Elpiji Bersubsidi Mulai Ditinggalkan Warga PAMEKASAN - Bahan Bakar Elpiji ukuran 3 kilogram sudah mulai ditinggalkan sebagian warga. Mereka ...
Elpiji Bersubsidi Mulai Ditinggalkan Warga
PAMEKASAN - Bahan Bakar Elpiji ukuran 3 kilogram sudah mulai ditinggalkan sebagian warga. Mereka memilih kembali menggunakan minyak tanah dan kayu bakar, karena sulitnya mendapatkan bahan bakar bersubsidi tersebut. Menurut warga, selain sulit didapat, harga bahan bakar tersebut terus mengalami kenaikan sehingga bila dibanding dengan minyak tanah, harganya menjadi lebih mahal. Suliyah, warga Dusun Malangan, Desa Pademawu Timur, Kecamatan Pademawu, mengatakan dirinya terpaksa beralih menggunakan kayu bakar untuk bahan bakar ketika memasak, karena kesulitan mendapatkan bahan bakar elpiji. Bagi masyarakat desa, kata dia, menggunakan kayu bakar merupakan hal yang sudah biasa, sehingga ketika terjadi kesulitan mendapatkan elpiji, mereka bisa beralih ke kayu bakar. âKami tidak pernah memaksakan diri menggunakan elpiji. Ketika sulit didapat atau harganya terus naik, pilihan kami tetap ke kayu bakar,â kata Suliyah, Minggu (26/5). Endang, warga Desa Majungan, Kecamatan Pademawu, mengatakan dirinya dan sebagian warga lainnya juga sudah mulai meninggalkan penggunaan bahan bakar elpiji, karena sulitnya mendapatkan bahan bakar tersebut. Bahkan, sebagian warga juga sudah mulai kembali menggunakan bahan bakar minyak tanah, meski bahan bakar tersebut harganya juga cukup tinggi, Rp. 11 ribu perliter. âKami hanya akan menggunakan elpiji saat persediaan di toko sudah ada. Tapi kami sudah tidak memaksakan diri mencari jika di kios tempat biasa kami membeli tidak memiliki persediaan,â katanya. Sejumlah pemilik kios mengaku sejak beberapa bulan terakhir, pasokan elpiji sering mengalami keterlambatan serta pengurangan jatah. Para pemilik kios juga terpaksa antre di agen elpiji untuk mendapatkan jatah. Kepala Bagian Sumber Daya Alam (SDA) Pamekasan, Jumhari Ghani, mengaku pemerintah setempat sudah mengusulkan tambahan kuota pengiriman elpiji bersubsidi sebanyak 8400 tabung. Namun, hingga kini belum ada kejalasan, kapan tambahan kuota pengiriman tersebut direalisasikan.(awa/muj/rah)
PAMEKASAN - Bahan Bakar Elpiji ukuran 3 kilogram sudah mulai ditinggalkan sebagian warga. Mereka memilih kembali menggunakan minyak tanah dan kayu bakar, karena sulitnya mendapatkan bahan bakar bersubsidi tersebut. Menurut warga, selain sulit didapat, harga bahan bakar tersebut terus mengalami kenaikan sehingga bila dibanding dengan minyak tanah, harganya menjadi lebih mahal. Suliyah, warga Dusun Malangan, Desa Pademawu Timur, Kecamatan Pademawu, mengatakan dirinya terpaksa beralih menggunakan kayu bakar untuk bahan bakar ketika memasak, karena kesulitan mendapatkan bahan bakar elpiji. Bagi masyarakat desa, kata dia, menggunakan kayu bakar merupakan hal yang sudah biasa, sehingga ketika terjadi kesulitan mendapatkan elpiji, mereka bisa beralih ke kayu bakar. âKami tidak pernah memaksakan diri menggunakan elpiji. Ketika sulit didapat atau harganya terus naik, pilihan kami tetap ke kayu bakar,â kata Suliyah, Minggu (26/5). Endang, warga Desa Majungan, Kecamatan Pademawu, mengatakan dirinya dan sebagian warga lainnya juga sudah mulai meninggalkan penggunaan bahan bakar elpiji, karena sulitnya mendapatkan bahan bakar tersebut. Bahkan, sebagian warga juga sudah mulai kembali menggunakan bahan bakar minyak tanah, meski bahan bakar tersebut harganya juga cukup tinggi, Rp. 11 ribu perliter. âKami hanya akan menggunakan elpiji saat persediaan di toko sudah ada. Tapi kami sudah tidak memaksakan diri mencari jika di kios tempat biasa kami membeli tidak memiliki persediaan,â katanya. Sejumlah pemilik kios mengaku sejak beberapa bulan terakhir, pasokan elpiji sering mengalami keterlambatan serta pengurangan jatah. Para pemilik kios juga terpaksa antre di agen elpiji untuk mendapatkan jatah. Kepala Bagian Sumber Daya Alam (SDA) Pamekasan, Jumhari Ghani, mengaku pemerintah setempat sudah mengusulkan tambahan kuota pengiriman elpiji bersubsidi sebanyak 8400 tabung. Namun, hingga kini belum ada kejalasan, kapan tambahan kuota pengiriman tersebut direalisasikan.(awa/muj/rah)