97 Imigran Gelap Gagal ke Chrismast Island SURABAYA- Ditpolair Polda Jatim berhasil mengamankan sebanyak 97 Imigran gelap asal negara Myanma...
97 Imigran Gelap Gagal ke Chrismast Island
SURABAYA- Ditpolair Polda Jatim berhasil mengamankan sebanyak 97 Imigran gelap asal negara Myanmar dan Bangladesh, Rabu (1/5). Mereka tidak dilengkapi dokumen resmi tersebut, ditangkap saat melakukan perjalanan laut di perairan selat Madura. 97 imigran tersebut diantaranya, 85 laki-laki dewasa, 6 perempuan dewasa dan 6 anak-anak yang diamankan saat berlayar menggunakan Kapal KLM Wahyu Akbar tengah berada diperairan Sreseh, Sampang Kabupaten Madura. Kasubdit Gakkum Polairut Polda Jatim, AKBP Soelistijono, mengatakan, penangkapan terhadap 97 Imigran yang hendak melakukan perjalanan menuju Pulau Chrismast, Australia itu saat pihaknya mendapatkan laporan dari warga para Imigran berdiam diri di Lampung dan warga serta Nelayan perairan selat Madura bahwa ada sebuah kapal mengangkut para Imigran gelap. â Saat itu kami menerima laporan dari warga bahwa disekitaran perairan Kwanyar, Bangkalan Madura pada Selasa (30/4/2012). Bahwa, ada sebuah kapal yang diduga mengangkut imigran gelap. Maka, kami mengikuti hingga diperairan Sreseh pihak kami bisa menangkapnya,â terangnya, saat dihubungi wartawan. Setelah dilakukan penangkapan, sambungnya, petugas kemudian membawa mereka menuju mako untuk dilakukan pendataan. Rupanya, pada saat melakukan pendataan, para Imigran tersebut dapat berbahasa Indonesia dengan Fasih (lancar) dan bergaul akrab dengan Masyarakat di Negara ini. Sebab, sebelumnya para Imigran juga telah berdiam lama di Lampung selama beberapa bulan. â saat ini kami telah usai mendata dan kami serahkan ke petugas Imigrasi di Pamekasan Madura,â jelasnya. Selain para Imigran, dijelaskannya, pihaknya juga telah mengamanakan sedikitnya 5 orang ABK kapal KLM Wahyu Akbar dan akan diserahkan kepada Satgas People Smuggling Polda Jatim. Sementara itu nakhoda kapal juga telah diamankan pihaknya, beserta dengan barang buki kapal yang kini disita oleh petugas. â kami juga mengamankan 5 Abk dan Nahoda yang kini kami serahkan ke pihak people Smuggling Polda Jatim,â terangnya. Lebih lanjut dijelaskan Soelistijono, ketika disinggung yang alasan para Imigran nekat melakukan perbuatannya yakni akbat rasa tidak nyaman dengan negaranya pada saat ini. Namun, mengenai pengembalian kenegara asal, kata dia, seluruhnya bukan lagi wewenang ditpolair. Akan tetapi, kantor Imigrasi yang pada (1/5/2013) sore kemarin pihaknya telah mengirim mereka menuju Pamekasan. â alasannya sih tidak nyaman, sekarang sudah bukan wewenang kami karena sudah dikirmkan ke Kantor Imigrasi di Pamekasan,â terangnya. Sementara itu dari sumber Koran Madura didalam Ditpolair Polda Jatim yang tidak berkenan diketahui namanya menyatakan, Imigran gelap ini rata-rata memilih pergi dari negara asalnya lantaran adanya konflik antar agama dinegaranya. Maka, negara tujuan yang terdekat adalah Indonesia. â Kalau bilangnya sih karena konflik agama. Mereka, takut sekali untuk pulang, karena pasti akan dibunuh,â jelasnya. Sebetulnya, sambungnya, para Imigran ini dalam pengakuannya lebih nyaman dan memilih negara Indonesia untuk tinggal. Sebab, hanya dengan beberapa bulan saja telah menguasai bahasa Indonesia. Namun, karena adanya pemicu yang mengiming-imingi dengan memeberikan gaji besar di Australia. Maka, mereka memilih untuk pergi. â Di Lampung mereka itu digaji sekitar Rp. 40 ribu perhari sebagai buruh diladang. Sedangkan di Australia mereka bisa mendapat gaji Rp. 10 juta hanya bekerja sebagai pemetik buah-buahan dan hanya dengan menetap 6 bulan sudah dapat menjadi warga tetap Australia,â tukasnya. (mag) Para imigran yang diamankan Ditpolairut Polda Jatim, Sebelum dilakukan pendataan (koranmadura/mag)
SURABAYA- Ditpolair Polda Jatim berhasil mengamankan sebanyak 97 Imigran gelap asal negara Myanmar dan Bangladesh, Rabu (1/5). Mereka tidak dilengkapi dokumen resmi tersebut, ditangkap saat melakukan perjalanan laut di perairan selat Madura. 97 imigran tersebut diantaranya, 85 laki-laki dewasa, 6 perempuan dewasa dan 6 anak-anak yang diamankan saat berlayar menggunakan Kapal KLM Wahyu Akbar tengah berada diperairan Sreseh, Sampang Kabupaten Madura. Kasubdit Gakkum Polairut Polda Jatim, AKBP Soelistijono, mengatakan, penangkapan terhadap 97 Imigran yang hendak melakukan perjalanan menuju Pulau Chrismast, Australia itu saat pihaknya mendapatkan laporan dari warga para Imigran berdiam diri di Lampung dan warga serta Nelayan perairan selat Madura bahwa ada sebuah kapal mengangkut para Imigran gelap. â Saat itu kami menerima laporan dari warga bahwa disekitaran perairan Kwanyar, Bangkalan Madura pada Selasa (30/4/2012). Bahwa, ada sebuah kapal yang diduga mengangkut imigran gelap. Maka, kami mengikuti hingga diperairan Sreseh pihak kami bisa menangkapnya,â terangnya, saat dihubungi wartawan. Setelah dilakukan penangkapan, sambungnya, petugas kemudian membawa mereka menuju mako untuk dilakukan pendataan. Rupanya, pada saat melakukan pendataan, para Imigran tersebut dapat berbahasa Indonesia dengan Fasih (lancar) dan bergaul akrab dengan Masyarakat di Negara ini. Sebab, sebelumnya para Imigran juga telah berdiam lama di Lampung selama beberapa bulan. â saat ini kami telah usai mendata dan kami serahkan ke petugas Imigrasi di Pamekasan Madura,â jelasnya. Selain para Imigran, dijelaskannya, pihaknya juga telah mengamanakan sedikitnya 5 orang ABK kapal KLM Wahyu Akbar dan akan diserahkan kepada Satgas People Smuggling Polda Jatim. Sementara itu nakhoda kapal juga telah diamankan pihaknya, beserta dengan barang buki kapal yang kini disita oleh petugas. â kami juga mengamankan 5 Abk dan Nahoda yang kini kami serahkan ke pihak people Smuggling Polda Jatim,â terangnya. Lebih lanjut dijelaskan Soelistijono, ketika disinggung yang alasan para Imigran nekat melakukan perbuatannya yakni akbat rasa tidak nyaman dengan negaranya pada saat ini. Namun, mengenai pengembalian kenegara asal, kata dia, seluruhnya bukan lagi wewenang ditpolair. Akan tetapi, kantor Imigrasi yang pada (1/5/2013) sore kemarin pihaknya telah mengirim mereka menuju Pamekasan. â alasannya sih tidak nyaman, sekarang sudah bukan wewenang kami karena sudah dikirmkan ke Kantor Imigrasi di Pamekasan,â terangnya. Sementara itu dari sumber Koran Madura didalam Ditpolair Polda Jatim yang tidak berkenan diketahui namanya menyatakan, Imigran gelap ini rata-rata memilih pergi dari negara asalnya lantaran adanya konflik antar agama dinegaranya. Maka, negara tujuan yang terdekat adalah Indonesia. â Kalau bilangnya sih karena konflik agama. Mereka, takut sekali untuk pulang, karena pasti akan dibunuh,â jelasnya. Sebetulnya, sambungnya, para Imigran ini dalam pengakuannya lebih nyaman dan memilih negara Indonesia untuk tinggal. Sebab, hanya dengan beberapa bulan saja telah menguasai bahasa Indonesia. Namun, karena adanya pemicu yang mengiming-imingi dengan memeberikan gaji besar di Australia. Maka, mereka memilih untuk pergi. â Di Lampung mereka itu digaji sekitar Rp. 40 ribu perhari sebagai buruh diladang. Sedangkan di Australia mereka bisa mendapat gaji Rp. 10 juta hanya bekerja sebagai pemetik buah-buahan dan hanya dengan menetap 6 bulan sudah dapat menjadi warga tetap Australia,â tukasnya. (mag) Para imigran yang diamankan Ditpolairut Polda Jatim, Sebelum dilakukan pendataan (koranmadura/mag)