Kenaikan Harga BBM Kuatkan Nilai Tukar Rupiah JAKARTA-Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) diperkirakan menguat paska ken...
Kenaikan Harga BBM Kuatkan Nilai Tukar Rupiah
JAKARTA-Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) diperkirakan menguat paska kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Penguatan rupiah terjadi karena permintaan dollar AS dengan sendirinya akan menurun seiring dengan menurunnya impor minyak. "Kenaikan harga BBM akan membuat demand impor minyak turun. Akibatnya, defisit transaksi berjalan akan menurun, sehingga rupiah akan menguat," ujar Mentri Keuangan,  Chatib Basri dalam Rapat Kerja Pembahasan RAPBN-P 2013 bersama Menteri Keuangan Chatib Basri, Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida S Alisjahbana, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin di Gedung DPR Jakarta, Senin (27/5). Chatib menjelaskan, permintaan terhadap dollar AS akan secara otomatis menurun, jika impor minyak mengalami penurunan. Kondisi ini dipastikan bakal menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dlolar AS. "Penurunan impor minyak akan terjadi jika konsumsi BBM bersubsidi menurun yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga," terang dia. Dengan demikian, kata dia, pemerintah menetapkan kurs rupiah di RAPBN-P 2013 sebesar 9.600 rupiah per dollar AS atau lebih rendah dari asumsi yang ditetapkan pada APBN 2013 sebesar 9.300 rupiah per dollar AS. Chatib menambahkan, perubahan asumsi makro ekonomi juga tidak terlepas dari perubahan pada perkembangan ekonomi dunia. Dia merincikan, perubahan juga dilakukan pada pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan hanya sebesar 6,2 persen atau lebih rendah dari perkiraan sebesar 6,8 persen. Sedangkan, inflasi diperkirakan akan mencapai 7,2 persen dari asumsi sebelumnya sebesar 4,9 persen. "Kami akan membahas perubahan Indonesia Price Crude (ICP) maupun lifting minyak dan gas bumi di Komisi VII DPR," kata Chatib sembari menyebutkan, ICP diubah menjadi USD108 per barel dari sebelumnya USD100/barel, lifting minyak di 2013 diperkirakan sebesar 840 ribu barel/hari, padahal asumsi sebelumnya 900 ribu barel/hari. Lifting gas diasumsikan menjadi 1.240 ribu barel/hari setara minyak, sebelumnya 1.360 ribu barel/hari setara minyak Dukung Kenaikan Sementara itu, Bank Indonesia (BI) secara resmi menyampaikan dukungannya terhadap rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi.  Meski diakui, kenaikan harga BBM akan ada perlambatan pertumbuhan ekonomi. "Kami memandang perlu untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Memang, ekonomi akan ada perlambatan kalau BBM naik. Tetapi, dapat ditahan bila pada saat yang sama pemerintah menjalankan program BLSM (bantuan langsung sementara masyarakat)," kata Gubernur BI, Agus Martowardojo di Jakarta, Senin (27/5). Menurut dia, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi di 2013 akan mencapai 6,2 persen atau sama dengan asumsi yang ditetapkan pemerintah di dalam RAPBN-P 2013. Agus Marto meyakini, jika pemerintah merealisasikan kebijakan menaikkan harga BBM, maka neraca pembayaran Indonesia (NPI) akan mengalami perbaikan. "Berkurangnya impor minyak akan memperbaiki defisit transaksi berjalan," imbuhnya. Membaiknya NPI, lanjut dia, akan mampu memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). "Kami mempunyai pandangan berbeda dengan pemerintah, nilai tukar rupiah akan berada di kisaran 9.500-9.700 rupiah," kata Agus Marto. Lebih lanjut Agus mengungkapkan, kenaikan harga premium sebesar 2.000 rupiah per liter menjadi 6.500 rupiah per liter dan solar naik 1.000 rupiah per liter menjadi 5.500 rupiah per liter, maka akan ada kenaikan inflasi sebesar 2,46 persen menjadi 7,6 persen di 2013. Pada RAPBN-P 2013, pemerintah menetapkan target inflasi sebesar 7,2 persen. Menurut Agus Marto, inflasi 7,2 persen bisa dicapai pemerintah jika pemerintah mampu mengatasi kenaikan harga pangan dan jasa transportasi. "Asessment kami menyebutkan bahwa kenaikan harga BBM bersubsidi akan memberikan tambahan inflasi sebesar 2,46 persen," pungkas dia. (gam/bud)
JAKARTA-Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) diperkirakan menguat paska kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Penguatan rupiah terjadi karena permintaan dollar AS dengan sendirinya akan menurun seiring dengan menurunnya impor minyak. "Kenaikan harga BBM akan membuat demand impor minyak turun. Akibatnya, defisit transaksi berjalan akan menurun, sehingga rupiah akan menguat," ujar Mentri Keuangan,  Chatib Basri dalam Rapat Kerja Pembahasan RAPBN-P 2013 bersama Menteri Keuangan Chatib Basri, Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida S Alisjahbana, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin di Gedung DPR Jakarta, Senin (27/5). Chatib menjelaskan, permintaan terhadap dollar AS akan secara otomatis menurun, jika impor minyak mengalami penurunan. Kondisi ini dipastikan bakal menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dlolar AS. "Penurunan impor minyak akan terjadi jika konsumsi BBM bersubsidi menurun yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga," terang dia. Dengan demikian, kata dia, pemerintah menetapkan kurs rupiah di RAPBN-P 2013 sebesar 9.600 rupiah per dollar AS atau lebih rendah dari asumsi yang ditetapkan pada APBN 2013 sebesar 9.300 rupiah per dollar AS. Chatib menambahkan, perubahan asumsi makro ekonomi juga tidak terlepas dari perubahan pada perkembangan ekonomi dunia. Dia merincikan, perubahan juga dilakukan pada pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan hanya sebesar 6,2 persen atau lebih rendah dari perkiraan sebesar 6,8 persen. Sedangkan, inflasi diperkirakan akan mencapai 7,2 persen dari asumsi sebelumnya sebesar 4,9 persen. "Kami akan membahas perubahan Indonesia Price Crude (ICP) maupun lifting minyak dan gas bumi di Komisi VII DPR," kata Chatib sembari menyebutkan, ICP diubah menjadi USD108 per barel dari sebelumnya USD100/barel, lifting minyak di 2013 diperkirakan sebesar 840 ribu barel/hari, padahal asumsi sebelumnya 900 ribu barel/hari. Lifting gas diasumsikan menjadi 1.240 ribu barel/hari setara minyak, sebelumnya 1.360 ribu barel/hari setara minyak Dukung Kenaikan Sementara itu, Bank Indonesia (BI) secara resmi menyampaikan dukungannya terhadap rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi.  Meski diakui, kenaikan harga BBM akan ada perlambatan pertumbuhan ekonomi. "Kami memandang perlu untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Memang, ekonomi akan ada perlambatan kalau BBM naik. Tetapi, dapat ditahan bila pada saat yang sama pemerintah menjalankan program BLSM (bantuan langsung sementara masyarakat)," kata Gubernur BI, Agus Martowardojo di Jakarta, Senin (27/5). Menurut dia, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi di 2013 akan mencapai 6,2 persen atau sama dengan asumsi yang ditetapkan pemerintah di dalam RAPBN-P 2013. Agus Marto meyakini, jika pemerintah merealisasikan kebijakan menaikkan harga BBM, maka neraca pembayaran Indonesia (NPI) akan mengalami perbaikan. "Berkurangnya impor minyak akan memperbaiki defisit transaksi berjalan," imbuhnya. Membaiknya NPI, lanjut dia, akan mampu memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). "Kami mempunyai pandangan berbeda dengan pemerintah, nilai tukar rupiah akan berada di kisaran 9.500-9.700 rupiah," kata Agus Marto. Lebih lanjut Agus mengungkapkan, kenaikan harga premium sebesar 2.000 rupiah per liter menjadi 6.500 rupiah per liter dan solar naik 1.000 rupiah per liter menjadi 5.500 rupiah per liter, maka akan ada kenaikan inflasi sebesar 2,46 persen menjadi 7,6 persen di 2013. Pada RAPBN-P 2013, pemerintah menetapkan target inflasi sebesar 7,2 persen. Menurut Agus Marto, inflasi 7,2 persen bisa dicapai pemerintah jika pemerintah mampu mengatasi kenaikan harga pangan dan jasa transportasi. "Asessment kami menyebutkan bahwa kenaikan harga BBM bersubsidi akan memberikan tambahan inflasi sebesar 2,46 persen," pungkas dia. (gam/bud)