Kelompok Tani Perlu Dibina BANGKALAN - Kelompok tani (Poktan) yang tersebar di Kabupaten Bangkalan berkisar ratusan kelompok tani. Akan teta...
Kelompok Tani Perlu Dibina
BANGKALAN - Kelompok tani (Poktan) yang tersebar di Kabupaten Bangkalan berkisar ratusan kelompok tani. Akan tetapi tidak semua kelompok tani tersebut aktif dalam menjalankan programnya. Disinyalir ketidakaktifan kelompok tani disebabkan kurang sadarnya masyarakat betapa pentingnya keberadaan kelompok tani untuk memberdayakan sumber daya alam yang ada. Berdasarkan data sementara Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BPK3) setempat, kelompok tani yang ada berjumlah 875 poktan yang tersebar di 281 desa. Namun, dari jumlah tersebut hanya 60 persen yang aktif. Sedangkan 40 persen masuk pada kategori kurang aktif dan perlu pembinaan agar menjadi aktif kembali. Adapun Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) berjumlah 262 gapoktan. Idealnya, untuk setiap desa ada satu gabungan kelompok tani. âUntuk data sementara memang ada 875 kelompok tani dan 262 gabungan kelompok tani dari 281 desa yang ada di Kabupaten Bangkalan. Idealnya setiap desa itu ada minimal satu kelompok tani, namun tidak semua desa memiliki kelompok tani. Kami akan terus mendata kemungkinan kelompok tani ada yang belum masuk dalam data,â kata Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BPK3) Abdullah Fanani. Menurut Fanani, pihaknya juga mengalami kekurangan tenaga penyuluh untuk melakukan pembinaan pada setiap kelompok yang ada. Untuk saat ini petugas penyuluh hanya 107 orang, padahal harus membina sebanyak 875 kelompok tani. Dengan demikian, ada sebagian petugas penyuluh yang merangkap wilayah binaan untuk menyiasati kekurangan tenaga petugas penyuluh. Sementara kelompok tani yang menjadi binaan meliputi kelompok tani di bidang hortikultura, tahan pangan, kehutanan, dan perkebunan. Jadi dengan demikian, keterbatasan jumlah penyuluh yang tak seimbang dengan jumlah poktan dan gapoktan yang ada, diprediksi berimplikasi pada tak maksimalnya pembinaan. Selain harus membina kelompok yang aktif, sambung Fanani, pihaknya juga harus memberikan pemahaman terhadap kelompok tani yang tidak aktif. Karena itu merupakan tanggung jawab pihak petugas penyuluh. Pendekatan secara persuasif menjadi alternatif untuk membangun kesadaran bahwa keberadaan kelompok tani sangatlah penting. Oleh sebab itu, komunikasi yang intens harus dibangun antara penyuluh dengan para kelompok tani. âSelain kekurangan tenaga penyuluh, kita juga harus membina kelompok yang kurang aktif agar bisa berfungsi seperti biasanya. Jadi, kesadaran kolektif dari para kelompok tani harus dibangun kembali. Sehingga keberadaan kelompok tersebut dapat bermanfaat untuk menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai lebih dari hasil tanamannya. Misalnya pada holtikultura salak diolah menjadi sirup salak, kurma salak dan kismis salak,â paparnya. Dalam pembinaan itu, kata Fanani, juga diupayakan bagaimana di antara para kelompok tani bisa berkompetisi menghasilkan sesuatu yang kreatif dan inovatif. Disadari bahwa memang kualitas SDM masih sangat terbatas. Akan tetapi, bukan suatu halangan untuk tidak terus berusaha, justru hal itu manjadi motivasi agar ke depannya bisa lebih baik dan dapat menghasilkan produk-produk unggulan yang bisa bersaing dengan produk nasional. âHarapannya ada sinergitas antara pemerintah pusat dengan daerah bagaimana untuk mengembangkan kelompok tani dan melengkapi segala kebutuhan untuk pengembangan,â tandasnya.(dn/rah)
BANGKALAN - Kelompok tani (Poktan) yang tersebar di Kabupaten Bangkalan berkisar ratusan kelompok tani. Akan tetapi tidak semua kelompok tani tersebut aktif dalam menjalankan programnya. Disinyalir ketidakaktifan kelompok tani disebabkan kurang sadarnya masyarakat betapa pentingnya keberadaan kelompok tani untuk memberdayakan sumber daya alam yang ada. Berdasarkan data sementara Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BPK3) setempat, kelompok tani yang ada berjumlah 875 poktan yang tersebar di 281 desa. Namun, dari jumlah tersebut hanya 60 persen yang aktif. Sedangkan 40 persen masuk pada kategori kurang aktif dan perlu pembinaan agar menjadi aktif kembali. Adapun Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) berjumlah 262 gapoktan. Idealnya, untuk setiap desa ada satu gabungan kelompok tani. âUntuk data sementara memang ada 875 kelompok tani dan 262 gabungan kelompok tani dari 281 desa yang ada di Kabupaten Bangkalan. Idealnya setiap desa itu ada minimal satu kelompok tani, namun tidak semua desa memiliki kelompok tani. Kami akan terus mendata kemungkinan kelompok tani ada yang belum masuk dalam data,â kata Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BPK3) Abdullah Fanani. Menurut Fanani, pihaknya juga mengalami kekurangan tenaga penyuluh untuk melakukan pembinaan pada setiap kelompok yang ada. Untuk saat ini petugas penyuluh hanya 107 orang, padahal harus membina sebanyak 875 kelompok tani. Dengan demikian, ada sebagian petugas penyuluh yang merangkap wilayah binaan untuk menyiasati kekurangan tenaga petugas penyuluh. Sementara kelompok tani yang menjadi binaan meliputi kelompok tani di bidang hortikultura, tahan pangan, kehutanan, dan perkebunan. Jadi dengan demikian, keterbatasan jumlah penyuluh yang tak seimbang dengan jumlah poktan dan gapoktan yang ada, diprediksi berimplikasi pada tak maksimalnya pembinaan. Selain harus membina kelompok yang aktif, sambung Fanani, pihaknya juga harus memberikan pemahaman terhadap kelompok tani yang tidak aktif. Karena itu merupakan tanggung jawab pihak petugas penyuluh. Pendekatan secara persuasif menjadi alternatif untuk membangun kesadaran bahwa keberadaan kelompok tani sangatlah penting. Oleh sebab itu, komunikasi yang intens harus dibangun antara penyuluh dengan para kelompok tani. âSelain kekurangan tenaga penyuluh, kita juga harus membina kelompok yang kurang aktif agar bisa berfungsi seperti biasanya. Jadi, kesadaran kolektif dari para kelompok tani harus dibangun kembali. Sehingga keberadaan kelompok tersebut dapat bermanfaat untuk menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai lebih dari hasil tanamannya. Misalnya pada holtikultura salak diolah menjadi sirup salak, kurma salak dan kismis salak,â paparnya. Dalam pembinaan itu, kata Fanani, juga diupayakan bagaimana di antara para kelompok tani bisa berkompetisi menghasilkan sesuatu yang kreatif dan inovatif. Disadari bahwa memang kualitas SDM masih sangat terbatas. Akan tetapi, bukan suatu halangan untuk tidak terus berusaha, justru hal itu manjadi motivasi agar ke depannya bisa lebih baik dan dapat menghasilkan produk-produk unggulan yang bisa bersaing dengan produk nasional. âHarapannya ada sinergitas antara pemerintah pusat dengan daerah bagaimana untuk mengembangkan kelompok tani dan melengkapi segala kebutuhan untuk pengembangan,â tandasnya.(dn/rah)