Anak Mutilasi Ibunya SURABAYA-  Warga Bangkingan Timur RT 01 RW 01 Surabaya, Selasa (14/5) kemarin,  digegerkan  penemuan sesosok mayat y...
Anak Mutilasi Ibunya
SURABAYA-  Warga Bangkingan Timur RT 01 RW 01 Surabaya, Selasa (14/5) kemarin,  digegerkan  penemuan sesosok mayat yang diduga merupakan  korban pembunuhan. Mayat itu diketahui bernama Akhiyah (65),  ditemukan oleh Multhar (suami) dan Suwarni (anak korban). Saat ditemukan kondisi Akhiyah sangat memperihatinkan, organ tubuh berceceran darah dan terpisah dengan raganya atau biasa disebut mutilasi. Ironisnya, pelaku mutilasi itu adalah Supardi (30)  yang tak lain adalah anak kandung korban. Tersangka yang bekerja sebagai kuli bangunan dirumah adiknya sendiri ini mengaku, perbuatan itu dilakukannya pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB disaat rumah sementara yang dihuni ibu dan bapak serta adiknya itu sedang sepi. Pertama kali, ia pun memukul korban dengan menggunakan sebuah balok kayu. Kemudian, melihat sosok ibunya yang tak berdaya, dengan menggunakan sebilah parang,  Pardi menggorok kepala ibunya hingga putus dan membelah dada korban dengan menggunakan pisau dapur lalu mengambil hatinya.â Saya nekat membunuh karena sakit hati,â ungkap  tersangka Supardi, kepada wartawan  dilokasi kejadian, selasa (14/5) kemarin. Sementara itu, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Surabaya, AKBP Farman yang turun langsung memimpin dilapangan, mengatakan, pertama kali ditemukan oleh anggota, kondisi korban cukup mengenaskan. Tersangka, kata dia, masuk kerumah saat hendak bekerja sebagai kuli disamping lokasi kejadian yang tak lain rumah adiknya. Pertama kali, tersangka memukul korban menggunakan palu. Diduga, pelaku hendak memutilasi korban. Namun, keburu keluarga akan datang, maka ia pun mengurungkan niatnya. â Dari pengakuannya sakit hati. Tersangka juga diduga hendak melakukan pemutilasian terhadap korban,â kata Farman. Selain tersangka, petugas juga berhasil mengamankan barang bukti kejahatan berupa, sebuah pisau dapur, satu bilah parang yang gagangnya terlepas, alat plastik rantangan, sebuah sandal dan karung beras yang masih berisi bercak darah. Lulusan Akpol tahun 1996 itu menyatakan, Titik terang diketahuinya bahwa Supardi merupakan pelaku pembunuhan tersebut, yaitu berdasarkan keterangan di polsek tersangka yang tak lain anak ke-3 dari korban itu ketika ditanya didapati keganjalan. Setelah itu, sambungnya, pencocokan  putung rokok merk Surya yang berada dilokasi kejadian antara dapur dan tempat tidur dan rokok tersangka, ternyata sama. Setelah itu, baju agak basah dan ada bekas-bekas darah yaitu pakaian yang dicuci. Namun, pakaian yang dikenakan tersangka sudah beda serta palu yang digunakan untuk memukul korban berada dirumah adiknya yang sedang dibangun. â Dari kecocokan bukti dan introgasi saat dipolsek. Maka, kami meyakini Anak korban sebagai pelakunya dan kini kami tetapkan menadi tersangka,â jelasnya. Sementara itu, salah seorang saksi yakni Sutadi (49), keamanan didaerah tersebut, memang memiliki gangguan kejiwaan. Ia (pelaku,red) diketahui sering murung dan pernah menimba ilmu kebathinan. Setelah sejauh mendalami ilmunya, saat pulang tersangka menjadi linglung dan stres. â Dulunya tersangka ini pernah mendalami ilmu kebathinan, setelah itu stres,â terangnya. Saat pertama kali ditemukan sekitar pukul 09.30 WIB, ia mengakui, Kecurigaan adanya orang dekat dibalik peristiwa tersebut telah dirasakannya. Sebab, diketahui diantara anak-anaknya korban diketahui berselesih. Dalam seminggu terakhir, kata dia, memang tidak nampak adanya perselisihan atau cek-cok antara keluarga korban dan pelaku. Namun, pelaku ini terlihat sering menyendiri dan murung. â Seminggu terakhir ini, tidak ada konflik dan tidak pernah dengar cek-cok. Tapi, tersangka itu terlihat sering menyendri dan murung,â ungkapnya. Selain itu, ketika dikonfirmasikan kepada Adik ipar korban, Dwi Rachmawati, sejauh ini tidak ada masalah yang serius diantara tersangka dan korban. Sebelumnya, kata dia, tersangka memang pernah dirawat dirumah sakit menur pada Januari 2012 silam, karena mengidap stres. Sayangnya, keluarga tidak menyetujui untuk dirawat lebih anjut. Akhirnya, dirawat rumah ditempatkan di Kebraon. â Dulu memang mau dirawat di rumah sakit jiwa. Namun, setelah itu tinggal di Kebraon dan tambah parah. Malahan, disini dia (supardi,red) sudah tidak murung. Tidak tahu kenapa dia bisa nekat seperti itu,â tukasnya. (mag/kas)
SURABAYA-  Warga Bangkingan Timur RT 01 RW 01 Surabaya, Selasa (14/5) kemarin,  digegerkan  penemuan sesosok mayat yang diduga merupakan  korban pembunuhan. Mayat itu diketahui bernama Akhiyah (65),  ditemukan oleh Multhar (suami) dan Suwarni (anak korban). Saat ditemukan kondisi Akhiyah sangat memperihatinkan, organ tubuh berceceran darah dan terpisah dengan raganya atau biasa disebut mutilasi. Ironisnya, pelaku mutilasi itu adalah Supardi (30)  yang tak lain adalah anak kandung korban. Tersangka yang bekerja sebagai kuli bangunan dirumah adiknya sendiri ini mengaku, perbuatan itu dilakukannya pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB disaat rumah sementara yang dihuni ibu dan bapak serta adiknya itu sedang sepi. Pertama kali, ia pun memukul korban dengan menggunakan sebuah balok kayu. Kemudian, melihat sosok ibunya yang tak berdaya, dengan menggunakan sebilah parang,  Pardi menggorok kepala ibunya hingga putus dan membelah dada korban dengan menggunakan pisau dapur lalu mengambil hatinya.â Saya nekat membunuh karena sakit hati,â ungkap  tersangka Supardi, kepada wartawan  dilokasi kejadian, selasa (14/5) kemarin. Sementara itu, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Surabaya, AKBP Farman yang turun langsung memimpin dilapangan, mengatakan, pertama kali ditemukan oleh anggota, kondisi korban cukup mengenaskan. Tersangka, kata dia, masuk kerumah saat hendak bekerja sebagai kuli disamping lokasi kejadian yang tak lain rumah adiknya. Pertama kali, tersangka memukul korban menggunakan palu. Diduga, pelaku hendak memutilasi korban. Namun, keburu keluarga akan datang, maka ia pun mengurungkan niatnya. â Dari pengakuannya sakit hati. Tersangka juga diduga hendak melakukan pemutilasian terhadap korban,â kata Farman. Selain tersangka, petugas juga berhasil mengamankan barang bukti kejahatan berupa, sebuah pisau dapur, satu bilah parang yang gagangnya terlepas, alat plastik rantangan, sebuah sandal dan karung beras yang masih berisi bercak darah. Lulusan Akpol tahun 1996 itu menyatakan, Titik terang diketahuinya bahwa Supardi merupakan pelaku pembunuhan tersebut, yaitu berdasarkan keterangan di polsek tersangka yang tak lain anak ke-3 dari korban itu ketika ditanya didapati keganjalan. Setelah itu, sambungnya, pencocokan  putung rokok merk Surya yang berada dilokasi kejadian antara dapur dan tempat tidur dan rokok tersangka, ternyata sama. Setelah itu, baju agak basah dan ada bekas-bekas darah yaitu pakaian yang dicuci. Namun, pakaian yang dikenakan tersangka sudah beda serta palu yang digunakan untuk memukul korban berada dirumah adiknya yang sedang dibangun. â Dari kecocokan bukti dan introgasi saat dipolsek. Maka, kami meyakini Anak korban sebagai pelakunya dan kini kami tetapkan menadi tersangka,â jelasnya. Sementara itu, salah seorang saksi yakni Sutadi (49), keamanan didaerah tersebut, memang memiliki gangguan kejiwaan. Ia (pelaku,red) diketahui sering murung dan pernah menimba ilmu kebathinan. Setelah sejauh mendalami ilmunya, saat pulang tersangka menjadi linglung dan stres. â Dulunya tersangka ini pernah mendalami ilmu kebathinan, setelah itu stres,â terangnya. Saat pertama kali ditemukan sekitar pukul 09.30 WIB, ia mengakui, Kecurigaan adanya orang dekat dibalik peristiwa tersebut telah dirasakannya. Sebab, diketahui diantara anak-anaknya korban diketahui berselesih. Dalam seminggu terakhir, kata dia, memang tidak nampak adanya perselisihan atau cek-cok antara keluarga korban dan pelaku. Namun, pelaku ini terlihat sering menyendiri dan murung. â Seminggu terakhir ini, tidak ada konflik dan tidak pernah dengar cek-cok. Tapi, tersangka itu terlihat sering menyendri dan murung,â ungkapnya. Selain itu, ketika dikonfirmasikan kepada Adik ipar korban, Dwi Rachmawati, sejauh ini tidak ada masalah yang serius diantara tersangka dan korban. Sebelumnya, kata dia, tersangka memang pernah dirawat dirumah sakit menur pada Januari 2012 silam, karena mengidap stres. Sayangnya, keluarga tidak menyetujui untuk dirawat lebih anjut. Akhirnya, dirawat rumah ditempatkan di Kebraon. â Dulu memang mau dirawat di rumah sakit jiwa. Namun, setelah itu tinggal di Kebraon dan tambah parah. Malahan, disini dia (supardi,red) sudah tidak murung. Tidak tahu kenapa dia bisa nekat seperti itu,â tukasnya. (mag/kas)