014," ucapnya. Melihat perkembangan proyek Blok Cepu, sebagaimana disampaikan Kepala Bagian Humas SKK Migas Elan Biantoro, jajaran SKK Migas mencanangkan mulai 2013 sebagai titik nol peningkatan produksi minyak secara nasional yang saat ini produksinya sekitar 833 ribu barel/hari. Ia mengemukakan peningkatan produksi migas secara nasional yang cukup besar akan diperoleh dari lapangan sumur minyak Blok Cepu yang akan mampu menambah produksi minyak secara nasional sebesar 165 ribu barel/hari. "Saat ini Indonesia masih impor minyak rata-rata sekitar 450 ribu barel per hari karena kebutuhan minyak secara nasional mencapai 1,3 juta barel per hari," paparnya. Bahkan, ia optimistis peningkatan produksi migas masih akan terus berlanjut karena adanya pengembangan sejumlah lapangan migas di Bojonegoro, antara lain lapangan Alas Tuwa Barat, Alas Tuwa Timur dan Kedungkeris. Lainnya pengembangan lapangan migas Cendana, Tiung Biru (TBR) juga lapangan gas Jambaran di Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem yang potensinya mencapai 17 triliun standar kaki kubik. Prospek Bisnis Energi Gas Pengembangan lapangan gas itu, menurut dia, merupakan alternatif untuk memperoleh energi karena di masa mendatang gas akan menjadi pilihan untuk memenuhi kebutuhan energi. "Peminat yang akan membeli gas Bojonegoro banyak.Tapi semuanya masih belum pasti," ujar Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini di Bojonegoro. Meski demikian, pihaknya tetap memprogramkan lapangan gas di Bojonegoro, mulai Jambaran, Tiung Biru (TBR) dan Cendana bisa berproduksi pada 2018. "Maunya potensi gas di Bojonegoro diproduksi 2018 setelah ada pembeli yang pasti," ucapnya. Mengenai pengembangan lapangan gas di Bojonegoro, sebagaimana dijelaskan Direktur PT Pertamina EP Cepu Amril Thaib Mandailing, sudah dibahas bersama dengan pemkab. "Kita sudah melakukan sosialisasi dengan mengajak jajaran pemkab ikut membahas 'plant of development' (POD) pengembangan lapangan gas," tukasnya. Mengenai teknisnya, menurut Direktur Pengembangan Pertamina EP Cepu Amran Anwar, lapangan gas Unitisasi Jambaran-TBR akan diproduksikan delapan sumur gas dan di lapangan gas Cendana yang diproduksikan enam sumur gas, semuanya di Bojonegoro. "Unitisasi Jambaran-TBR operatornya Pertamina EP Cepu, tapi lapangan gas Cendana operatornya MCL," jelasnya. Menurut dia, dari sumur gas dua lapangan bisa diproduksi gas sebesar 315 juta standar kaki kubik per hari atau "million standard cubic feet per day" (MMSCFD). Sesuai rencana, lanjut dia, produksi gas yang dihasilkan akan dijual sebesar 185 juta standar kaki kubik per hari. Lainnya, diolah menjadi sulfur dengan produksi 80 ton/hari dan menjadi kondensat dengan produksi sekitar 1.900 "barel oil per day (BOPD). Ia menambahkan sesuai "POD" pengembangan Unitisasi Jambaran-TBR dan Cendana membutuhkan biaya sebesar 1,2 miliar dolar AS. Menanggapi industri migas di daerahnya, Suyoto menegaskan pemkab tidak pernah berniat menghambat proyek migas Blok Cepu. Yang jelas, katanya, terbitnya Peraturan Daerah (Perda) No.23 tahun 2011 tentang Industri Migas hanya sebatas berusaha melindungi potensi lokal. "Kami tetap akan menyesuaikan perda tentang migas dengan undang-undang migas," tuturnya. Di berbagai kesempatan termasuk dalam pertemuan dengan Jon M. Gibb, ia juga mengemukakan keberhasilan pelaksanaan industri migas tidak hanya bergantung faktor bisnis, teknologi, dana besar, tapi juga masalah sosial. "Mengantisipasi terjadinya gejolak sosial juga penting agar pelaksanaan proyek migas bisa berjalan lancar," tegasnya. (ant/rah)
BOJONEGORO - Tanah seluas 4.800 meter persegi di Desa Mojodelik, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, Jatim, yang berada di tengah-tengah kawasan proyek migas Blok Cepu di daerah setempat agak berbeda dengan tanah di sekelilingnya. Tanah tersebut agak curam berkedalaman sekitar 3 meter, sehingga dengan mudah dibedakan dengan tanah di sekelilingnya yang lebih tinggi. Di depan tanah tersebut tertera tulisan "Area Terbatas. Umum Dilarang Masuk". "Pemilik tanah seluas 4.800 meter persegi itu Ali Mucharom. Ia menawarkan harga tanahnya terus naik dan saat ini minta ganti rugi Rp9 triliun," kata Bagian Konstruksi Mobil Cepu Limited (MCL) Agus Kimulyanto. Mengenai masalah tanah itu juga disampaikan Agus kepada Tim Sekretariat Wakil Presiden (Wapres) yang dipimpin Kepala Bidang Energi Sunaryo yang meninjau lokasi proyek "engineering, procurement, and cosntrukction (EPC) Blok Cepu di Kecamatan Ngasem, Juni lalu. "Ini harga tanah kaveling termahal di dunia," ujar Agus sambil menunjuk lokasi lahan milik Ali Mucharom. Ia juga menjelaskan masih ada dua kapling tanah di tengah lokasi proyek Blok Cepu, juga di Desa Mojodelik, Kecamatan Ngasem, yang belum bisa dibebaskan. Pemiliknya masih terlibat sengketa hukum menunggu keputusan Mahkamah Agung (MA). "Tapi mengenai harga tanahnya sudah tidak ada masalah. Hanya menunggu keputusan MA yang akan menentukan ahli waris yang berhak menerima uang pembayarannya," jelas Kepala Badan Perizinan Pemkab Bojonegoro Bambang Waluyo yang pernah menjabat Camat Ngasem. Meski ada tiga kavling tanah yang belum bisa dibebaskan, menurut "Field Public and Government Affairs" atau Bidang Umum dan Urusan Pemerintah Mobil Cepu Limited (MCL) Rexy Mawardijaya, tidak mengganggu pekerjaan. "Pekerjaan proyek Blok Cepu tidak terganggu. Di tiga lokasi kaveling tanah yang belum dibebaskan tidak ada kegiatan pekerjaan atau bangunan," tuturnya. Rexy lebih lanjut menjelaskan pihaknya tetap berusaha membebaskan tanah seluas 4.800 meter persegi dengan melakukan pendekatan kepada pemiliknya Ali Mucharom. Namun, harga tanah yang akan disepakati untuk pembebasan tanah tetap wajar. Mengacu harga tanah yang sudah dibebaskan untuk proyek Blok Cepu di daerah setempat seluas 500 hektare lebih yang harganya mulai Rp60 ribu/meter persegi sampai lebih dari Rp100 ribu/meter persegi. "Mengenai harga tanahnya bergantung potensi tanahnya," tandasnya. Mengenai alasan pemiliknya Ali Mucharom yang memasang harga tinggi itu, sebagaimana diutarakan Bupati Bojonegoro Suyoto, karena faktor bisnis. "Kalau sekarang tanggo (triliun) pak. Tidak lagi Rp 95 miliar. Ini bisnis karena di bawahnya ada minyaknya," kata Suyoto, menirukan ucapan Ali Mucharom. Kepada Ali Mucharom, ia mengajukan pemecahan kalau memang tidak ingin tanahnya dibebaskan bisa mengajukan permohonan kepada MCL agar disewa. "Saya sudah menyarankan kepada Ali Mucharom segera membuat permohonan kepada MCL agar tanahnya disewa," jelasnya. Produksi Blok Cepu Perjalanan Blok Cepu Perjalanan pekerjaan proyek migas Blok Cepu tidak terganggu masalah tanah juga masalah lainnya juga disampaikan "Lead Country Manager" ExxonMobil Oil Indonesia (EMOI) Jon M Gibb kepada Antara, awal Juli. "Pelaksanaan pekerjaan proyek migas Blok Cepu berjalan baik. Saat ini pelaksanaan pekerjaan sudah mencapai 50 persen lebih," tegasnya. Ia yang didampingi "Vice President Public and Gouverment Affair" MCL Erwin Maryoto menjelaskan MCL, anak perusahaan EMOI selaku operator migas Blok Cepu akan berusaha maksimal agar pekerjaan proyek BloK Cepu bisa tepat waktu. "Kami akan berusaha produksi minyak Blok Cepu sebesar 165 ribu barel/hari bisa terealisasi sesuai jadwal pada 2014," ucapnya. Melihat perkembangan proyek Blok Cepu, sebagaimana disampaikan Kepala Bagian Humas SKK Migas Elan Biantoro, jajaran SKK Migas mencanangkan mulai 2013 sebagai titik nol peningkatan produksi minyak secara nasional yang saat ini produksinya sekitar 833 ribu barel/hari. Ia mengemukakan peningkatan produksi migas secara nasional yang cukup besar akan diperoleh dari lapangan sumur minyak Blok Cepu yang akan mampu menambah produksi minyak secara nasional sebesar 165 ribu barel/hari. "Saat ini Indonesia masih impor minyak rata-rata sekitar 450 ribu barel per hari karena kebutuhan minyak secara nasional mencapai 1,3 juta barel per hari," paparnya. Bahkan, ia optimistis peningkatan produksi migas masih akan terus berlanjut karena adanya pengembangan sejumlah lapangan migas di Bojonegoro, antara lain lapangan Alas Tuwa Barat, Alas Tuwa Timur dan Kedungkeris. Lainnya pengembangan lapangan migas Cendana, Tiung Biru (TBR) juga lapangan gas Jambaran di Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem yang potensinya mencapai 17 triliun standar kaki kubik. Prospek Bisnis Energi Gas Pengembangan lapangan gas itu, menurut dia, merupakan alternatif untuk memperoleh energi karena di masa mendatang gas akan menjadi pilihan untuk memenuhi kebutuhan energi. "Peminat yang akan membeli gas Bojonegoro banyak.Tapi semuanya masih belum pasti," ujar Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini di Bojonegoro. Meski demikian, pihaknya tetap memprogramkan lapangan gas di Bojonegoro, mulai Jambaran, Tiung Biru (TBR) dan Cendana bisa berproduksi pada 2018. "Maunya potensi gas di Bojonegoro diproduksi 2018 setelah ada pembeli yang pasti," ucapnya. Mengenai pengembangan lapangan gas di Bojonegoro, sebagaimana dijelaskan Direktur PT Pertamina EP Cepu Amril Thaib Mandailing, sudah dibahas bersama dengan pemkab. "Kita sudah melakukan sosialisasi dengan mengajak jajaran pemkab ikut membahas 'plant of development' (POD) pengembangan lapangan gas," tukasnya. Mengenai teknisnya, menurut Direktur Pengembangan Pertamina EP Cepu Amran Anwar, lapangan gas Unitisasi Jambaran-TBR akan diproduksikan delapan sumur gas dan di lapangan gas Cendana yang diproduksikan enam sumur gas, semuanya di Bojonegoro. "Unitisasi Jambaran-TBR operatornya Pertamina EP Cepu, tapi lapangan gas Cendana operatornya MCL," jelasnya. Menurut dia, dari sumur gas dua lapangan bisa diproduksi gas sebesar 315 juta standar kaki kubik per hari atau "million standard cubic feet per day" (MMSCFD). Sesuai rencana, lanjut dia, produksi gas yang dihasilkan akan dijual sebesar 185 juta standar kaki kubik per hari. Lainnya, diolah menjadi sulfur dengan produksi 80 ton/hari dan menjadi kondensat dengan produksi sekitar 1.900 "barel oil per day (BOPD). Ia menambahkan sesuai "POD" pengembangan Unitisasi Jambaran-TBR dan Cendana membutuhkan biaya sebesar 1,2 miliar dolar AS. Menanggapi industri migas di daerahnya, Suyoto menegaskan pemkab tidak pernah berniat menghambat proyek migas Blok Cepu. Yang jelas, katanya, terbitnya Peraturan Daerah (Perda) No.23 tahun 2011 tentang Industri Migas hanya sebatas berusaha melindungi potensi lokal. "Kami tetap akan menyesuaikan perda tentang migas dengan undang-undang migas," tuturnya. Di berbagai kesempatan termasuk dalam pertemuan dengan Jon M. Gibb, ia juga mengemukakan keberhasilan pelaksanaan industri migas tidak hanya bergantung faktor bisnis, teknologi, dana besar, tapi juga masalah sosial. "Mengantisipasi terjadinya gejolak sosial juga penting agar pelaksanaan proyek migas bisa berjalan lancar," tegasnya. (ant/rah)