Pedagang Eceran Diduga Jadi Penyebab Masalah Elpiji BANGKALAN - Kelangkaan dan melonjaknya harga bahan bakar gas elpiji  yang terjadi bela...
Pedagang Eceran Diduga Jadi Penyebab Masalah Elpiji
BANGKALAN - Kelangkaan dan melonjaknya harga bahan bakar gas elpiji  yang terjadi belakangan ini membuat masyarakat sangat resah. Keresahan tersebut direspon oleh komisi B DPRD Bangkalan dengan memanggil semua pihak terkait, di antaranya Kabag Perekonomian Pemkab Bangkalan,  Kadisperindag, pihak Pertamina, dan sejumlah Agen Distributor Elpiji yang ada di Bangkalan. Pemanggilan tersebut bertujuan untuk membahas akar permasalahan kelangkaan elpiji. Dalam hearing tersebut juga dibicarakan tentang solusi dari permasalah elpiji selama ini. Menurut Kadisperindag Bangkalan Nawawi, berdasarkan laporan yang diterima pihaknya, diketahui bahwa pasokan distribusi gas elpiji bersubsidi untuk Kabupaten Bangkalan belum mengalami penurunan. Untuk itu, pihaknya berharap agar distributor selalu memberikan laporan untuk memudahkan dalam melakukan pemantauan. âLaporan tiap bulan dari para distributor dan agen yang kami terima menyebutkan bahwa pasokan elpiji tidak mengalami penurunan,  malah harga cenderung naik. Kami berharap untuk mengantisipasi hal itu, setiap bulan pihak Distributor hendaknya melapor kepada kami untuk memudahkan pemantauan,â katanya. Senada dengan Nawawi, Kabag Perekonomian Pemkab Bangkalan Rudiyanto menyatakan bahwa tidak ada mekanisme yang salah dari pendistribusian elpiji bersubsidi selama ini. Akan tetapi, pihaknya menjadi heran karena keberadaan elpiji menjadi langka dan harganya melonjak tajam. âTidak ada mekanisme yang salah. Pantauan kami di lapangan, semua berjalan sebagaimana mestinya. Walau demikian, kami membenarkan bahwa ada keluhan dari warga atas kenaikan harga tersebut. Di  agen harga elpiji masih Rp 13.000, sedangkan di pengecer malah mencapai Rp 17.000 bahkan sampai Rp 20.000. Seharusnya kenaikan itu tidak perlu terjadi karena sesuai  aturan pemerintah untuk penjual yang berjarak di atas 60 km saja yang diizinkan bisa menambah ongkos kirim dengan cara diakumulasikan pada harga eceran,â paparnya Sementara itu, salah satu Agen Distributor Elpiji di Bangkalan Setyadi mengungkapkan bahwa prilaku pedagang eceran menjadi penyebab kelangkaan bahan bakar bersubsidi tersebut. Karena, akhir-akihir ini para pengecer memborong bahan bakar pengganti minyak tersebut. Jadi, permasalahan itu ada pada pengecer, sedangkan yang kena imbasnya adalah konsumen. âPengecer suka memborong akhir-akhir ini Pak, semisal salah satu pelanggan kami, biasanya 50 tabung 2 minggu sekali kami kirim, sekarang maunya 50 tabung per hari,â jelasnya. Lebih lanjut Setyadi mengatakan bahwa masalah kelangkaan yang terjadi sebetulnya telah bermula saat konversi gas dilakukan. Sebelumnya, masyarakat enggan untuk menggunakan tabung elpiji karena dinilai berbahaya. Akan tetapi, sejak subsidi minyak tanah dihapus, masyarakat semua beralih pada gas elpiji. Sehingga kebanyakan setiap orang untuk saat ini memiliki dua tabung gas. âSebetulnya masalah ini ada dari saat awal konversi minyak tanah ke gas elpiji dilakukan. Saat itu, isu yang merebak tentang elpiji yang tidak aman menyebabkan masyarakat enggan menggunakan elpiji. Data penggunaan elpiji yang dipakai adalah saat awal konversi itu dilakukan dan data itulah yang menjadi kuota pendistribusian elpiji ke Bangkalan. Namun saat ini pengguna elpiji sangat berlipat ganda, bahkan hampir setiap rumah sudah memiliki 2 tabung, otomatis kebutuhan meningkat sedangkan pasokan masih sama,â paparnya.(dn/rah)
BANGKALAN - Kelangkaan dan melonjaknya harga bahan bakar gas elpiji  yang terjadi belakangan ini membuat masyarakat sangat resah. Keresahan tersebut direspon oleh komisi B DPRD Bangkalan dengan memanggil semua pihak terkait, di antaranya Kabag Perekonomian Pemkab Bangkalan,  Kadisperindag, pihak Pertamina, dan sejumlah Agen Distributor Elpiji yang ada di Bangkalan. Pemanggilan tersebut bertujuan untuk membahas akar permasalahan kelangkaan elpiji. Dalam hearing tersebut juga dibicarakan tentang solusi dari permasalah elpiji selama ini. Menurut Kadisperindag Bangkalan Nawawi, berdasarkan laporan yang diterima pihaknya, diketahui bahwa pasokan distribusi gas elpiji bersubsidi untuk Kabupaten Bangkalan belum mengalami penurunan. Untuk itu, pihaknya berharap agar distributor selalu memberikan laporan untuk memudahkan dalam melakukan pemantauan. âLaporan tiap bulan dari para distributor dan agen yang kami terima menyebutkan bahwa pasokan elpiji tidak mengalami penurunan,  malah harga cenderung naik. Kami berharap untuk mengantisipasi hal itu, setiap bulan pihak Distributor hendaknya melapor kepada kami untuk memudahkan pemantauan,â katanya. Senada dengan Nawawi, Kabag Perekonomian Pemkab Bangkalan Rudiyanto menyatakan bahwa tidak ada mekanisme yang salah dari pendistribusian elpiji bersubsidi selama ini. Akan tetapi, pihaknya menjadi heran karena keberadaan elpiji menjadi langka dan harganya melonjak tajam. âTidak ada mekanisme yang salah. Pantauan kami di lapangan, semua berjalan sebagaimana mestinya. Walau demikian, kami membenarkan bahwa ada keluhan dari warga atas kenaikan harga tersebut. Di  agen harga elpiji masih Rp 13.000, sedangkan di pengecer malah mencapai Rp 17.000 bahkan sampai Rp 20.000. Seharusnya kenaikan itu tidak perlu terjadi karena sesuai  aturan pemerintah untuk penjual yang berjarak di atas 60 km saja yang diizinkan bisa menambah ongkos kirim dengan cara diakumulasikan pada harga eceran,â paparnya Sementara itu, salah satu Agen Distributor Elpiji di Bangkalan Setyadi mengungkapkan bahwa prilaku pedagang eceran menjadi penyebab kelangkaan bahan bakar bersubsidi tersebut. Karena, akhir-akihir ini para pengecer memborong bahan bakar pengganti minyak tersebut. Jadi, permasalahan itu ada pada pengecer, sedangkan yang kena imbasnya adalah konsumen. âPengecer suka memborong akhir-akhir ini Pak, semisal salah satu pelanggan kami, biasanya 50 tabung 2 minggu sekali kami kirim, sekarang maunya 50 tabung per hari,â jelasnya. Lebih lanjut Setyadi mengatakan bahwa masalah kelangkaan yang terjadi sebetulnya telah bermula saat konversi gas dilakukan. Sebelumnya, masyarakat enggan untuk menggunakan tabung elpiji karena dinilai berbahaya. Akan tetapi, sejak subsidi minyak tanah dihapus, masyarakat semua beralih pada gas elpiji. Sehingga kebanyakan setiap orang untuk saat ini memiliki dua tabung gas. âSebetulnya masalah ini ada dari saat awal konversi minyak tanah ke gas elpiji dilakukan. Saat itu, isu yang merebak tentang elpiji yang tidak aman menyebabkan masyarakat enggan menggunakan elpiji. Data penggunaan elpiji yang dipakai adalah saat awal konversi itu dilakukan dan data itulah yang menjadi kuota pendistribusian elpiji ke Bangkalan. Namun saat ini pengguna elpiji sangat berlipat ganda, bahkan hampir setiap rumah sudah memiliki 2 tabung, otomatis kebutuhan meningkat sedangkan pasokan masih sama,â paparnya.(dn/rah)